Koran Muslim

| Jumat, 04 November 2011

Koran Muslim


KHUTBAH ‘ID: Meneladani Kesuksesan Nabi Ibrahim Membangun Makkah

Posted: 04 Nov 2011 05:00 PM PDT

KHUTBAH ‘ID: Meneladani Kesuksesan Nabi Ibrahim Membangun Makkah

(Membangun Negeri Dengan Tauhid)

Oleh: Badrul Tamam, S.Pdi

 

إِنَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صَلَوَاتُ اهِل  وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (آل عمران: 102)

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (النساء:1)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (الأحزاب:70-71)

إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر ، الله أكبر ولله الحمد

الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا . لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد

 

Jama’ah Shalat Idul Adha yang Berbahagia!

Di pagi yang barakah ini kita berkumpul memuji Allah, menyucikan-Nya, membesarkan Asma-Nya dan menegakkan ibadah shalat untuk-Nya. Selanjutnya kita akan menyembelih hewan kurban sebagai bentuk taqarrub kepada-Nya. Semua ini sebagai bentuk syukur kepada-Nya atas segala nikmat, rahmat, dan karunia-Nya Subhanahu wa Ta’ala. Semoga dengan syukur ini, Allah menjaga dan menambah nikmat-nikmat-Nya kepada kita.

Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang menjadi teladan dalam berislam. Tidak ada Islam kecuali yang sudah diajarkan olehnya. Tidak ada ibadah yang diterima oleh Allah kecuali sesuai dengan syari’ahnya. Dan tidak ada jalan mendapatkan kecintaan Allah kecuali dengan berittiba’ kepadanya. Semoga shalawat dan salam juga dilimpahkan kepada keluarga dan para sahabatnya, serta umatnya yang senantiasa berpegang teguh dengan warisannya.

Kami berwasiat, untuk senantiasa bertakwa kepada Allah dengan sesungguhnya. Yaitu dengan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan kita, lalu beristiqamah dengannya di mana dan kapan saja. Semoga dengan itu Allah mewafatkan kita sebagai muslim yang sesungguhnya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)

Kaum Muslimin, Saudaraku Seiman Yang Allah Muliakan!

Setiap perayaan Idul Adha, kita diingatkan akan kemuliaan Khalilullah wa Abul Anbiya’, Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam. Nabi pilihan yang telah menyambut seruan Allah Subhanahu wa Ta’ala, menunaikan setiap apa yang Dia bebankan kepadanya, dan melaksanakan syariat-Nya. Sehingga Allah menjadikannya sebagai imam (guru dan teladan) bagi seluruh manusia. Bahkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai Asyraful Anbiya’ Wal Mursalin, diperintahkan untuk mengikuti millahnya.

وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. ” (QS. Al-Baqarah: 124)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan tentang, “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia,”Maksudnya: Sebagai balasan atas apa yang telah ia kerjakan, seperti melaksanakan perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan. Maka Allah mejadikannya sebagai panutan dan imam bagi manusia yang diteladani dan diikuti.” Ini seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ* شَاكِرًا لأنْعُمِهِ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ* وَآتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ* ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif (lurus akidahnya). Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. Ia banyak mensyukuri nikmat-nikmat Allah, karenanya Allah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif. Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS. Al-Nahl: 120-123)

قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar; agama Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik”.” (QS. Al-An’am: 161)

Saudaraku yang Dirahmati Allah!

Cukup banyak keteladanan Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam bagi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan umat Islam, di antaranya dalam menjaga dan memperjuangkan keimanan, seperti harus berpisah dan meninggalkan bumi kelahirannya karena Allah, keberanian menyampaikan kebenaran tauhid, kufur kepada segala bentuk kesyirikan dan kekafiran, ingkar terhadap orang-orang kafir dan menyatakan permusuhan terhadap mereka, husnuzan dan yakin kepada Allah Ta’ala, berkorban jiwa dan raga untuk tegaknya keimanan di muka bumi, dan lainnya.

Dalam syariat ibadah juga demikian, banyak syariat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang merupakan warisan dari syariat Ibrahim ‘Alaihis Salam, seperti memanjangkan jenggot, mencukur kumis, khitan, manasik haji, berkurban, dan lainnya.

Saudaraku yang Dirahmati Allah!

Salah satu kesuksesan Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam yang patut kita teladani adalah dalam membangun negeri. Daerah yang tandus dan tak berpenghuni berhasil beliau rubah menjadi negeri yang diberkahi, melimpah rizki, diliputi keamanan, dan dirindukan banyak orang. Negeri tersebut bernama Makkah al-Mukarramah.

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37)

Doa di atas dipanjatkan Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam saat meninggalkan istrinya Hajar dan anaknya yang tercinta, Islamil ‘Alaihis Salam di Makkah. Saat itu, Makkah adalah tempat tak berair dan tandus sehingga tidak bisa ditanami dan tidak ada buah-buahan tumbuh di sana. Menurut Al-Jazairi, tempat sekitarnya juga demikian, sehingga lengkaplah kesulitan hidup di sana. Karenanya, negeri tersebut tidak berpenghuni. Namun dengan penuh keyakinan kepada Allah beliau tinggalkan keduanya dengan perintah-Nya.

Disebutkan dalam Shahih al-Bukhari, beliau hanya meninggalkan satu kantong yang berisi kurma dan air sebagai bekal bagi Hajar dan Ismail. Lalu Ibrahim dengan perasaan sedih berbalik kebelakang dan meninggalkan keduanya. Ummu Ismail mengikutinya dan memanggil,

يَا إِبْرَاهِيمُ أَيْنَ تَذْهَبُ وَتَتْرُكُنَا بِهَذَا الْوَادِي الَّذِي لَيْسَ فِيهِ إِنْسٌ وَلَا شَيْءٌ

Wahai Ibrahim, kemana kamu mau pergi meninggalkan kami di lembah yang tak ada satu manusia pun dan tanpa sesuatu?

Berulang kali Ummu Ismail, Hajar, mengulangi perkataannya. Namun Ibrahim tidak menoleh kepadanya. Kemudian Hajar bertanya kepada suaminya,

أَاللَّهُ الَّذِي أَمَرَكَ بِهَذَا؟

Apakah Allah yang memerintahkan-Mu untuk melakukan ini?” Ibrahim menjawab, “Ya.” Hajar melanjutkan,

إِذَنْ لَا يُضَيِّعُنَا

Kalau begitu, pasti Dia tidak akan menelantarkan kami.

Idzan Laa Yudhayyi’una . . . Demi Allah, Indah sekali untian kalimat Sayyidah Hajar, istri Nabiyullah Ibrahim dan ibunda Nabiyullah Islamil ‘Alaihimus Salam.

Idzan Laa Yudhayyi’una . . . Demi Allah, betapa agungnya kalimat itu jika kita mau merenungkannya.

Idzan Laa Yudhayyi’una . . . Demi Allah, betapa dalam makna kalimat itu kalau kita bisa memahaminya.

Idzan Laa Yudhayyi’una . . . Demi Allah, betapa hebat kalimat tersebut jika kita mampu mengaplikasikannya.

Idzan Laa Yudhayyi’una . . .  Adalah kalimat terakhir yang diucapkan Hajar kepada Ibrahim ‘Alaihis Salam yang menunjukkan kelapangan dada terhadap keputusan Allah.

Idzan Laa Yudhayyi’una . . . Adalah kalimat yang menunjukkan kepasrahan dan ketundukan hamba kepada keputusan Rabb-Nya. Tidak ada kata protes, membantah, dan mencari-cari alasan untuk tidak menerimanya.

Kemudian Hajar kembali ke tempat ditaruhnya Ismail, sementara Ibrahim melanjutkan perjalannya. Saat ia sampai di tempat yang tak terlihat oleh Hajar, Ibrahim berdoa dengan menghadap ke Baitullah seraya mengangkat kedua tangannya sambil berdoa,

رَبِّ إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Saudaraku yang Dirahmati Allah!

Ini menjadi pelajaran bagi kita untuk senantiasa Husnuzan (berperasangka baik) kepada Allah dan yakin kepada-Nya, Allah berkehendak memberikan kebaikan kepada kita dalam setiap syariat dan perintah-Nya. Maka yakinilah, saat Allah memerintahkan kepada kita untuk berpuasa (seperti puasa Ramadhan maupun puasa sunnah seperti ‘Arafah hari kemarin) bukan Dia ingin menyiksa kita dan membuat kita kelaparan. Tapi Dia ingin memberikan kebaikan yang banyak kepada kita berupa pahala melimpah, diampuni dosa, kesehatan dan lainnya.

Begitu juga saat Dia perintahkan berinfak dan mengeluarkan zakat, bukan untuk membuat kita miskin. Tapi Dia ingin agar kita tidak terlalu cinta dunia, lebih mengutamakan cinta Allah daripada cinta harta sehingga manisnya iman dapat dirasakan, agar harta kita bersih dari kotorannya dan diberkahi, agar kita tidak terbebani oleh harta saat di akhirat. Allah ta’ala berfirman,

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (QS. Al-Baqarah: 276)

Di saat semua manusia dibangkitkan dan dikumpulkan di Mahsyar yang mengerikan, seram dan menakutkan sehingga seorang anak menjadi beruban, matahari didekatkan, dan mereka tenggelam oleh keringat-keringat mereka. Maka di antara mereka ada yang mendapatkan naungan Allah yang tak ada naungan di hari itu kecuali naungan-Nya, salah satunya:

وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ

Dan laki-laki yang bershadaqah dengan menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengatahui apa yang diperbuat oleh tangan kanannya.” (Muttafaq ‘Alaih)

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Setiap orang berada di bawah naungan sedekahnya sehingga manusia diadili oleh pengadilan Allah.” Atau beliau bersabda, “Hingga keputusan di antara manusia ditetapkan (oleh pengadilan Allah).” (HR. Ibnu Huzaimah. Shahih sesuai syarat Muslim)

Dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:  

إِنَّ الصَّدَقَةَ لَتُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَتَدْفَعُ عَنْ مِيتَةِ السُّوءِ

Sesungguhnya shadaqah akan memadamkan kemarahan Allah dan menghindarkan dari kematian buruk.” (HR. al-Tirmidzi)

Menurut Ibnul ‘Arabi al-Maliki, kematian buruk adalah kematian dalam kondisi bermaksiat.” Dan menurut al-’Iraqi, “Secara Zahir, kematian yang buruk adalah kematian yang mana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berlindung kepada Allah darinya berupa hancur, jatuh, tenggelam, kebakaran, tergoda setan saat sakaratul maut, dan lari dari peperangan.” (Tuhfatul Ahwazi: 2/330)

Demikian pula perintah menyembelih hewan kurban, bukan supaya harta kita berkurang dan kita menjadi miskin. Tapi Allah menginginkan agar kita meningkat iman, selamat di akhriat dan berbahagia di sana.

Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلًا أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ

"Tidak ada satu amalan yang dikerjakan anak Adam pada hari nahar (hari penyembelihan) yang lebih dicintai oleh Alah 'Azza wa Jalla daripada mengalirkan darah. Sungguh dia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, kuku dan rambutnya. Sesunggunya darahnya akan sampai kepada Allah 'Azza wa Jalla sebelum jatuh ke tanah… " (HR. Ibnu Majah dan al-Tirmidzi, beliau menghassankannya)

Dan sabda beliau ketika di tanya apakah sembelihan ini, maka beliau menjawab, "Tuntunan ayah kalian Ibrahim." Mereka bertanya, "Apa pahala yang akan kita dapatkan?" Beliau menjawab, "Setiap helai rambut, akan dibalasi dengan satu kebaikan." Lantas mereka bertanya, "Bagaimana dengan bulu (domba)?" Maka beliau menjawab, "Setiap bulu juga akan dibalas dengan satu kebaikan." (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi, beliau menghasankannya)

Disyariatkan jilbab bagi wanita muslimah juga tidak untuk menyengsarakan dan menghinakan wanita, sebagaimana tuduhan kaum orientalis dan feminisme. Tapi untuk menjaga kehormatan mereka.

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)

Berjilbab tidak akan membuat wanita muslimah jauh dari jodoh, terbatasi rizkinya, dan ketakutan-ketakutan lainnya. Bahkan sebaliknya, wanita yang berjilbab karena Allah, meninggalkan berTabarruj Ala Jahiliyah (mengumbar aurat ala jahiliyah) karena-Nya, pasti Allah limpahkan kebaikan padanya, diberikan rizki dari jalan yang tak pernah ia duga, serta memberi ganti yang lebih baik dari yang ia tinggalkan.

إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا اتِّقَاءَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا أَعْطَاكَ اللَّهُ خَيْرًا مِنْهُ

Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena tkawa kepada Allah ‘Azza wa Jalla , kecuali Allah akan memberikan ganti kepadamu yang lebih baik darinya.” (HR. Ahmad. Syaikh al-Albani mengatakan, sanadnya shahih sesuai syarat Muslim)

Maka siapa wanita yang rela menutup auratnya karena Allah pasti Allah limpahkan karunia dan kebaikan kepadanya, karena Allah amat sangat sayang kepada hamba yang beriman.

Saudaraku yang Dirahmati Allah!

Demikian itu yang berlaku dalam semua syariat-Nya, wajib diyakini oleh setiap muslim bahwa apa yang Allah tetapkan bagi mereka dari syariat-Nya adalah untuk kebaikan mereka, baik di dunia maupun di akhirat. Syariat-Nya tidak akan mencelakan dan membinasakan para hamba-Nya. Sebab, ALLAH AMAT SAYANG KEPADA KITA, ORANG-ORANG BERIMAN.

إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. Al-Nisa’: 29)

Jika demikian, seharusnya setiap muslim jika diseru untuk menerapkan syariat Islam, tidak akan berkata “No”. Sebaliknya yang dia ucapkan hanya Sami’na Wa Atha’na (kami mendengar dan kami patuh).

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan.” “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Nuur: 51)

Saudaraku yang Dirahmati Allah!

Negeri Makkah yang awalnya tandus, tidak berair, dan tidak berpenghuni karena beratnya kehidupan di saja, berubah menjadi negeri yang diberkahi, dirindukan, melimpah rizki dan buah-buahannya. Setiap tahun jutaan orang berlomba-lomba untuk menziarahinya. Semua jenis buah-buahan ada di sana. Berbagai manfaat dien dan dunia terkumpul di tanah haram, Makkah al-Mukarramah.

وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ  لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ

Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka.” (QS. Al-Hajj: 27-28)

Ini semua karena doa nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam dan ketauhidan yang ia tegakkan di sana, serta ketakwaan manusia yang menghuninya, Hajar dan Ismail. Keduanya telah membuktikan kepatuhan dan ketundukan kepada Allah yang disertai husnuzan kepada-Nya.

Kita lihat Ismail yang diasuh oleh Ibu shalihah. Bertahun-tahun ditinggal sang ayah, maka tatkala beranjak remaja ia datang menemui putera semata wayangnya. Bukan hanya untuk melampiaskan rasa rindu, tapi juga untuk menyampaikan perintah dari Allah yang mahaberat yang tak bisa diterima akal manusia manapun.

Ibrahim berkata kepada puteranya,

يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى

Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” (QS. Al-shaafat: 102)

Lalu dengan tegas sang anak menjawab,

يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Al-shaafat: 102)

Ini juga mejadi pelajaran bagi kita, bahwa iman dan takwa akan mendatangkan berkah pada rizki, tempat tinggal, waktu dan lainnya. Sehingga negeri yang dibangun di atas iman dan diisi dengan ketakwaan, berupa ketundukan dan kepatuhan terhadap syariat Allah pasti akan menjadi negeri makmur, berdaulat dan bertabat. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96)

Kaum Muslimin Yang Dirahmati Allah!

Sebaliknya, negeri yang walaupun kekayaan alamnya melimpah dan SDM-nya hebat, tapi tidak beriman dan bertakwa pasti akan menjadi langganan bencana dan musibah, perpecahan dan tawuran, tidak berberkah, tidak bermartabat, dan dibawah penjajahan kaum kuffar yang terus mengeruk kekayaannya.

وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96)

Dan salah satu bentuk mendustakan syariat Allah di antaranya adalah dengan menolak bertahkim kepada syariat. DR. Abdullah al Mushlih dan DR. Shalah Shawi, mengatakan, “Menolak Tahkim Syariah (menjadikan syariat Islam sebagai hukum) tak ubahnya seperti mendustakan syariah. Kedua perbuatan tersebut mengeluarkan dari Islam.” (Maa Laa Yasa’u al Muslima Jahluhu, hal. 100)

 Diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah berdiri di hadapan kami lalu bersabda:

يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمْ الَّذِينَ مَضَوْا وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنْ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَ&#1607

Sumber

Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

Pelajaran Mulia Dari Nabi Ibrahim Dengan Imbalan Kamar Surga
Khutbah Idul Adha 1431 H: Membangun Kekuatan Umat
Kisah Perjuangan Nabi Ibrahim A.S
Mencontoh Akhlak Mulia Nabi Ibrahim
Meniru Perilaku “Cinta” Nabi Ibrahim
Cerita Ibrahim, Setelah 20 Tahun Ditahan di Penjara Rezim Libya yang Mengerikan
Maqam Ibrahim
Serdadu Zionis Larang Muslim Hebron Masuk Masjid Nabi Ibrahim, Patahkan Tangan Guru Palestina
Meneladani Allah Yang Maha Luas
Zionis Tutup Masjid Nabi Ibrahim 'Alayhissalam untuk Upacara Yahudi

Doa Menyembelih Hewan Qurban

Posted: 04 Nov 2011 05:00 PM PDT

Doa Menyembelih Hewan Qurban

Oleh: Badrul Tamam

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi Kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya, serta umatnya yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.

Setiap orang yang berkurban tentunya berharap ibadahnya tersebut diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di samping memperhatikan jenis hewan kurban, umur dan kondisi hewan kurban yang selamat dari cacat, kita juga harus memperhatikan tatacara penyembelihannya. Di antaranya, memperhatikan bacaan saat menyembelih. Apa dzikir atau doa yang diajarkan oleh syariat saat menyembelih hewan kurban?

Pada ringkasnya, bagi orang yang ingin menyembelih hewan qurban disunnahkan baginya saat akan menyembelih untuk membaca:

بِسْمِ اللَّه اللَّهُمَّ  وَاللَّهُ أَكْبَرُ اَللَّهُمَّ هَذَا مِنْكَ وَلَكَ، هَذَا عَنِّي

Artinya: (Dengan Nama Allah, Allah Maha Besar, Ya Allah ini dari-Mu dan untuk-Mu, ini kurban dariku).

Jika ia menyembelihkan hewan qurban milik orang lain, ia membaca:

بِسْمِ اللَّه اللَّهُمَّ  وَاللَّهُ أَكْبَرُ اَللَّهُمَّ هَذَا مِنْكَ وَلَكَ، هَذَا عَنْ فُلَانٍ

Dengan Nama Allah, Allah Maha Besar, Ya Allah ini dari-Mu dan untuk-Mu, ini kurban dariku.” Di tambah:

اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ فُلَانٍ وَآلِ فُلَانٍ

“Ya Allah, terimalah kurban dari fulan dan keluarga fulan,” (dengan menyebut namanya).

Namun yang wajib dari bacaan ini adalah membaca Basmalah (Bismillah). Jika sudah membacanya, maka sah penyembelihan hewan qurban tersebut walau tidak menambah bacaan selainnya. Adapun kalimat-kalimat sesudahnya hanya anjuran, bukan wajib. Hal ini didasarkan kepada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

فَكُلُواْ مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللّهِ عَلَيْهِ إِن كُنتُمْ بِآيَاتِهِ مُؤْمِنِينَ

Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An’am: 118)

وَلاَ تَأْكُلُواْ مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ

Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya.  Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.” (QS. Al-An’am: 121)

Diriwayatkan dalam Shahihain, dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:

ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkurban dengan ekor domba jantan yang dominasi warna putih dan bertanduk. Beliau menyembelihnya dengan tangannya sendiri, membaca basmalah dan bertakbir serta meletakkan kakinya di atas samping lehernya.”

Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan untuk membawakan satu ekor kibas bertanduk yang hitam kakinya, hitam bagian perutnya, dan hitam di sekitar kedua matanya. Lalu dibawakan kepada beliau untuk beliau sembelih sendiri. Beliau berkata kepada ‘Aisyah, “Wahai ‘Aisyah, ambilkan sebilah pisau.” Kemudian beliau bersabda, “Asahlah pisau itu dengan batu.” ‘Aisyah pun mengerjakan. Kemudian beliau mengambil pisau dan mengambil kibas tersebut, lalu beliau membaringkannya dan menyembelihnya. Kemudian beliau berucap:

بِسْمِ اللَّه اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّد وَآل مُحَمَّد وَمِنْ أُمَّة مُحَمَّد

“Dengan nama Allah, ya Allah terimalah dari Muhammad dan keluarga Muhammad, serta dari umat Muhammad.” Kemudian beliau menyembelihnya.

Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan tentang maksudnya, yaitu beliau membaringkannya dan menyembelihnya sambil membaca kalimat di atas. (Lihat Syarah Muslim li al-Nawawi dalam keterangan hadits di atas)

Dan diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Aku menyaksikan Shalat Idul Adha di musholla bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ketika beliau selesai khutbah beliau turun dari mimbar dan dibawakan kepada beliau seekor domba jantan lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyembelihnya sambil mengucapkan:

بِسْمِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ هَذَا عَنِّي وَعَمَّنْ لَمْ يُضَحِّ مِنْ أُمَّتِي

Dengan nama Allah dan Allah Maha Besar, ini dariku dan dari setiap orang yang tidak berkurban dari umatku.” (Dishahihkan oleh-Al-albani rahimahullah dalam Shahih al-Tirmidzi)

Terdapat tambahan dalam sebagian riwayat,

اَللَّهُمَّ إِنَّ هَذَا مِنْكَ وَلَكَ

Ya Allah, sesungguhnya ini dari-Mu dan untuk-Mu.” (Lihat: Irwa’ al-Ghalil, no. 1138 dan 1152)

Maksud, Allahumma Minka (Ya Allah, sesungguhnya ini dari-Mu): hewan kurban ini adalah rizki pemberian-Mu yang sampai kepadaku dari Engkau. Sedangkan Wa Laka (dan untuk-Mu) adalah ikhlas untuk-Mu.(Lihat: al-Syarah al-Mumti’: 7/492). Wallahu Ta’ala A’lam. [PurWD/voa-islam.com]

  • Sumber: Website AL-ISLAMU; SUAL WA JAWAB yang beralamat: www.islamqa.com, dengan judul (terjemahannya: “Apa yang Dibaca Saat Menyembelih Hewan Qurban?”.

Sumber

Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

Doa Shahih Ketika Menyembelih Qurban
Doa Menyembelih Qurban yang Shahih
Qurban All in One Lipatgandakan Kemaslahatan Kurban
Persiapan Hewan Qurban di Gaza
Terobosan Baru Pakistan Permudah Pembelian Hewan Qurban
Tentang jumlah hewan qurban
Bolehkah Menjual Kulit Hewan Qurban Untuk Kepentingan Masjid?
Darunnajah Salurkan 42 Hewan Qurban di Hari Raya Idul Adha 1431 H
Rumah Zakat Salurkan Qurban di 11 Desa
Hati-hati pilih hewan qurban, 70% cacing hati ditemukan pada daging sapi

Tentara Israel Cegat Dua Kapal Bantuan Gaza

Posted: 04 Nov 2011 04:00 PM PDT

Edisi Charia Dicetak Ulang Charlie Hebdo

Posted: 04 Nov 2011 04:00 PM PDT

Pembekelan Prakerin Sesi I

Posted: 04 Nov 2011 03:01 PM PDT

Pembekelan Prakerin Sesi I

Pagi itu begitu cerah, rona wajah sumringah optimis penuh semangat nampak pada para santri kelas XI dan XII SMK Darunnajah Cipining (SMaKDA) yang akan mengikuti pembekalan Praktik Kerja Industri (Prakerin) angkatan ke-2, tepat Jum’at, 21 Oktober 2011.

“Pembekalan Prakerin harus dilaksanakan, saya tidak izinkan apabila anak-anak diterjunkan di Dunia Usaha/Dunia Industri tanpa pembekalan yang matang, terutama dalam bidang akhlak dan tata krama”, dengan tegas Pimpinan Pesantren Darunnajah Cipining menyampaikan kepada Kasek SMaKDA Ust. Sholeh Ahmad, S.Kom.

Pembekalan ini dimaksudkan agar para peserta prakerin memperoleh informasi yang lengkap, serta mendapat motivasi serta persiapan mental, tata krama, dan seluk beluk Dunia Usaha/Industri.

Pembekelan Prakerin Sesi I

Sensei Kholil Tunjukkan Sertifikatnya "Sebagai Karyawan Terbaik" Saat Magang di Jepang

Usai Pembukaan Pembekalan oleh Kasek SMaKDA, hadir Ust. Ahmad Kholil sebagai nara sumber tentang “Dunia Kerja Dan Karyawan Yang Baik”. Pada kesempatan ini, Sensei Kholil juga mempresentasikan pengalaman kerjanya selama berada di Jepang. Setidaknya ada 5 hal penting yang harus diperhatikan oleh setiap peserta  prakerin dengan menerapkan 5-S yang dilaksanakan di Jepang:

Seiri, seorang karyawan harus memperhatikan dan memilih barang-barang atau peralatan  yang masih dipakai dan barang-barang tidak diperlukan sehingga segala barang yang ada di lokasi kerja hanya barang yang benar-benar dibutuhkan dalam aktivitas kerja. Barang-barang yang sudah tidak dipakai harus diinvetarisir pada tempat khusus.

Seiton, meletakkan segala sesuatu sesuai posisi yang ditetapkan sehingga siap digunakan pada saat diperlukan.

Seiso, merupakan kegiatan mempersihkan peralatan dan daerah kerja setiap selesai digunakan, sehingga segala peralatan kerja tetap terjaga dalam kondisi yang baik.

Seiketsu, merupakan kegiatan menjaga kebersihan pribadi sekaligus mematuhi ketiga tahap sebelumnya. Seorang Karyawan harus menjaga kebersihan badan, pakaian serta penampilan, juga harus dapat menjaga dan merawat  peralatan yang digunakannya.

Shitsuke, Pemeliharaan kedisiplinan pribadi masing-masing pekerja dalam menjalankan seluruh tahap 5S.

Pembekelan Prakerin Sesi I

Suana Pelatihan

Dalam presentasinya, Sensei Kholil yang mendapatkan sertifikat karyawan terbaik di Jepang saat masa magang di Jepang, juga menampilkan beberapa Foto dan Video kegiatan para karyawan asli Jepang, Ia menggambarkan, masyarakat Jepang sangat serius dalam bekerja, disiplin dan sangat menghargai waktu. Terbukti, ketika mereka berjalan menuju kantor atau pabrik, mereka jarang sekali sambil ngobrol atau candayang tidak perlu, mereka berjalan sangat cepat, dan selalu bisa hadir di tempat kerja minimal 15 menit sebelum jam masuk. Konsekuensi bagi mereka yang terlambat adalah pemotongan gaji, dan dapat pecat dari pekerjaannya, meski terlambat hanya beberapa menit.

Pembekelan Prakerin Sesi I
Peserta Prakerin, Usai Pembekalan Sesi Pertama Oleh Sensei Kholil

Meski presentasi ini cukup singkat, terlihat semangat Santri SMaKDA semakin membara dan Percaya Diri untuk siap terjun bersaing dalam Dunia Usaha dan Industri. SMaKDA, Ayo semangat!!! Jangan Kalah sama orang Jepang.!!! (SHAAD)

 

 

 

 

 

 

Berita Lain Yang Berhubungan:

  • PRAKERIN PERDANA SANTRI SMK
  • Ini Dia, Raja Dan Ratu LDK Sesi Kedua!
  • TAUSIYAH PIMPINAN PESANTREN JELANG LIBURAN RAMADHAN
  • Pembekalan PDPM : Warnai Massa dengan Ruh Keagamaan
  • Oh Pondokku..
  • Sumber

    Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

    1. Pemanfatan Barang Milik Kantor untuk Kepentingan Pribadi, Bolehkah?
    Ini Dia, Raja Dan Ratu LDK Sesi Kedua!
    Vettel Raih Pole, RedBull Dominasi Sesi Kualfikasi
    Kehakiman AS Didesak Selidiki Sesi Sholat Capitol Hill
    Libas Duo RedBull, Alonso Kuasai Sesi Kualifikasi
    Jepang Susupkan Pengaruh ke Irak lewat Proyek Nuklir
    Suramnya Masa Lalu Pabrik Nuklir Hantui Jepang
    Muslimah NU Berdayakan Eks TKW
    Ketakutan, Sebuah Hotel di Washington Keluarkan Karyawan Muslim Demi Ehud Barak
    Muslimah NU Sasar Janda Muda

    Ada Larangan Puasa Hari Sabtu, Bagaimana Puasa ‘Arafah Tahun Ini?

    Posted: 04 Nov 2011 03:00 PM PDT

    Ada Larangan Puasa Hari Sabtu, Bagaimana Puasa ‘Arafah Tahun Ini?

    Oleh: Ust. Badrul Tamam

    Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.

    Banyak pertanyaan ditujukan kepada kami tentang hukum puasa ‘Arafah di tahun ini yang jatuh pada hari Sabtu, 05 November 2011 M. Sementara di sana ada larangan berpuasa di hari sabtu saja. Sehingga sebagiannya ada yang menyiasati dengan berpuasa pada hari Jum’atnya, agar tidak jatuh dalam larangan berpuasa pada hari Sabtu saja.

    Jumhur ulama berpendapat, dimakruhkan berpuasa pada hari Sabtu saja. Karena menghususkan puasa pada hari Sabtu menyerupai puasa orang Yahudi. Pemakruhan ini juga dilandaskan kepada hadits dari Abdullah bin Busr, dari saudara perempuannya, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda,

    لا تَصُومُوا يَوْمَ السَّبْتِ إِلا فِيمَا افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ أَحَدُكُمْ إِلا لِحَاءَ عِنَبَةٍ، أَوْ عُودَ شَجَرَةٍ فَلْيَمْضُغْهُ 

    Janganlah kalian berpuasa pada hari Sabtu kecuali puasa yang diwajibkan atas kalian. Jika salah seorang kalian tidak mendapatkan (makanan) kecuali kulit anggur atau tangkai pohon, maka hendaklah ia mengunyahnya.” (HR. Abu Dawud no. 2421, Al-Tirmidzi no. 744, Ibnu Majah no. 1726, dan Ahmad 6/368. Syaikh al-Albani menshahihkannya dalam al-Irwa’, no. 960, Abu Isa al-Tirmidzi mengatakan: Ini hadits hasan. Sedangkan makna pemakruhan dalam hal ini adalah seseorang menghususkan puasa pada hari Sabtu, karena orang Yahudi mengagungkan hari Sabtu.)

    Makna Falyamdhuh-ghu (maka hendaklah ia mengunyahnya) menunjukkan anjuran sangat untuk berbuka.

    Namun diakui banyak juga ulama yang tidak menerima hadits ini, mereka menilai hadits ini memiliki cacat. Imam Malik mengatakan, “Hadits ini adalah hadits dusta.”Abu Dawud berkata, “Hadits ini mansukh.” Al-Hafidz Ibnul Hajar berkata, “Hadits ini mudhtharib (kacau).” Al-Thahawi berkata, “Hadits ini syadz (rancu). Demikian juga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan selainnya menilainya memiliki cacat. Sehingga mereka yang mendhaifkan hadits ini berpendapat, tidak mengapa (boleh) berpuasa pada hari Sabtu walaupun dikhususkan. Oleh karenanya, Mereka lebih mengutamakan dan sangat menganjurkan untuk melaksanakan puasa-puasa yang disyariatkan walaupun bertepatan dengan hari Sabtu, seperti puasa ‘Arafah dan lainnya. (Lihat: Shahih Fiqih Sunnah (Terjemahan), Syaikh Abu Malik Kamal: 3/198)

    Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, Para sahabat kami berkata: Dimakruhkan menghususkan puasa hari sabtu. . . dan yang makruh adalah ifraduhu (puasa hari sabtu saja). Jika ia menggandengnya dengan puasa hari lain, tidak dimakruhkan, berdasarkan hadits Abu Hurairah dan Juwairiyah. Dan jika ia bersesuaian dengan satu puasa (yang disyairatkan) bagi orang, maka tidak dimakruhkan. (Al-Mughni: 3/52)

    Maksud hadits Abu Hurairah di atas adalah apa yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim, Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu berkata: Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

    لا يَصُومَنَّ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِلا يَوْمًا قَبْلَهُ أَوْ بَعْدَه

    Janganlah salah seorang kalian berpuasa pada hari Jum’at kecuali ia juga berpuasa sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.

    Sedangkan hadits Juwairiyah adalah yang diriwayatkan Al-Bukhari dalam Shahihnya, dari Juwairiyah binti al-Harits Radhiyallahu ‘Anha, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menemuinya pada hari Jum’at dan bertanya, “Apakah engkau berpuasa kemarin?” Ia menjawab, “Tidak.” Beliau bertanya, “Apakah engkau hendak berpuasa besok?” Ia menjawab, “Tidak.” Lalu beliau bersabda, “Kalau begitu berbukalah.”

    Kedua hadits di atas menunjukkan bukti jelas, boleh berpuasa hari Sabtu di luar Ramadhan bagi siapa yang berpuasa juga pada hari Jum’at.

    Terdapat dalam Shahihain, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Dawud, beliau puasa sehari dan berbuka sehari.” Dan ini pasti akan pernah bertepatan dengan hari Sabtu secara sendirian pada sebagian gilirannya. Dari sini diambil kesimpulan, apabila puasa yang biasa dikerjakan (seperti puasa hari ‘Arafah dan ‘Asyura) bertepatan dengan hari Sabtu, maka tidak apa-apa bepuasa padanya, walaupun hari Sabtu saja.

    Macam-macam Puasa Hari Sabtu

    Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjelaskan tentang macam-macam puasa hari sabtu:

    Pertama, bertepatan dengan puasa fardu seperti puasa Ramadhan dengan pelaksanaan langsung atau qadha’, puasa kafarat, pengganti penyembelihan hadyu tamathu’. Semua ini tidak apa-apa jika tidak menghususkannya karena diyakini memiliki keutamaan lebih.

    Kedua, berpuasa sehari sebelumnya pada hari Jum'at, maka ini tidak apa-apa. Ini  sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada Juwairiyah, istri beliau, yang berpuasa pada hari Jum'at:  "Apakah engkau berpuasa kemarin?" Ia menjawab, "Tidak." Beliau bertanya, "Apakah engkau hendak berpuasa besok?" ia menjawab, "tidak." Lalu beliau bersabda, "Kalau begitu berbukalah." (HR. Al-Bukhari)

    Ketiga, hari Sabtu bertepatan dengan puasa-puasa di hari yang disyari’atkan, seperti puasa Ayyamul Bidh, hari ‘Arafah, hari ‘Asyura, enam hari di bulan Syawal bagi yang sudah selesai mengerjakan puasa Ramadhan, enam hari pertama di bulan Dzilhijjah maka tidak apa-apa. Karena ia tidak berpuasa padanya karena ia hari Sabtu, tetapi karena ia termasuk hari-hari yang disyari’atkan puasa di dalamnya.

    Keempat, bertepatan dengan puasa yang biasa dikerjakannya, seperti orang yang sehari puasa sehari tidak (Shaum Dawud) yang hari puasa bertepatan dengan hari Sabtu, maka tidak apa-apa ia berpuasa pada hari itu. Hal ini seperti sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam saat melarang mendahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari sebelumnya, “Kecuali seseorang yang terbiasa menjalankan berpuasa satu jenis puasa, maka tetaplah ia berpuasa.”

    Kelima, Ia menghususkan (mengistimewakan) hari Sabtu untuk berpuasa sunnah, ia berpuasa di hari itu saja. Inilah yang dilarang, jika hadits yang melarangnya shahih. (Diringkas dari Majmu’ Fatawa wa Rasail al-Syaikh Ibni Utsaimin)

    Kesimpulan

    Berpuasa ‘Arafah di tahun ini yang jatuh pada hari Sabtu (besok hari dari ditulisnya artikel ini) tanpa menggandengnya dengan puasa sehari sebelumnya, adalah tidak mengapa. Jadi tidak harus mengawalinya dengan puasa tanggal 8 Dzulhijjahnya. Bahkan menghususkan puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah) adalah tidak dibenarkan karena hadist-hadits yang menghususkannya tidak ada yang shahih. Namun jika berpuasa di hari Tarwiyah karena ia termasuk sepuluh hari pertama Dzulhijjah, -yang amal-amal shalih di dalamnya lebih dicintai Allah dan shaum termasuk dari amal-amal shalih tersebut-, maka tidak apa-apa. Wallahu Ta’ala A’lam. [PurWD/voa-islam.com]

    Sumber

    Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

    Hukum Puasa Sunnah pada Hari Sabtu
    Hukum Puasa Hari Syakk
    Kapan Puasa Tasu’a dan ‘Asyura Pada Tahun Ini?
    Apa alasannya mengkhususkan puasa di hari Jum’at itu dilarang? Bukankah puasa qadha’ bisa dilakukan
    Keutamaan Puasa Hari Arafah
    Adakah Puasa Weton (Puasa Hari Kelahiran)?
    Niat Puasa Tiga Hari
    Puasa Syawal dan Mengganti puasa Ramadhan
    Apakah Puasa Sehari Tanggal 11 Muharram Disunnahkan?
    Puasa Syawal dengan Menentukan Hari

    Masjid Singapura Galang Dana untuk Thailand dan Kamboja

    Posted: 04 Nov 2011 01:00 PM PDT

    Artikel Anti Homo Ditarik Koran Katolik Roma AS

    Posted: 04 Nov 2011 01:00 PM PDT

    Tentara Israel Cegat Dua Kapal Bantuan Menuju Gaza

    Posted: 04 Nov 2011 01:00 PM PDT

    Taliban Serukan Pasukannya Tidak Bunuh Warga Sipil

    Posted: 04 Nov 2011 01:00 PM PDT

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Next Prev
    ▲Top▲