Koran Muslim

| Rabu, 02 November 2011

Koran Muslim


Ini Dalilnya (2): Jadikan Manhaj Salaf Sebagai Rujukan

Posted: 02 Nov 2011 05:00 PM PDT

Kata 'salaf' secara bahasa berarti sesuatu yang telah lampau. Berikut ini kami nukilkan definisi 'salaf' dari beberapa kamus bahasa Arab yang kredibel [1]) ;

Ibnul Atsir -rahimahullah- mengatakan:

وَقِيْلَ سَلَفُ الإِنْسَانِ مَنْ تَقَدَّمَهُ بِالْمَوْتِ مِنْ آبَائِهِ وَذَوِي قَرَابَتِهِ وَلِهَذَا سُمِّيَ الصَّدْرُ الأَوَّلُ مِنْ التَّابِعِينَ السَّلَفَ الصَّالِحَ. {النهاية في غريب الأثر – (ج 2 / ص 981)}

"Salaf seseorang juga diartikan sebagai siapa saja yang mendahuluinya (meninggal lebih dahulu), baik dari nenek moyang maupun sanak kerabatnya. Karenanya, generasi pertama dari kalangan tabi'in dinamakan As Salafus Shaleh" [2])

Perhatikanlah firman-firman Allah berikut:

"Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau…" (Q.S. An Nisa':22).

 Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu :"Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu" (Q.S. Al Anfal:38).

Jadi, 'Salaf ' artinya mereka yang telah berlalu. Sedangkan kata 'shaleh' artinya baik. Maka 'As Salafus Shaleh' maknanya secara bahasa ialah setiap orang baik yang telah mendahului kita. Sedangkan secara istilah, maknanya ialah tiga generasi pertama dari umat ini, yang meliputi para sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in.

Dalam kitab Al Wajiez fi 'Aqidatis Salafis Shalih Ahlissunnah wal Jama'ah, Syaikh Abdullah bin Abdul Hamid Al Atsary mengatakan sebagai berikut:

وَفِي الاِصْطِلاَحِ : إِذَا أُطْلِقَ (( السَّلَفُ )) عِنْدَ عُلَمَاءِ الاِعْتِقَادِ فَإِنَّمَا تَدُورُ كُلُّ تَعْرِيْفَاتِهِمْ حَوْلَ الصَّحَابَةِ، أَوِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ ، أََوِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِيْهِمْ مِنَ الْقُرُوْنِ الْمُفَضَّلَةِ ؛ ِمنَ الأَئِمَّةِ الأَعْلاَمِ الْمَشْهُودِ لَهُمْ بِالإِمَامَةِ وَالفَضْلِ وَاتِّبَاعِ السُّنَّةِ وَالإِمَامَةِ فِيهَا ، وَاجْتِنَابِ الْبِدْعَةِ وَالْحَذَرِ مِنْهَا، وَمِمَّنْ اتَّفَقَتِ الأُمَّةُ عَلىَ إِمَامَتِهِمْ وَعَظِيْمِ شَأْنِهِمْ فِي الدِّيْنِ ، وَلِهَذَا سُمِّيَ الصَّدْرُ الأَوَّلُ بِالسَّلَفِ الصَّالِحِ. (الوجيز 1/15)

Secara istilah; kata 'salaf' jika disebutkan secara mutlak (tanpa embel-embel) oleh ulama aqidah, maka definisi mereka semuanya berkisar pada para sahabat; atau sahabat dan tabi'in; atau sahabat, tabi'in dan orang-orang yang mengikuti mereka dari generasi-generasi terbaik. Termasuk diantaranya para Imam yang terkenal dan diakui keimaman dan keutamaannya serta keteguhan mereka dalam mengikuti sunnah, menjauhi bid'ah, dan memperingatkan orang dari padanya. Demikian pula orang-orang (lainnya) yang telah disepakati akan keimaman dan jasa besar mereka dalam agama. Karenanya, generasi pertama dari umat ini dinamakan As Salafus Shalih (Al Wajiez hal 15).

Demikian pula yang dinyatakan oleh Ibnu Abil 'Izz Al Hanafy dalam kitabnya 'Syarh Aqidah At Thahawiyah':

…هَذَا قَوْلُ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ ، وَهُمُ السَّلَفُ الصَّالِحُ…

"…Ini adalah pendapat para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Dan mereka lah As Salafus Shaleh…" [3]).

Kalau saudara bertanya: Mana dalilnya yang mengharuskan kita mengikuti pemahaman mereka? Maka kami jawab, ini dalilnya;

1.       Dari Al Qur'anul Kariem:

Ayat Pertama

Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalannya orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS. 4:115).

Penjelasannya:

Cobalah anda renungkan kalimat yang bercetak tebal di atas. Bukankah Allah telah menyatakan bahwa diantara sebab tersesatnya seseorang ialah karena ia mengikuti jalan yang lain dari jalan orang-orang beriman (ghaira sabilil mu'minin)? Pertanyaannya; siapakah orang-orang beriman yang dimaksud oleh ayat ini? Jelas bahwa orang-orang yang pertama kali masuk dalam kategori ayat ini ialah mereka yang telah beriman saat ayat ini diturunkan… mereka lah para sahabat Rasulullah e.

Karenanya Imam Syafi'i berdalil dengan ayat ini bahwa ijma'nya para sahabat adalah hujjah (dalil), dan barangsiapa menyelisihi ijma' mereka berarti termasuk orang-orang yang terancam oleh ayat di atas [4]).

Ayat Kedua

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah telah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya; dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar (QS. 9:100).

Penjelasannya:

Dalam ayat ini sangat jelas bahwa Allah telah meridhai para sahabat dari kalangan muhajirin dan anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Mereka semua (muhajirin & anshar) telah dijamin surga oleh-Nya. Lantas mengapa kita mencari teladan selain mereka yang belum tentu masuk surga dan selamat dari neraka??  Padahal di hadapan kita telah terbentang jalan yang terang benderang menuju Surga dan keridhaan Allah… Jalan manakah yang lebih baik dari jalan mereka…?!

Masihkah kita meyakini bahwa ada golongan lain yang lebih rajin beribadah, dan lebih bertakwa dari mereka? Mungkinkah kita akan mendapati sebuah amal shaleh yang belum mereka ketahui? Patutkah kita mencurigai atau menyangsikan keseriusan mereka dalam mengamalkan setiap yang baik…? Ataukah semestinya kita mencurigai siapa pun yang datang setelah mereka, bila ia mengada-adakan suatu praktik ibadah yang belum pernah mereka lakukan… Bagaimana menurut pembaca?

Ayat Ketiga:

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (QS. 9:119)

Ayat Keempat:

Bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-(Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS. 59: 8-9).

Penjelasan ayat ketiga dan keempat:

Dalam dua ayat ini Allah memerintahkan semua orang yang beriman agar bersama dengan orang-orang yang benar (ash shaadiquun), kemudian Dia menjelaskan bahwa orang-orang yang benar tersebut ialah para sahabat dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Sedang dalam kaidah ushul fiqih, setiap perintah itu hukumnya wajib hingga ada dalil lain yang menggesernya menjadi mustahab (sunnah) atau mubah, dan dalil tersebut tidak ada. Kesimpulannya, kita wajib mengikuti jalan mereka.

Ayat Kelima:

Jika mereka beriman dengan apa yang kalian beriman dengannya, berarti mereka telah mendapat petunjuk… (QS. 2:137).

Penjelasan ayat kelima:

            Konteks ayat ini selengkapnya merupakan bantahan terhadap klaim orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mengatakan bahwa barangsiapa mengikuti mereka niscaya akan mendapat petunjuk (ayat 135). Maka Allah membantah klaim mereka tersebut, kemudian memerintahkan mereka untuk mengatakan: kami beriman kepada Allah, beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami,…. dan seterusnya (ayat 136). Kemudian Allah menentukan hakikat keimanan tadi; Jika mereka beriman dengan apa yang kalian beriman dengannya[5]), maka mereka telah mendapat petunjuk. Yang dimaksud dengan kata 'kalian' di sini ialah para sahabat.

Jadi, jelas sekali bahwa jalan satu-satunya untuk mendapatkan petunjuk ialah dengan mengikuti manhaj para salaf, terutama generasi sahabat radhiyallahu 'anhum.

Ayat Keenam:

Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah, lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu'min dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat taqwa dan adalah mereka lebih berhak dengan kalimat taqwa itu dan merekalah ahlinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS. 48:26).

Penjelasan ayat keenam:

Ayat ini menyingkap bagi kita akan arti takwa yang sesungguhnya, sekaligus menjelaskan bahwa para sahabatlah yang paling bertaqwa. Perhatikanlah ayat di atas bahwa yang memberi "stempel ahli taqwa" bukanlah manusia, jin, ataupun makhluk lainnya… tetapi Pencipta alam semesta; Allah Ta'ala.

Namun sayangnya, masih banyak orang yang berat menerima pengertian ini. Mereka merasa ada banyak cara untuk bertakwa kepada Allah yang terluputkan oleh para sahabat.

 2.      Dalil dari As Sunnah

Berikut ini beberapa hadits yang menjadi landasan dalam bermanhaj salafus shaleh;

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ  قَالَ خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ…  أخرجه البخاري ( 2652, 3651, 6429) و مسلم ( 2533 )

Dari Abdullah (ibnu Mas'ud) radhiyallahu 'anhu, katanya: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik manusia ialah mereka yang hidup di zamanku, kemudian yang datang setelah mereka, kemudian yang datang setelahnya lagi…" (H.R. Bukhari no 2652,3651,6429; dan Muslim no 2533).

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ رَبِّ الْكَعْبَةِ قَالَ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَإِذَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ جَالِسٌ فِي ظِلِّ الْكَعْبَةِ وَالنَّاسُ مُجْتَمِعُونَ عَلَيْهِ فَأَتَيْتُهُمْ فَجَلَسْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ  في سَفَرٍ فَنَزَلْنَا مَنْزِلًا فَمِنَّا مَنْ يُصْلِحُ خِبَاءَهُ وَمِنَّا مَنْ يَنْتَضِلُ وَمِنَّا مَنْ هُوَ فِي جَشَرِهِ إِذْ نَادَى مُنَادِي رَسُولِ اللَّهِ  الصَّلَاةَ جَامِعَةً فَاجْتَمَعْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ  فَقَالَ إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِي إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَإِنَّ أُمَّتَكُمْ هَذِهِ جُعِلَ عَافِيَتُهَا فِي أَوَّلِهَا وَسَيُصِيبُ آخِرَهَا بَلَاءٌ وَأُمُورٌ تُنْكِرُونَهَا … الحديث

Dari Abdurrahman bin Abdi Rabbil Ka'bah katanya: Sewaktu aku masuk ke masjidil haram, kudapati Abdullah bin Amru bin Ash  sedang duduk berteduh di bawah ka'bah, sedangkan di sekelilingnya ada orang-orang yang berkumpul mendengarkan ceritanya. Lalu aku ikut duduk di majelis itu dan kudengar ia mengatakan: "Pernah suatu ketika kami bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu safar. Ketika kami singgah di sebuah tempat, diantara kami ada yang sibuk membenahi kemahnya, ada pula yang bermain panah, dan ada yang sibuk mengurus hewan gembalaannya. Tiba-tiba penyeru Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berseru lantang: "Ayo… mari shalat berjamaah!!" maka segeralah kami berkumpul di tempat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya tak ada seorang Nabi  pun sebelumku, melainkan wajib baginya untuk menunjukkan umatnya akan setiap kebaikan yang ia ketahui; dan memperingatkan mereka dari setiap kejahatan yang ia ketahui. Sesungguhnya umat kalian ini ialah umat yang keselamatannya ada pada generasi awalnya; sedangkan generasi akhirnya akan mengalami bala' dan berbagai hal yang kalian ingkari… al hadits" (H.R. Muslim no 1844).

Kami rasa dua hadits di atas cukup jelas maknanya bagi para pembaca. Jadi, jelaslah bahwa generasi awal (As Salafus Shaleh) dari umat ini, ialah generasi terbaik yang terpelihara dari fitnah-fitnah besar yang menimpa umat ini di kemudian hari. Maka wajar jika manhaj mereka yang paling dekat kepada kebenaran, dan paling terjaga dari penyimpangan. Kemudian disusul oleh generasi kedua dan ketiga.

Berangkat dari sini, maka setiap praktik ibadah yang muncul sepeninggal mereka harus kita waspadai. Janganlah terkecoh dengan banyaknya pengikut, karena jumlah yang banyak bukanlah jaminan sebuah kebenaran.

 Mutiara Hikmah As Salafus Shaleh

Sebagai pelengkap, berikut ini adalah wasiat-wasiat berharga dari para salaf yang lebih memperjelas akan pentingnya ittiba' (mengikuti) dan bahayanya ibtida' (membuat bid'ah). Sebagian besar mutiara hikmah ini kami nukil dari kitab Al Wajiez fi Aqidatis Salafis Shaleh Ahlissunnah wal Jama'ah, oleh syaikh Abdullah bin Abdil Hamid Al Atsary -hafidhahullah- jilid 1 hal 153-160.

  1. Hudzaifah ibnul Yaman  :

كُلُّ عِبَادَةٍ لَمْ يَتَعَبَّدْ بِهَا أََصْحَابُ رَسُولِ اللهِ  فلاَ تَتَعَبَّدُوْا بِهَا ؛ فإَِنَّ الأَوَّلَ لَمْ يَدَعْ لِلآخِرِ مَقَالاً ؛ فَاتَّقُوا اللهَ يَا مَعْشَرَ القُرَّاءِ ، خُذُوْا طَرِيْقَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ

(رواه ابن بطة في الإبانة)

"Setiap ibadah yang tidak pernah diamalkan oleh para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, janganlah kalian beribadah dengannya. Karena generasi pertama tak menyisakan komentar bagi yang belakangan. Maka takutlah kepada Allah wahai orang yang gemar beribadah, dan ikutilah jalan orang-orang sebelummu" (Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam Al Ibanah).

2.      Abdullah bin Mas'ud:

مَنْ كان مُسْتنَاًّ فَلْيَسْتَنِّ بِمَنْ قَدْ مَاتَ أُوْلَئِكَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ  كَانُوا خَيْرَ هَذِهِ الأُمَّةِ ، وَأَبَرَّهَا قُلُوباً ، وَأََعْمَقَها عِلْماً ، وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفًا ، قَوْمٌ اِخْتَارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَة نَبِيِّهِ  وَنَقْلِ دِيْنِهِ فَتَشَبَّهُوْا بِأََخْلاَقِهِمْ وَطَرَائِقِهِمْ ؛ فَهُمْ كَانُوا عَلَى الهَدْيِ المُسْتَقِيمِ  (أخرجه البغوي في شرح السنة)

"Siapa yang ingin mengikuti ajaran tertentu, hendaklah ia mengikuti ajaran orang yang telah wafat, yaitu para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka ialah sebaik-baik umat ini. Hati mereka paling baik, ilmu mereka paling dalam, dan mereka paling tidak suka berlebihan (takalluf) dalam beragama. Merekalah kaum yang dipilih Allah untuk menjadi pendamping Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, dan menyampaikan dien-Nya. Maka tirulah akhlak dan tingkah laku mereka, karena mereka selalu berada di atas petunjuk yang lurus" (Diriwayatkan oleh Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah).

Beliau juga mengatakan:

 اِتَّبِعُوا وَلاَ تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيْتُمْ ؛ عَلَيْكُمْ بِالأََمْرِ العَتِيْقِ (أخرجه الدارمي في سننه)

"Ikutilah dan jangan berbuat bid'ah, karena kalian telah dicukupi. Hendaklah kalian berpegang teguh dengan perkara yang terdahulu" (Diriwayatkan oleh Ad Darimi dalam Sunan-nya).

  1. Umar ibnul Khatthab:

وَعَنْ عَابِسٍ بْنِ رَبِيْعَةَ ، قاَلَ : رَأََيْتُ عُمَرَ بْنَ الخْطَاَّبِ  يُقبِّلُ الحَجَرَ- يَعْنِي الأَسْوَدَ- وَيَقُوْلُ : إِنِّي لأَعْلَمُ أََنَّكَ حَجَرٌ لاَ تَضُرُّ وُلاَ تَنْفَعُ ، وَلَوْلاَ أَنِّي رَأَيْتُ رَسُولَ الله ِ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلتُكَ

(متفق عليه)

Dari 'Aabis bin Rabi'ah, katanya: Aku melihat 'Umar ibnul Khatthab shallallahu 'alaihi wa sallam mencium Hajar Aswad seraya berkata: "Aku tahu pasti, bahwa engkau hanyalah sebuah batu yang tak dapat memberi madharat maupun manfaat. Kalaulah bukan karena aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menciummu, kau tak akan kucium!" (Muttafaq 'Alaih)[6]).

 عَنْ أَبِي الْعَلاَءِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ شِخِّيْرٍ قَالَ : عَطَسَ رَجُلٌ عِنْدَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ : اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ ، فَقَالَ عُمَرُ : وَعَلَيْكَ وَعَلىَ أٌمِّكَ ، أَمَا يَعْلَمُ أَحَدُكُمْ مَا يَقُوْلُ إِذَا عَطَسَ ؟ إِذَا عَطَسَ أَحَدَكُمْ فَلْيَقُلْ : اَلْحَمْدُ ِللهِ ، وَلْيَقُلِ الْقَوْمُ : يَرْحَمُكَ اللهُ ، وَلْيَقُلْ هُوَ : يَغْفِرُ اللهُ لَكُمْ

(رواه عبد الرزاق في المصنف, 10/451-452, رقم 19677؛ و البيهقي في شعب الإيمان 39, فصل فيما يقول العاطس في جواب التشميت, رقم 9030).

Dari Abul 'Ala' bin Abdillah bin Syikhkhir, katanya: "Ada seseorang bersin di samping Umar bin Khatthab t, lalu mengucapkan: "Assalaamu 'alaika…", maka sahut 'Umar: "Alaika wa 'ala ummik…! Apa kalian tidak tahu apa yang musti diucapkan ketika bersin? Kalau kalian bersin hendaknya mengucapkan: "Alhamdulillah", sedang yang mendengar mengucapkan: "Yarhamukallaah"  lalu yang bersin membalas: "Yaghfirullaahu lakum" (H.R. Abdurrazzaq dalam Mushannaf-nya, dan Al Baihaqy dalam Syu'abul Iman).

Hadits yang senada juga diriwayatkan dari sahabat Salim bin 'Ubeid:

 أَنَّهُ كَانَ مَعَ الْقَوْمِ فِي سَفَرٍ فَعَطَسَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَقَالَ عَلَيْكَ وَعَلَى أُمِّكَ- وَعِنْدَ الطَّحَاوِي فِي مُشْكِلِ الآثَارِ: مَا شَأْنُ السَّلاَمِ وَشَأْنُ مَا هَاهُنَا ؟- ، ثُمَّ قَالَ بَعْدُ : لَعَلَّكَ وَجَدْتَ مِمَّا قُلْتُ  لَكَ ؟ قَالَ: لَوَدِدْتُ أَنَّكَ لَمْ تَذْكُرْ أُمِّي بِخَيْرٍ وَلَا بِشَرٍّ قَالَ : إنَّمَا قُلْتُ لَكَ كَمَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ إنَّا بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا عَطَسَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ فَقَالَ : السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ  وَعَلَيْكَ وَعَلَى أُمِّكَ ثُمَّ قَالَ : إذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ الْحَدِيث } وَرَوَاهُ أَحْمَدُ وَفِي لَفْظٍ { فَلْيَقُلْ الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ ، أَوْ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ }. رواه أبو داود والترمذي وأحمد وابن حبان في صحيحه

Bahwa ketika beliau bersama rombongannya dalam sebuah safar, ada seseorang yang bersin lantas mengucap: "Assalaamu 'alaikum!", maka sahut Salim: "Alaika wa 'ala ummik [7]" –dalam riwayat Ath Thahawy ditambahkan: "Apa hubungannya antara salam dengan orang bersin?"– Kemudian Salim berkata lagi: "Nampaknya kau tersinggung dengan ucapanku barusan…?" jawabnya: "Ya… andai saja kau tak menyebut-nyebut ibuku tadi…" lalu kata Salim: "Aku tak mengucapkan lebih dari yang diucapkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam … suatu ketika kami sedang bersama beliau shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala ada orang yang bersin dan mengucapkan: "Assalaamu 'alaikum.." maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Alaika wa 'ala ummik…" lalu lanjutnya: "Kalau kalian bersin hendaklah mengucapkan: "Alhamdulillah" atau "Alhamdulillahi 'ala kulli haal" atau: "Alhamdulillahi rabbil 'alamien" (H.R. Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, dan Ath Thahawy).

  1. Abdullah bin Umar:

 كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ؛ وَإِنْ رَآهاَ النَّاسُ حَسَنَةً (رواهما اللالكائي في شرح أصول الاعتقاد)

"Semua bid'ah adalah kesesatan, meski orang-orang menilainya baik (bid'ah hasanah)" (Diriwayatkan oleh Al Laalaka-i dalam Syarh Ushulil I'tiqad) [8]).

 قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ  لمن سأله عن مسألةٍ ، وقال له : إِن أَباك نهى عنها: أَأَمْرُ رَسُوْلِ اللهِ   أََحَقُّ أََنْ يُتَّبَعَ ، أََوْ أََمْرُ أَبِي؟! (زاد المعاد)

Ketika ada seseorang yang mengatakan kepada Abdullah bin 'Umar : "Sesungguhnya ayahmu (Umar bin Khatthab) melarang hal itu". Ibnu Umar balik bertanya: "Perintah siapakah yang lebih berhak untuk ditaati, perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam atau perintah ayahku??" (Zaadul Ma'aad 2/178).

Ibnu Umar memang terkenal sebagai sahabat yang paling ittiba' kepada sunnah dan  anti bid'ah. Imam At Tirmidzi meriwayatkan dalam Sunan-nya:

Dari Nafi' katanya; ada seseorang yang bersin di samping Ibnu Umar lantas mengatakan: Alhamdulillah was salaamu 'ala Rasuulillaah!  Maka Ibnu 'Umar  mengatakan: "Aku pun mengatakan: Alhamdulillah was salaamu 'ala Rasuulillaah, tapi bukan begitu yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ajarkan kepada kami (ketika bersin). Beliau mengajarkan kami agar mengucapkan Alhamdulillaahi 'ala kulli haal" [9]).

  1. Abdullah bin 'Abbas :

وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا- لِمَنْ عَارَضَ السُّنَّةَ ؛ بِقَوْلِ أََبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : يُوشكُ أَنْ تَنـْزِلَ عَلَيْكُمْ حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ ؛ أََقُوْلُ لَكُمْ : قَالَ رَسُولُ اللهِ- صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلََى آلِهِ وَسَلَّمَ- وَتَقُوْلُوْنَ : قاَلَ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ  (رواه عبد الرزاق في المصنف بسند صحيح)

Beliau mengatakan kepada orang yang menolak Sunnah Nabi dengan perkataan Abu Bakar dan Umar: "Hampir saja hujan batu menimpa kalian…!! Kukatakan bahwa: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda begini dan begitu…" namun kalian malah mengatakan: "Abu Bakar dan Umar mengatakan begini dan begitu…!!" (Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq Ash Shan'ani dalam Mushannaf-nya dengan sanad shahih) [10]).

  1. Mu'adz bin Jabal

Dirwayatkan dari Yazid bin 'Umairah -salah seorang sahabat Mu'adz– bahwa Mu'adz bin Jabal  dalam setiap majelisnya selalu mengatakan: "Allah itu bijaksana dan Maha Adil. Celakalah orang-orang yang ragu…". Kemudian pada suatu hari Mu'adz mengatakan: "Sesungguhnya di belakang kalian akan ada fitnah yang banyak…. Saat itu harta melimpah ruah, Al Qur'an dibaca beramai-ramai oleh orang mu'min maupun munafik, wanita maupun anak-anak, dan hamba sahaya maupun orang merdeka… sampai-sampai ada yang mengatakan: "Mengapa orang-orang tak mau mengikutiku, padahal aku telah membaca Al Qur'an? Sungguh, mereka memang tidak mau mengikutiku sampai aku membikin bid'ah yang lain bagi mereka…". Maka waspadalah kalian dari bid'ah yang diperbuatnya, karena setiap bid'ah itu sesat. Dan waspadalah kalian dari kesesatan orang bijak… karena Syaithan kadang menyampaikan kesesatan melalui lisan si Bijak; dan kadang si Munafik mengatakan yang haq". Maka tanyaku: "Semoga Allah merahmatimu… lantas bagaimana aku tahu bahwa si Bijak menyampaikan kesesatan, dan si Munafik berkata benar?" "Bisa…" jawab Mu'adz. "Yaitu ketika si Bijak mengatakan sesuatu yang jelas-jelas batil; hingga kamu mengatakan: "Omongan apa ini !?" Namun jangan sampai hal itu menjauhkanmu darinya; karena boleh jadi ia segera bertaubat dan kembali kepada kebenaran… Maka terimalah al haq begitu kamu mendengarnya, karena dalam al haq itu terdapat cahaya" [11]).

Makna kesesatan orang bijak (زيغة الحكيم), sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab 'Aunul Ma'bud ialah:

أَيْ اِنْحِرَاف الْعَالِم عَنْ الْحَقّ. وَالْمَعْنَى أُحَذِّركُمْ مِمَّا صَدَرَ مِنْ لِسَان الْعُلَمَاء مِنْ الزَّيْغَة وَالزَّلَّة وَخِلَاف الْحَقّ فَلَا تَتَّبِعُوهُ  (عون المعبود شرح سنن أبي داود, كتاب السنة, باب: لزوم السنة)

(Yaitu) menyimpangnya seorang 'alim dari al haq. Jadi maksud ucapan Mu'adz ialah: "Kuperingatkan kalian akan penyimpangan, kekeliruan dan pernyataan yang tidak benar, yang muncul dari lisan para 'ulama; jangan sampai kalian mengikutinya" ('Aunul Ma'bud, lihat pada syarah hadits di atas).

  1. Abdullah bin Mas'ud

وَإِيَّاكُمْ وَالْمُحْدَثَاتِ؛ فَإِنَّ شَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ (إعلام الموقعين 2/428)

"Waspadailah setiap yang baru (dalam agama), karena sejelek-jelek perkara ialah perkara yang diada-adakan dalam agama, dan setiap bid'ah itu sesat" (I'laamul Muwaqqi'in 2/428).

  1. Sufyan Ats Tsaury -rahimahullah-

البِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيْسَ مِنَ المَعْصِيَةِ ، المَعْصِيَةُ يُتَابُ مِنْهَا ، وَالبِدْعَةُ لاَ يتُاَبُ مِنْهَا

 (أخرجه البغوي في شرح السنة)

"Bid'ah itu lebih disukai oleh Iblis dari pada kemaksiatan. Dosa maksiat masih ada harapan taubat, tapi dosa bid'ah tidak ada harapan taubat" [12]) (Diriwayatkan oleh Al Baghawy dalam Syarhus Sunnah).

  1. Abdullah ibnul Mubarak -rahimahullah-

اِعْلَمْ- أَيْ أََخِي- أَنَّ المَوْتَ اليَوْمَ كَرَامَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ لَقِيَ اللهَ عَلىَ السُّنَّةِ ، فَإِناَّ لِلّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ ؛ فَإِلَى اللهِ نَشْكُوْ وَحْشَتَناَ ، وَذَهَابَ الإِخْوَانِ ، وَقِلَّّةَ الأَعْوَانِ ، وَظُهُوْرَ الْْبِدَعِ ، وَإِلىَ اللهِ نَشْكُوْ عَظِيْمَ مَا حَلَّ بِهَذِهِ الأُمَّةِ مِنْ ذَهَابِ الْعُلَمَاءِ ، وَأََهْلِ السُّنَّةِ ، وَظُهُوْرِ الْبِدَعِ

(البدع والنهي عنها لابن وضاح)

"Saudaraku, ketahuilah bahwa kematian hari ini adalah karamah (kemuliaan) bagi setiap muslim yang menghadap Allah di atas Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Kita semua adalah milik Allah, dan kita semua akan kembali kepada-Nya. Kepada Allah lah kita mengadukan kesendirian kita, mangkatnya saudara kita, sedikitnya penolong kita,  dan kemunculan bid'ah di mana-mana. Kepada-Nya jua kita mengeluh akan besarnya musibah yang menimpa umat ini, karena mangkatnya para ulama dan pengikut sunnah, serta munculnya berbagai bid'ah" (Al Bida'u wan Nahyu 'Anha oleh Ibnu Wadhdhah).

  1. Al Fudhail bin 'Iyadh -rahimahullah-

اِتَّبِعْ طُرُقَ الهُدَى وَلاَ يَضُرُّكَ قلَِّةُ السَّالِكِينَ ، وَإِياَّكَ وَطُرُقَ الضَّلاَلَةِ ، وَلاَ تَغْتَرُّ بِكَثْرَةِ الْهَالِكِينَ (الاعتصام)

"Ikutilah jalan-jalan petunjuk, dan janganlah risau dengan sedikitnya pengikut. Tapi waspadailah jalan-jalan kesesatan, dan janganlah terkecoh dengan banyaknya orang celaka" (Al I'tisham).

  1. Amirul Mukminin Umar bin 'Abdul 'Aziez -rahimahullah-

قِفْ حَيْثُ وَقَفَ القَوْمُ ، فَإِنَّهُمْ عَنْ عِلْمٍ وَقَفُوا ، وَبِبَصَرٍ ناَفِذٍ كَفُّوْا ، وَهُمْ عَلَى كَشْفِهَا كَانُوا أَقْوَى ، وَبِالْفَضْلِ لَوْ كَانَ فِيْهَا أََحْرَى ، فَلَئِنْ قُلْتُمْ : حَدَثَ بَعدَهُمْ ؛ فَمَا أََحْدَثهُ إِلاَّ مَنْ خَالَفَ هَدْيَهُمْ ، وَرَغِبَ عَنْ سُنَّتِهِمْ ، وَلَقَدْ وَصَفُوا مِنْهُ مَا يُشْفِي ، وَتَكَلَّمُوا مِنْهُ بِمَا يَكْفِي ، فَمَا فَوْقَهُمْ مُحَسِّرٌ وَمَا دُوْنَهُمْ مُقَصِّرٌ ، لَقَدْ قَصَرَ عَنْهُمْ قَومٌ فَجَفَوْا وَتجَاوَزَهُم آخَرُوْنَ فَغَلَوْا ، وَإِنَّهُمْ فِيْماَ بَيْنَ ذَلِكَ لَعَلىَ هُدًى مُسْتَقَيْمٍ (أورده ابن قدامة في لمعة الاعتقاد)

"Berhentilah saat mereka (para salaf) berhenti. Karena mereka berhenti berdasarkan ilmu. Mereka menahan diri setelah berpikir jeli. Padahal merekalah yang lebih mampu untuk menyingkap setiap masalah, dan lebih gencar tuk mengejar setiap fadhilah. Kalau kalian berkata: "Banyak hal baru (dalam agama) yang muncul setelah mereka…" ingatlah, bahwa hal tersebut tidak dimunculkan kecuali oleh mereka yang menyelisihi pentunjuk salaf, dan menolak ajaran mereka. Para salaf telah menjelaskan agama segamblang-gamblangnya, dan menerangkannya sejelas mungkin. Siapa yang mendahului mereka akan menyesal, dan siapa yang berada di bawah mereka berarti pemalas. Sungguh, orang-orang yang berada dibawah mereka akhirnya gagal, namun yang ingin mengungguli mereka justru melampaui batas, sedangkan mereka (para salaf) tetap berada di antara keduanya, di atas jalan yang lurus" (disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam Lum'atul I'tiqad).

  1. Al Imam Ahmad bin Hambal -rahimahullah-

قَالَ الإِمَامُ أََحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ ؛ إِمَامُ أَهْلِ السُّنَّةِ رَحِمَهُ اللهُ : أُصُوْلُ السُّنَّةِ عِنْدَناَ : اَلتَّمَسُّكُ بِمَا كَانَ عَلَيْهِ أََصْحَابُ رَسُولِ اللهِ- صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلىَ آلِهِ وَسَلَّمَ- وَالاِقْتِدَاءُ بِهِمْ ، وَتَرْكُ الْبِدَعِ ، وَكُلُّ بِدْعَةٍ فَهِيَ ضَلاَلَةٌ (شرح أصول الاعتقاد, للأمام اللالكائي).

Imam Ahmad, Imam Ahlussunnah wal jama'ah mengatakan: Pokok-pokok aqidah [13]) menurut kami ialah berpegang teguh dengan apa yang dipraktikkan oleh sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, meneladani mereka, dan meninggalkan bid'ah. Karena setiap yang bid'ah berarti kesesatan" (Syarh Ushul I'tiqad Ahlissunnah wal Jama'ah, oleh Imam Al Laalaka-i).

  1. Imam Malik bin Anas –rahimahullah

مَن ابْتَدَعَ فِي الإِسْلاِمِ بِدْعَةً يَرَاهاَ حَسَنَةً ؛ فَقَدْ زَعَمَ أَن مُحَمَّداً – صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلىَ آلِهِ وَسَلَّمَ- خَانَ الرِّّسَالَةَ ؛ ِلأََنَّ اللهَ يَقُولُ : { الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ } فَمَا لَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِيْناً فَلاَ يَكُونُ اليَوْمَ دِيْناً )الاعتصام بالكتاب والسنة, للشاطبي)

"Barangsiapa melakukan bid'ah dalam Islam yang ia pandang sebagai bid'ah hasanah, berarti ia mengatakan bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengkhianati kerasulan beliau. Sebab Allah Ta'ala berfirman: "Pada hari ini telah kusempurnakan bagi kalian agama kalian…" (Al Ma'idah: 3). Karenanya, apa pun yang hari itu tidak dianggap sebagai ajaran agama, maka hari ini pun bukan termasuk ajaran agama. (Al I'tisham bil Kitab was Sunnah, oleh Imam Asy Syathiby).

Kemudian Imam Malik meletakkan sebuah kaidah agung, yang merupakan intisari dari perkataan para ulama yang tadi kita sebutkan:

 لَنْ يَصْلُحَ آخِرُ هَذِهِ الأُمَّةِ إِلاَّ بِمَا صَلُحَ بِهِ أَوَّلُهَا ؛ فَمَا لَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِيْناً لاَ يَكُونُ اليَوْمُ دِيْناً (الشفا في حقوق المصطفي, للقاضي عياض 2/88)

"Generasi terakhir umat ini tak akan menjadi baik (shaleh), kecuali dengan apa-apa yang menjadikan generasi pertamanya baik. Karenanya, apa pun yang pada hari itu –saat turunnya surat Al Ma'idah ayat 3– tidak dianggap sebagai agama, maka hari ini pun juga bukan bagian dari agama" (Asy Syifa fi Huquuqil Musthofa 2/88, oleh Al Qadhi 'Iyadh).

Kami rasa, nukilan-nukilan di atas cukup gamblang dalam menggambarkan manhaj salaf yang menjadi tolok ukur kita dalam menilai mana bid'ah mana sunnah, dan mana haq mana batil.

           -bersambung insya Allah-

Penulis: Ustadz Abu Hudzaifah Al Atsary, Lc

Mahasiswa Magister 'Ulumul Hadits wad Dirosah Islamiyah Univ. Islam Madinah

Artikel www.muslim.or.id

 


[1])  Sengaja kami menyebutnya dengan kamus bahasa Arab yang kredibel, agar kita tidak sembarangan menukil makna suatu kalimat. Seperti yang dilakukan oleh Novel ketika mendefinisikan bid'ah dengan menukil dari kamus Al Munjid (Mana Dalilnya 1, hal 13). Padahal kamus ini ditulis oleh seorang pendeta katholik sekte Yesuit yang bernama Louis Ma'louf!! Lantas bagaimana kita hendak mempercayai tulisannya kalau narasumbernya saja seperti ini, laa haula walaa quwwata illa billaah…

[2])  An Nihayah fi Ghariebil Hadits wal Atsar, 2/981. Definisi yang sama juga dinyatakan oleh Ibnu Mandhur dalam Lisaanul 'Arab 9/158, dan As Sayyid Muhammad Murtadha Az Zabidy dalam Taajul 'Aruus (kamus Arab terbesar & terlengkap dalam sejarah, terdiri dari 35 jilid) lihat dalam bab Fa' (ف), kata 'sa-la-fa (سلف)'.

[3]) hal 146 dengan tahqiq Syaikh Ahmad Syakir, cet. Wizarah Syu'un Islamiyyah wal Auqaf, Saudi Arabia.

[4]) Lihat kitab Al Ihkaam fi Ushuulil Ahkaam, 1/200 tulisan As Saif Al Aamidy cet. Al Maktabul Islamy. Demikian pula dalam Al Mankhul min Ta'lieqaatil Ushuul,  1/401 tulisan Al Ghazali, cet. Daarul Fikr.

[5]) Begini menurut versi terjemahan Depag, akan tetapi dalam Tafsir Al Baghawy disebutkan makna lainnya yang lebih jelas, seperti: jika mereka (ahli kitab) beriman dengan iman kalian, mentauhidkan Allah dengan tauhid kalian, berarti mereka telah mendapat petunjuk".

Sedang dalam Tafsir Ibnu 'Arafah disebutkan:

« فَإِنْ ءَامَنُوُاْ » بسبب مثل الأسباب التي أرشدتكم أنتم إلى الإيمان فقد اهتدوا

"Jika mereka beriman dengan menempuh sebab-sebab yang telah menghantarkan kalian kepada Iman (yang sesungguhnya), berarti mereka telah mendapat petunjuk".

[6]  H.R. Bukhari dalam Shahih-nya, no 1597; dan Muslim dalam Shahih-nya, no 1270 dari sahabat Ibnu 'Umar.

[7])  Artinya: "(salam sejahtera) atasmu dan atas ibumu".

[8])  Riwayat ini menjelaskan bahwa para salaf menolak adanya bid'ah yang baik dalam agama.

[9]) Riwayat ini dinyatakan gharieb oleh At Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Hakim dalam Al Mustadrak 18/56; dinyatakan jayyid (hasan) menurut Ibnu Muflih dalam Al Adab Asy Syar'iyyah, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilatu Al Ahaadiets Adh Dha'iefah no 891. Dalam komentarnya Syaikh Al Albani mengatakan: "Lihatlah, bagaimana Ibnu 'Umar mengingkari penempatan shalawat (salam) kepada Nabi disamping hamdalah dengan dalih bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tak pernah melakukan yang demikian itu; padahal beliau menyatakan bahwa dirinya sendiri mengucap hamdalah dan bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Seakan beliau hendak menolak anggapan yang mungkin muncul di benak sebagian orang, bahwa beliau mengingkari ucapan shalawat (salam) secara mutlak. Persis sebagaimana anggapan sebagian orang jahil ketika menyaksikan para pembela Sunnah mengingkari bid'ah-bid'ah semacam ini, orang-orang jahil itu menuduh mereka mengingkari shalawat atas Nabi… semoga Allah memberi hidayah kepada mereka! (idem, 2/390).

[10]) Mengomentari jawaban Ibnu 'Abbas dan Ibnu 'Umar diatas, Al Imam Al Hafizh Ibnul Qayyim berkata: "Begitulah cara ulama menjawab. Tidak seperti jawaban orang yang mengatakan bahwa 'Utsman dan Abu Dzar -umpamanya- lebih tahu mengenai Rasulullah dari pada kita… Mengapa Ibnu 'Abbas dan Ibnu 'Umar tidak mengatakan: "Abu Bakar dan Umar lebih tahu mengenai Rasulullah dari pada kami"…? Demikian pula tak seorang pun dari sahabat atau tabi'in yang rela dengan jawaban seperti ini sebagai alasan untuk menolak sebuah nash dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Itu karena mereka lebih tahu mengenai Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, dan lebih takut kepada-Nya kalau mereka sampai berani mendahulukan pendapat seseorang yang tidak ma'shum di atas pendapat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang ma'shum" (lihat Zaadul Ma'aad, 2/178)

[11])  Lihat Sunan Abu Dawud, kitab: Assunnah, bab: Luzuumus Sunnah, hadits no 4611. Hadits ini dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha'if Sunan Abi Dawud. Demikian pula dishahihkan oleh sayyid 'Alawi Assaqqaf dalam Mukhtasar Al I'tisham, hal 25.

[12])  Memang benar apa yang beliau katakan. Seorang pelaku maksiat bagaimana pun juga pasti merasa dirinya bersalah. Karena dihantui rasa bersalah tadi, ia akhirnya terdorong untuk bertaubat. Tapi, lain halnya dengan pelaku bid'ah yang tidak pernah merasa bersalah, bahkan merasa lebih shaleh dari orang lain. Kalau lah tidak karena rahmat dan hidayah Allah, mustahil orang seperti ini akan bertaubat.

[13])  Para salaf biasa menyebut aqidah dengan istilah sunnah, dan ini termasuk salah satu makna sunnah.

Sumber

Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

Presiden SBY: Jadikan Alquran Rujukan Ajaran Islam yang Menaburkan Kasih Sayang
Mengapa Islam Jadikan Syahadatain Sebagai Rukun yang Pertama?
Jadikan Pena sebagai Senjata untuk Melakukan Perlawanan
Manhaj Qoth'i Ini (Qital) dan Usaha Musuh Memandulkannya
Kembali kepada Ramadhan Kaum Salaf
Syi ah Ingin Jadikan Iran Sebagai Pusat Peradaban
NATO Bantah Jadikan Anaknya Gaddafi Sebagai Target Penyerangan
Pasukan Gaddafi Jadikan Rumah Warga Sipil sebagai Target Serangan di Misratah
ICAF: Jadikan Al-Qur’an sebagai Barangbukti, Polisi Menghina Islam
Kader PPP Diminta Tak Ragu Jadikan Islam Sebagai Ideologi

Lowongan Kerja: Guru Diniyah Madrasah Aliyah (Deadline 16 Nov 2011)

Posted: 02 Nov 2011 02:00 PM PDT

Ma'had ISLAMIC CENTER BIN BAZ Yogyakarta membutuhkan beberapa tenaga pengajar sebagai guru diniyah untuk Madrasah Aliyah. Kualifikasi untuk posisi tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Pendidikan minimal sarjana (S1) agama dalam/luar negeri (diutamakan dari timur tengah).
  2. Pria & Wanita
  3. Mampu berbahasa Arab dengan baik secara lisan, bacaan dan tulisan.
  4. Berpengalaman mengajar bidang agama minimal 1 tahun di tingkat Madrasah Aliyah.
  5. Mampu mengoperasikan MS Office.
  6. Diutamakan memiliki hafalan Al-Qur'an minimal 10 Juz.
  7. Bermanhaj salaf.

Bagi yang memenuhi kualifikasi tersebut silahkan menulis surat lamaran dengan melampirkan berkas-berkas penunjang sebagai berikut:

  1. Daftar riwayat hidup (curriculum vitae)
  2. Fotocopy KTP
  3. Foto ijazah terakhir.
  4. Fotocopy transkrip nilai.
  5. Fotocopy sertifikat-sertifikat  lainnya yang relevan dengan bidang pendidikan (jika ada).

Mohon dikirimkan ke:

ISLAMIC CENTER BIN BAZ, up. Bagian SUMBER DAYA MANUSIA (SDM), Jl. Wonosari KM 10, Karanggayam, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, DIY                                    

atau via email ke sdm.icbb@gmail.com.  

Lamaran paling lambat  diterima tanggal 16 November 2011.

Catatan: Jika pengiriman via email, mohon diperhatikan hal-hal berikut ini:

1)      Surat lamaran diketik dalam bentuk MS Word, dilampirkan di attachment, bukan diketik langsung pada badan email.

2)      Berkas-berkas penunjang di-scan dan di lampirkan pada attachment.

 

Sumber

Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

Lowongan Kerja Untuk Guru Diniyah Madrasah Aliyah (Deadline 16 Nov 2011)
Lowongan Kerja: Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum untuk Madrasah Aliyah
Lowongan Guru Tahfidz Balikpapan
Lowongan Pekerjaan Pesantren Islam Al-Irsyad Periode Oktober 2011
Lowongan Kerja di BPRS Harta Insan Karimah
Gubernur Jabar Kembali Kucurkan Rp. 3 Miliar Lebih untuk Guru Madrasah Diniyah
Madrasah Diniyah Darunnajah, "Bukber" lagi
Madrasah Diniyah Tawarkan Ujian Persamaan
TPP Guru Madrasah Cair Sebelum Puasa
Lowongan Kerja

Berdoalah Kepada-Ku, Pasti Ku Ijabah

Posted: 02 Nov 2011 01:00 PM PDT

Ustad, mengapa doa-doa ku tidak diijabah Allah?

Tugas kita sebagai hamba-Nya berdoa, hak prerogratif Allah untuk mengijabahnya,
Allah ingin kita selalu berdoa pada-Nya, boleh jadi kalau dikabulkan kita tidak berdoa… Sumber

Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

Sebab-sebab Tidak Dikabulkannya Do’a
Kembalikan Semuanya Kepada Allah
Kemungkinan Terkabulnya Do’a
Muslim Sejati Pasti Bijaksana
Habis Gelap Terbitlah Terang
Sudah Mantapkah Keyakinanmu…?
Maimun, Budak Hina Yang Doanya Selalu Di Ijabah Oleh Allah
Ciri-ciri Ahli Ma`rifat
Mari Kita Meminta Kepada Allah
Bagaimana Cara Memuji Allah dan Bershalawat Sebelum Berdoa?

Calhaj Diminta Tak Tergesa-gesa

Posted: 02 Nov 2011 12:02 PM PDT

Calhaj Diminta Tak Tergesa-gesa

Mekkah (MCH)–Calon Jamaah Haji (Calhaj) Indonesia diminta tidak terburu-buru dalam melakukan prosesi puncak haji di Arafah, Muzdalifa, dan Mina (Armina). Baik saat pemberangkatan menuju Arafah untuk melakukan wukuf, maupun saat melempar jumroh di Mina.

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi memastikan telah menyusun jadwal prosesi Armina untuk para calhaj. Nantinya setiap kelompok terbang (Kloter), akan diatur kapan saat keberangkatan ke arafah, pergeseran ke muzdalifah, saat harus melakukan lempar jumroh, hingga saat melakukan thawaf iffadhad serta sai di Masjidil Haram. “Berdasarkan ketetapan Pemerintah Arab Saudi, idul adha jatuh pada tanggal 6 November. Sehingga wukuf dilaksanakan pada tanggal 5 November atau pada hari Sabtu. Jamaah jangan terburu-buru, kalau memang jadwal keberangkatannya ke Arafah jam empat sore, ya jangan jam sembilan pagi sudah ngotot minta berangkat,” ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Agama (Kemenag) Bahrul Hayat, di Mekkah, kemarin.

Saat ini di Mekkah terjadi kesimpangsiuran waktu wukuf. Beredar kabar jika waktu wukuf jatuh pada hari Jumat. Seperti terjadi pada tujuh kloter jemaah Indonesia di wilayah Bakhutmah. Mereka sudah siap berangkat ke Arafah hari kamis sore. Padahal berdasarkan jadwal PPIH, keberangkatan jamaah ke Padang Arafah baru dilakukan pada Jumat (4/11). Kebingungan serupa juga ditunjukan sejumlah jamaah di wilayah Mabda`a. Mereka menanyakan kepastian wukuf, kepada sejumlah petugas PPIH yang mereka temui. Saat dijawab wukuf jatuh pada hari Sabtu, para jamaah tampak lega.

Bahrul menjelaskan saat ini PPIH melakukan pendataan melalui database di setiap daerah kerja untuk pengaturan keberangkatan jamaah ke Mekkah. Nantinya jamaah mulai berangkat ke Arafah pada Jumat pagi, hingga sore hari. “Keberangkatan jamaah akan diatur dalam tiga shif. Shif pertama berangkat jam Sembilan pagi, dan shif terakhir berangkat jam empat sore,” ujarnya.

Untuk persiapan Armina, kata Bahrul, hingga kemarin sudah mencapai 85%. Pihaknya mengaku telah dua kali melakukan peninjauan ke lapangan dan mendapatkan berbagai kemajuan. Di antaranya tenda-tenda jamaah di Arafah telah terpasang, karpet untuk alas jamaah diganti baru, serta adanya paving blok untuk jalan-jalan yang menghubungkan satu tenda dengan tenda lain. “Karpet tak lagi menggunakan hambal yang berkualitas jelek, tetapi diganti dengan alas baru dengan tingkat ketebalan dan kebersihan yang lebih bagus,” katanya.

Demikian juga mengenai makanan yang nanti akan menggunakan cara prasmanan, Bahrul mengatakan nanti akan ada petugas yang akan mengatur pergerakan jamaah agar antri dengan tertib. Nantinya setiap regu dengan jumlah sekitar 50 anggota akan dibuat dua jalur antrian, sehingga jamaah tidak terlalu menunggu giliran mengambil makanan. “Untuk antri makanan akan ada pengaturan berdasarkan pengelompokan kloter yang nanti akan diatur oleh petugas masing-masing kloternya atau maktab,” kata sekjen.

Dari layanan kesehatan, dia menjamin bahwa seluruh jamaah yang sakit sehingga tidak bisa jalan kaki menuju Armina akan disafari wukufkan menggunakan ambulans. Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), kata sekjen, juga tetap beroperasi melayani jamaah yang sakit seperti dengan menyediakan pendamping medis saat melakukan wukuf. Dia menjamin pemerintah akan mencatat dan melakukan semua hak dan kewajiban jamaah agar tetap dapat melakukan ibadah haji walaupun dalam keadaan sakit. “Kita akan mencatat semua kegiatan ibadah jamaah sakit dan apabila ada yang belum dilaksanakan akan kita laksanakan kewajiban ibadahnya agar saat kembali ke Tanah Air menjadi mabrur,” kata Bahrul.

Sementara itu Wakil Ketua PPIH Subhan Cholied mengingatkan kepada semua calhaj untuk memperhatikan tata cara peribadatan selama prosesi armina. Termasuk memahami apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama memakai kain ihram. Selain urutan ibadah mulai dari wukuf, mabit di Muzdalifa, melempar jumroh di Mina, thawaf ifadhah, sai, hingga tahalul kubro. “Kami meminta peran aktif kepada ketua regu untuk selalu berkoordinasi dengan pembimbing ibadah, jika ada ketidakjelasan pemahaman prosesi ibada saat di Armina. Sebab kelengkapan dan ketertiban ibadah merupakan bagian dari upaya mencapai haji mabrur,” katanya. (suwarno)

Sumber

Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

Jelang Armina, Calhaj Di-Screening
Jamaah Disarankan Siapkan Tenaga untuk Wukuf di Arafah
52 Calhaj Embarkasi Medan Batal Berangkat
21 Calhaj DKI Jakarta Tunda Keberangkatan
Antisipasi Jamaah di Armina Disiapkan
Jamaah Tersesat Karena Ceroboh dan Tergesa-gesa
Hari Closing Date, Calhaj Sisa 3,65 Persen
Bahrul Hayat: Kondisi Arafah Banyak Mengalami Perbaikan
Calhaj Karawang Diminta tidak Bawa Banyak Pengantar
Jemaah Haji Mulai Bergerak ke Arafah 4 Nopember

KH.Hasyim Muzadi: Jangan Komersialisasi Penyelenggaraan Haji

Posted: 02 Nov 2011 12:01 PM PDT

KH.Hasyim Muzadi: Jangan Komersialisasi Penyelenggaraan Haji

Mekkah(MCH)–Penyelenggaraan ibadah haji hendaknya jangan dikomersialisasi karena menyangkut syariah sehingga sebaiknya jangan diserahkan kepada badan atau swasta, kata Naib Amirul Haj KH Hasyim Muzadi.

“Saya tidak sependapat kalau haji diurus oleh badan mengingat didalamnya menyangkut syariah sehingga tidak boleh dikomersilkan,” kata Hasyim kepada pers di Mekah, Rabu.

Hal tersebut disampaikan menanggapi Ketua DPR Marzuki Alie yang menginginkan agar penyelenggara haji tidak lagi diserahkan Kementerian Agama tapi diberikan kepada badan.

Menurut Hasyim yang juga mantan ketua umum PBNU, beberapa tahun lalu sudah pernah dilakukan swastanisasi haji dan pelaksanaan haji nonkuota oleh perusahaan swasta.

Akibatnya, katanya, saat itu terjadi kekisruhan dimana-mana sehingga justru banyak merugikan jamaah calon haji.

“Sudah berkali-kali pihak swasta menyelenggarakan ibadah haji tapi dalam kenyataan justru terjadi kekisruhan,” katanya

Dia justru melihat sebaiknya pelaksanaan ibadah haji selama ini oleh Kementerian Agama dilanjutkan dan disempurnakan sejumlah kekurangan.

“Pasti keadaan haji tahun ini belum sempurna. Tapi menghitungnya harus dibandingkan tahun sebelumnya. Kalau dilihat dari adminsitrasi, akomodasi serta transportasi sudah membaik,” kata Hasyim.

Hasyim juga mengkhawatirkan jika penyelenggara ibadah haji dikomersialkan dengan badan atau swasta yang menjalanklan, nanti akan banyak perusahaan tidak semestinya yang menginginkan.

“Kalau nanti yang memiliki perusahaan ternyata orang Yahudi dan ingin mengurus haji bisa cilaka itu,” kata Hasyim.

Dikatakan, masalah sekarang ini adalah bagaimana mutu dan kualitas ibadah jamaah harus ditingkatkan dan ini juga harus menjadi perhatian.

Hasyim mengatakan jangan sampai pemerintah hanya berkutat kepada masalah infrastruktur dan manajemen, mengingat hanya merupakan alat menuju kualitas lebih baik.

Dia menilai kualitas haji kebanyakan jamaah saat ini masih belum fokus sehingga dia mengusulkan kepada Kemenag agar tahun depan ada program yang fokus untuk meningkatkan kualitas haji.

“Mulai bagaimana menata niatnya, menata manasiknya sehingga menghasilkan karakteristik dari proses haji,” kata hasyim.

Dia juga mengkritik bahwa selama ini orang berangkat haji hanya sekedar menjadi haji dibanding ingin meningkatkan ibadahnya. “Ini yang harus dibalik,” tambahnya.(ahmad wijaya)

Sumber

Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

Hasyim Muzadi: Jangan Terpancing Kasus Penusukan Jemaat HKBP – Berita
Hasyim Muzadi: Kemabruran Haji itu Hak Allah, Bukan DPR
Hasyim Muzadi: “Libya Jangan Sampai Dikuasai Sekutu”
Hasyim Muzadi: “Soal Jamaah Risti Serahkan Saja ke Tim Kesehatan “
Hasyim Muzadi Libya Jangan Jatuh ke Tangan Amerika
Hasyim Muzadi: Umat Islam Jangan Mudah Terprovokasi
Hasyim Muzadi: Urusan Jemaah Risti Serahkan Kepada Kesehatan Masing-Masing
Hasyim Muzadi: Bubarkan Ahmadiyah Bukan FPI
Hasyim Muzadi: Bubarkan Ahmadiyah, Bukan FPI!
Hasyim : Sekutu Jangan Sampai Kuasai Libya

Sekjen Kemenag Bantah Ada Pelanggaran Komitmen

Posted: 02 Nov 2011 12:01 PM PDT

Sekjen Kemenag Bantah Ada Pelanggaran Komitmen

Mekkah (MCH)–Sekjen Kementerian Agama Bahrul Hayat membantah adanya pelanggaran komitmen antara pihak DPR RI dengan Kementerian Agama terkait jarak pondokan haji dan penempatan jamaah calon haji di pondokan di Makkah Al Mukarromah.

Tidak ada pelanggaran komitmen, kata Bahrul Hayat menjawab wartawan yang tergabung dalam Media Center Haji tahun 2011, di Kantor Daerah Kerja Makkah, Rabu (2/11) dinihari waktu Arab Saudi.

Penjelasan itu diberikan Sekjen Kemenag guna memberikan gambaran gamblang mengenai jarak pondokan jamaah calon haji Indonesia dengan Masjidil Haram dan masalah kamar-kamar yang ditempati jamaah calon haji. “Pemerintah tidak punya kepentingan untuk mengatakan yang jaraknya 3 Km sebagai 2 Km. Sebab, jarak itu telah diukur dengan menggunakan kendaraan-kendaraan secara paralel,” jelasnya.

Tentang kamar di pondokan, Sekjen Kemenag menjelaskan bahwa penempatan kamar jamaah dilakukan berdasarkan tasreh. Jika ada satu kamar yang ditempati oleh lima orang, mungkin mereka masih satu keluarga atau jamaah tidak mau dipisahkan dengan jamaah lainnya, sehingga mereka lebih senang berkumpul di satu kamar daripada berpisah kamar.

Bahrul Hayat mengemukakan karakter jamaah Indonesia lebih senang berada di kamar yang berdesakan, tapi dekat dengan Masjidil Haram; daripada tinggal di kamar yang longgar tapi jauh dari Masjidil Haram.

Beberapa hari lalu, anggota DPR RI yang melakukan peninjauan lapangan di Makkah menyatakan masih banyak pondokan jamaah calon haji dan jamaah haji Indonesia yang lebih 3,5 Km dari Masjidil Haram. Padahal komitmen pemerintah menetapkan pondokan jamaah terjauh tahun ini 2,5 Km dari Masjidil Haram.”Pemerintah tidak punya kepentinggan jarak pondokan yang 3 Km disebutkan 2 Km,” jelasnya lagi.

Demikian pula dengan kamar-kamar pondokan, tidak mungkin ada pemadatan untuk jamaah calon haji dan jamaah haji Indonesia.

Hingga kemarin, Panitia PPIH Arab Saudi 1432 H/2011 terus melakukan persiapan-persiapan untuk pelaksanaan wakuf di Arafah, hari Sabtu (5/11). Kamis (3/11) malam Menteri Agama RI H Suryadharma Ali bersama para pejabat terkait akan melakukan peninjauan ke Arafah.

Menjawab wartawan tentang apa yang paling mengkhawatirkan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina pada saat wukuf; Sekjen Kemenag mengatakan yang mengkhawatirkan jika ada jamaah yang terburu-buru misalnya dalam melempar jumrah. Karena itu jamaah calon haji Indonesia hari mengikuti ketentuan. “Nanti semuanya itu sudah diatur waktunya,” jelasnya.

Selain itu yang mengkhawatirkan adanya kelelahan jamaah. Untuk itu di Arafah akan didirikan balai pengobatan Indonesia yang akan bekerjasama dengan beberapa rumah sakit untuk menangani jamaah yang mengalami kelelahan.

Sekjen Kemenag menjelaskan bahwa tahun ini pemerintah menambah sembilan ambulans baru untuk keperluan jamaah Indonesia. Para petugas PPIH selain melakukan rekam medis untuk jamaah Indonesia yang sakit, juga melakukan rekam ibadahnya. Dengan demikian jamaah yang sakit pun telah memenuhi persyaratan dan rukun berhajinya.

Di Arafah juga disiapkan tangki-tangki air cadangan untuk mengantisipasi kekurangan air saat puncak ibadah haji tahun ini. (be)

Sumber

Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

Sekjen Kemenag: Calhaj Jangan Terpancing Isu Menyesatkan
Sekjen Kemenag: Tenda di Mina Terbatas
DPR Anggap Jarak Pondokan yang Ada tak Sesuai Komitmen
Sekjen Kemenag: Kuota Tambahan Haji Diputuskan Sebelum Ramadhan
Kemenag Minta Calon Jamaah Haji Segera Lunasi Biaya Haji
Menag: Banyak Kemajuan Jarak Pondokan ke Masjidil Haram
Menag: Pemondokan Dekat Masjidil Haram Untungkan Jamaah
Calhaj Akan Menghuni Pondokan Sesuai Hasil Qurah
Sekjen Kemenag: Islam Moderat Perlu Dikampanyekan ke Dunia Internasional
Mendekatkan Pondokan ke Masjidil Haram Tetap Dimungkinkan

Tim Kesehatan Koordinasi dengan RSAS

Posted: 02 Nov 2011 12:01 PM PDT

Tim Kesehatan Koordinasi dengan RSAS

Mekkah(MCH)–Puncak haji tinggal tiga hari lagi akan dilakukan para jemaah, termasuk yang gerasal dari Indonesia. Mengingat puncak haji itu di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina) kan melakukan aktifitas fisik yang tinggi sehingga sangat melelahkan, Pemerintah Indinesia menyiapkan sembilan ambulan baru.

“Selain itu, tim kesehatan akan melakukan koordinasi dengan rumah sakit Arab Saudi. Yang terpenting lagi, kita tidak menutup balai kesehatan kita selama di Arafah,” kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Agama (Kemenag) Bahrul Hayat di Makkah, Rabu (2/11).

Artinya, ujar Bahrul, balai kesehatan tetap buka. Saat ini, lanjutnya, kondisi Arafah untuk wukuf pada 5 Nopember nanti sudah banyak mengalami perbaikan, khususnya untuk tenda-tenda yang akan dipakai jemaah Indonesia. Begitupun yang menyankut usulan pemerintah mengenai perbaikan karpet tenda, sudah dipenuhi Arab Saudi.

Mengenai jarak antar tenda satu dengan yang lainnya, menurut Bahrul, sudah di paving block. Hal ini menunjukkan bahwa dari sisi teknis, sudah baik, termasuk dari sisi air, pemerintah Arab Saudi mengabulkan adanya “ready tangki” bagi jemaah kita.

“Ini menunjukkan pelayanan tahun ini lebih baik,” kata Bahrul seraya mengingatkan agar jemaah Indonesia bersabar dan melakukan ibadah dengan baik. Pasalnya, kebiasaan terburu-buru jemaah saat menunggu bis maupun aktifitas lainnya bisa menyebabkan kelelahan fisik.

Menyinggung soal teknis penyajian prasmanan di Armina nanti, kata Bahrul, pemerintah akan memberlakukan dua jalur antrian. Pengambilan makanan secara prasmanan itu pun akan dilakukan secara berkelompok sehingga tidak menimbulkan kericuhan. Masing-masing kelompok terdiri dari lima puluh orang. “Karena itu,kami juga menambah jumlah tim pengawas katering di Armina,” tandasnya. (syaifullah hadmar)

Sumber

Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

Bahrul Hayat: Kondisi Arafah Banyak Mengalami Perbaikan
Antisipasi Jamaah di Armina Disiapkan
Jemaah Haji Mulai Bergerak ke Arafah 4 Nopember
Demi Kesehatan Jamaah, Makanan di Armina Prasmanan
4 Jemaah Masih Dalam Perawatan RSAS
Gunakan Madinah, Tempat Recovery Kesehatan Jemaah
Saat di Arafah, Jemaah Agar Mengendalikan Diri
Petugas Kesehatan Diminta Layani Jemaah dengan Baik
Menag Imbau Calhaj Jaga Kesehatan dan Stamina
Kuota Haji 2011 Tergantung Arab Saudi

Bahrul Hayat: Kondisi Arafah Banyak Mengalami Perbaikan

Posted: 02 Nov 2011 12:01 PM PDT

Bahrul Hayat: Kondisi Arafah Banyak Mengalami Perbaikan

Mekkah(MCH)–Risiko kelelahan jemaah sangat tinggi pada saat puncak haji karena banyak melakukan aktifitas fisik yang tinggi di Arafah, Musdalifah dan Mina (Armina). Untuk menghadapi kemungkinan banyaknya jemaah yang kelelahan, pemerintah Indonesia menambah sembilan ambulans baru dan berkoordinasi dengan rumah sakit Arab Saudi.

“Kita tidak menutup balai kesehatan kita selama di Arafah, Balai Pengobatan Haji Indonesia tetap beroperasi selama di Arafah,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, Bahrul Hayat di Kantor Misi Haji Indonesia, Mekah, Arab Saudi , Rabu (2/11) dini hari WIB.

Bahrul mengatakan kondisi Arafah untuk wukuf pada 5 Nopember nanti sudah banyak mengalami perbaikan, khususnya untuk tenda-tenda yang akan dipakai jemaah Indonesia. Usulan pemerintah mengenai perbaikan karpet tenda pun sudah dipenuhi Arab Saudi. Bahkan, jarak antar tenda satu dengan yang lainnya pun sudah di paving block.

“Dari sisi teknis, sudah baik. Termasuk dari sisi air, pemerintah Arab Saudi pun mengabulkan adanya “ready tangk” bagi jemaah kita. Tahun ini lebih baik pelayanannya,” kata Bahrul.

Pada kesempatan itu, Bahrul menegaskan kembali agar jemaah Indonesia bersabar dan melakukan ibadah dengan baik. Kebiasaan terburu-buru jemaah saat menunggu bis maupun aktifitas lainnya bisa menyebabkan kelelahan fisik.

Untuk teknis penyajian prasmanan di Armina nanti, kata Bahrul, pemerintah akan memberlakukan dua jalur antrian. Pengambilan makanan secara prasmanan itu pun akan dilakukan secara berkelompok sehingga tidak menimbulkan kericuhan. Masing-masing kelompok terdiri dari do orang.

“Kami pun menambah jumlah tim pengawas katering di Armina,” kata Bahrul.
Dari data sistem komputerisasi haji terpadu (siskohat), sebanyak 503 kloter jamaah haji reguler sudah berada di Makkah dengan jumlah 202.344 jemaah haji, Rabu (2/11). Kedatangan kloter17 asal embarkasi Banjarmasin, kemarin.(suhirlan)

Sumber

Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

Jemaah Haji Mulai Bergerak ke Arafah 4 Nopember
Saat di Arafah, Jemaah Agar Mengendalikan Diri
Antisipasi Jamaah di Armina Disiapkan
Bahrul Hayat: Kemenag Belum Gunakan DAU Sejak Diblokir Tahun 2005
Perkemahan Jemaah Indonesia di Arafah 100 Hektar
Indonesia tempati areal 100 hektare di Arafah
Bahrul Hayat: Junjung Tinggi Kepatuhan Terhadap Sistem dan Aturan
Sekjen Bahrul Hayat: Penyerapan Anggaran Kemenag Belum Sesuai Target
Kuota Haji 2011 Tergantung Arab Saudi
Jamaah Disarankan Siapkan Tenaga untuk Wukuf di Arafah

Menag: Banyak Kemajuan Jarak Pondokan ke Masjidil Haram

Posted: 02 Nov 2011 12:01 PM PDT

Menag: Banyak Kemajuan Jarak Pondokan ke Masjidil Haram

Mekkah(MCH)–Menteri Agama Suryadharma Ali pastikan pemerintah telah berupaya mendekatkan jarak pondokan jamaah menuju Masjidil Haram selain juga tidak ada kamar yang diisi orang melebihi kapasitas.

“Sudah banyak kemajuan yang pemerintah capai untuk mendekatkan pondokan menuju Masjidil Haram hingga mencapai lebih 93 persen untuk jarak kurang dari dua kilometer,” kata Menteri Suryadharma kepada pers di Mekah, Rabu.

Menurutnya, kedekatan lokasi pondokan adalah kepedulian dan keinginan pemerintah dan hal itu setiap tahun selalu mengalami kemajuan sehingga sudah banyak jamaah yang menikmati upaya tersebut.

Begitu juga dengan kamar yang tersedia dan tidak diisi sesuai kapasitas, menag juga meyakinkan bahwa tidak boleh ada kamar yang tidak sesuai dengan kapasitasnya.

Meskipun jika ditemui ada kamar yang diisi melampauai kapasitas yang ditetapkan, dia mempertanyakan apakah hal itu justru terjadi keinginan dari jamaah sendiri.

Dari pengalaman tahun sebelumnya, banyak jamaah yang menginginkan tidak mau dipisah kamar atau gedungdari kelompok terbangnya, tapi lebih memilih berdesak-desakan.

Ada pula jamaah yang memilih berdesak-desakan dalam satu kamar atau hotel yang lokasinya berdekatan dengan Masjidil Haram, dari pada berada di kamar yang lapang tapi jauh dari Masjidil Haram.

“Banyak variabel yang menyebabkan mengapa kamar diisi tidak sesuai kapasitas. Tapi kalau dari sisi pemerintah menginginkan setiap kamar tidak ada yang diisi melebihi kapasitas,” tegas Menag Suryadharma.

Sekretaris Jenderal Kementerian Agama mengatakan Bahrul Hayat, mengatakan tidak ada pelanggaran komitmen soal target jarak pemondokan jamaah menuju Haram.

Menurutnya, setiap tahun pemerintah telah berhasil mendekatkan pondokan ke Masjidil Haram dengan kemajuan yang berarti.

Dia mengatakan, untuk tahun 2009 misalnya jumlah pendokan dengan jarak kurang dari dua kilometer sebesar 27 persen, tahun 2010 sebesar 63 persen dan tahun 2011 mencapai 93 persen, padahal targetnya hanya 83 persen.

“Tidak ada pelanggaran komitmen target jarak pondokan jamaah menuju Haram dan kita tetep komitmen terhadap upaya mendekatkan pondokan,” kata sekjen.

Adanya temuan ketua dan anggota DPR soal kapasitas kamar diisi melampaui batas, dia mengakui hal itu sangat mungkin terjadi tapi bukan kemauan pemerintah.

Menurutnya, perilaku jamaah yang menginginkan tidak mau dipisah dengan satu rombongan juga menyebabkan mengapa terdapat kamar diisi tidak sesuai dengan kapasitasnya.

Mengenai keinginan anggota DPR membentuk panja dan atau pansus soal layanan haji, baik menteri dan sekjen mengatakan hal itu merupakan hak dewan dan dipersilahkan saja.(ahmad wijaya)

Sumber

Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

Menag: Banyak Keuntungan Pondokan Jemaah Dekat Masjidil Haram
Mendekatkan Pondokan ke Masjidil Haram Tetap Dimungkinkan
DPR Anggap Jarak Pondokan yang Ada tak Sesuai Komitmen
Ini Keuntungan Pondokan Haji Dekat Masjidil Haram
Layanan Tranportasi Pondokan-Masjidil Haram Ditiadakan
Menag: Pemondokan Dekat Masjidil Haram Untungkan Jamaah
Layanan Transportasi Bagi Calhaj yang Jarak Pondokan 2-2,5 Km
Daker Mekkah Atur Jadwal Transportasi Pondokan-Haram
Pemondokan dan Masjidil Haram Masih Mungkin Didekatkan, Namun tak Gampang
Rombongan Jamaah Pun Tersesat di Masjidil Haram

Musringah Wafat di Pesawat Kloter Terakhir

Posted: 02 Nov 2011 12:01 PM PDT

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲