Latest Post

Majalahunik.com : Cerita Seks Dewasa | Ngentot Dengan Gadis Cantik Di Gudang Supermarket

| Sabtu, 06 September 2014
Baca selengkapnya »

Majalahunik.com : Cerita Seks Dewasa | Ngentot Dengan Gadis Cantik Di Gudang Supermarket


Cerita Seks Dewasa | Ngentot Dengan Gadis Cantik Di Gudang Supermarket

Posted: 19 Aug 2014 08:34 PM PDT

Cerita Seks Dewasa : Ngentot Dengan Gadis Cantik Di Gudang Supermarket | Cerita seks dewasa kali ini adalah cerita dewasa tentang pengalaman ngentot seorang laki-laki yang bekerja sebagai sales di sebuah supermarket di kota bandung, yang dimana peristiwa ini di mulai ketika seorang gadis manis yang bekerja di supermarket tersebut meminta bantuan untuk menggosokkan badan bagian belakangnya karena gatal. karena yang meminta bantuan adalah seorang gadis yang bahenol, seksi dengan badan yang montok dan payudara yang kenyal akhirnya laki-laki tersebut langsung saja menggaruk tanpa berpikir panjang. Dari situlah cerita seks dewasa ngentot dengan gadis cantik digudang supermarket ini bermula.

 

Cerita Seks Dewasa : Ngentot Dengan Gadis Cantik Di Gudang Supermarket

Cerita Seks Dewasa : Ngentot Dengan Gadis Cantik Di Gudang Supermarket

Aku bekerja sebagai sales assistant di sebuah supermarket Y di Bandung. Di tempat kerjaku ada seorang cewek bernama Ita. Ita adalah cewek yang paling akrab denganku. Segala masalahnya akan dia beritahukan padaku. Ita memang cantik, kulitnya putih, matanya bulat, buah dadanya pun membulat, tidak terlalu besar tapi cukup menantang membuat setiap laki-laki yang dekat dengannya ingin selalu menjamahnya. Siapapun yang melihat tubuh Ita pasti naik nafsu syahwatnya. Pantat Ita mengiurkan juga. Rambutnyapun panjang sebahu.
"Cerita dewasaku ngentot sama cewek cantik digudang supermarket tempat kerjaku"
Suatu hari Ita datang padaku", Fer belakang badan Ita gatal-gatal nih", Ita memberitahuku akan masalahnya.
"Tolong gosokkan ya, Fer" Ita menyuruhku.
"Kalau begitu kemarilah", balasku dengan sedikit terkejut.
"Disini saja, di dalam gudang lebih nikmat" Ita memberitahuku dengan suara yang amat lembut dan begitu manja. Hatiku jadi cair.
"Fer" Ita menarik tanganku menuju ke dalam gudang yang tak jauh dari tempat kami berdiri tadi.
Kemudian Ita mengunci pintu gudang itu, serta mengambil bedak antiseptik di rak yang berdekatan, lalu mengulurkannya kepadaku. Aku tak sungkan-sungkan lagi, terus saja menaburkan bedak itu di atas telapak tanganku. Ita menarik baju yang dipakainya ke atas hingga sebatas tengkuk. Aku menelan ludah melihat ke belakang badan Ita, yang selama ini tak pernah aku lihat tanpa busana. Aku menepuk bedak yang ada di tanganku ke atas badan Ita. Hangat badannya. Aku mulai menggosok. Sesekali Ita kegelian, ketika aku mengurutkan jariku pada alur di tengah belakang badan Ita. Aku menggosok rata. Ita meraba-raba kancing BH-nya, lalu dilepaskannya, maka terurailah tali BH-nya itu di belakang badannya itu. berdesir darahku, aku menelan air liur, melihat aksi Ita yang berani itu tadi. Aku terus menggosok, dengan hati yang berdebar-debar. Aku merasa batang penisku sudah mulai mengeras. Aku merasa tak tahan. Tengah menggosok belakang badan Ita, tanganku secara perlahan-lahan merayap ke dada Ita.
"Hei! Apa-apaan nih", Ita melarang sambil menepuk tanganku.
"Ohh! sorry", aku meminta maaf.
Tanganku kembali ke bekakang. BH yang Ita pakai masih melekat di dadanya, menutupi buah dadanya yang mungil itu. Aku terus menggosok, kali ini turun sampai ke batas pinggang. Aku memberanikan diri mengurut ke dalam rok Ita, tetapi Ita menepuk lagi tanganku.
"Jangan!", larang Ita lagi.
"Sudah hilang belum gatal itu?", Tanyaku pada Ita.
"Belum!" jawab Ita pendek.
Aku merasa semakin terangsang, batang penisku semakin mengeras dan mula tegang! Aku coba lagi untuk meraba ke dada Ita, kini aku telah dapat memegang buah dada Ita yang lembut itu, yang tertutup dengan BH berwarna putih. Ita tidak lagi menepuk tanganku tetapi dia memegang tanganku yang aku takupkan pada payudaranya itu. Aku mulai meremas buah dada Ita. Ita menggeliat geli sambil tangannya memegang pergelangan tanganku. Ita nampak sudah mula merasa terangsang, dan memang ini adalah salah satu cara untuk membuat wanita terangsang. Aku mencium tengkuk Ita. Dia masih menggeliat-geliat akibat remasan serta ciumanku. Buah dadanya aku rasa sudah semakin menegang. Jariku kini memainkan peranan memilin-milin puting susu Ita pula! Aku sadari tadi memeluk Ita dari belakang. Batang penisku yang beberapa waktu lalu telah aku gunakan obat memperbesar penis tambah semakin keras menonjol itu aku gesek-gesekkan pada alur pantat Ita. Ita ketawa kecil, merangsang sekali! Ita membuka kancing bajunya dan terus menanggalkannya berserta BH-nya dan mencampakkannya di atas lantai.
Kini payudara Ita tak tertutup apa-apa lagi. Aku terus meremas-remas dan membalikkan badan Ita supaya berhadapan denganku. Ita menciumku rakus sekali, sambil mengulum-ngulum lidahku. Akupun begitu juga membalas dengan rakus serangan Ita. Aku menanggalkan bajuku. Ita mencium dadaku, perutku. Aku tetap mengecup-ngecup buah dada nya yang sudah mengeras tegang. Tanganku menekan-nekan pantatnya. Batang penisku semakin menegang. Tiba-tiba Ita berlutut, lalu membuka retsleting celanaku. Dia menarik keluar batang penisku yang tegak keras. Ita merasa kagum melihat batang penisku yang menegang secara maksimal itu. Ita menguak rambutnya ke belakang dan meng-"karaoke" batang kejantananku. Dia menggengam dengan rapi. Sambil mengulum secepat-cepatnya, tapi untung saja sebelumnya saya sudah memakai obat kuat lelaki hingga tidak cepat ejakulasi saat di kulum oleh ita.
Ita mengarahkan batang penis ke matanya, hidungnya, ke pipinya. Ita mencium sekitar batang penisku. Aku merasa nikmat sekali. Ita terus mengulum penisku hingga ke pangkal makin lama semakin cepat. Aku merasa kepala penisku terkena anak tekak Ita. Ngilu rasanya! Aku juga membantu Ita dengan mendorong dan menarik kepalanya.
"Ita, sudah hampir keluar! Sudah hampir keluar! Ita sengaja berlagak tak tahu saja, ketika aku katakan maniku sudah hendak keluar. Ita masih mengulum. Air maniku tersemprot memenuhi rongga mulut Ita. Dia lantas mencabut keluar penisku lalu menjilat-jilat air maniku. Dia nampaknya menikmati sekali. Penisku jadi lembek kembali!
"Aik! belum apa-apa sudah lembek".
Ita mengulum lagi penisku. Penisku jadi tegang lagi. Ita tersenyum memandangnya. Aku membuka celana. Ita duduk di atas meja. Aku berlutut menarik rok dan celana dalamnya. Ita sudah bugil di depanku. Bulu yang tipis warna pirang menutupi vaginanya. Aku mencium sekitarnya. Ita meletakkan kedua belah kakinya di atas bahuku. Aku mengangkangkan paha Ita. Bibir vaginanya sedikit terbuka. Aku menjilatinya. Aku buka sedikit dengan jari lalu mengoreknya sedikit demi sedikit jariku menyodok vagina Ita.
"Argh, argh, argh!" Ita mengerang perlahan. Vaginanya terlihat basah sekai. Aku meletakkan kepala penisku ke pintu vaginanya. Aku sodok sedikit, "Argh!" Ita mengerang lagi. Laku aku tekan lagi. " Yes!" suara Ita perlahan. Aku menyodok lagi dalam sedikit dan terus ke pangkal. Aku mendorong dan menarik berulang kali. Ita makin terlihat lemas dan nikmat. Aku merasa kehangatan lubang vagina Ita. Ita mencabut penisku keluar. Dia turun dari atas meja dan mendorongku telentang lalu duduk di atas badanku dan memasukkan lagi penisku ke dalam lubang vaginanya itu. Dia mengayun ke atas dan ke bawah.
Tak lama dia tarik keluar lagi penisku. Ita kini agresif. Aku mendorongnya telentang lagi. Ita merapatkan payudaranya dengan kedua belah tangannya.
"Masukin di celah susuku dong! Masukin di celah susu ah..!" Ita menyuruhku. Aku tidak sungkan-sungkan lagi terus melakukannya tapi sebentar saja. Aku duduk dan Ita masih telentang, pahaku di bawah paha Ita, aku sodok lagi penisku ke dalam vaginanya. Aku mengayun dengan perlahan. Licin dan sedap rasanya Ita bangun dan bertiarap di atas meja, kakinya lurus ke lantai menungging! Akupun berdiri lalu membuat 'dog style'. Aku pegang kiri dan kanan pantat Ita dan mengayun lagi. Aku kemudian menyangkutkan sebelah kaki Ita di atas bahuku dalam posisi telentang. Aku sodok lagi tarik dan keluar dorong dan masuk ke dalam vaginanya, pokoknya malam itu kami merasakan kepuasan bersama dengan mencoba segala posisi.

Cerita Dewasa Terbaru – Nikmatnya Memek Perawan nya “Wulan”

Posted: 19 Aug 2014 08:32 PM PDT

 Cerita Dewasa Terbaru – Nikmatnya Memek Perawan nya "Wulan" – Sore itu aku berkesempatan ngobrol dengannya, yahh rada susah juga ngobrol dengan anak SMU sedangkan aku yg sudah kuliah ini tapi ya sudah asal ku bisa melihat Wulan dari dekat… maksudku adalah, aku ingin mengingat wajah dan keindahan tubuhnya sehingga malam nanti aku bisa onani.

Tapi ternyata gayung bersambut, Wulan sangat antusias dengan obrolan basi yg aku suguhkan shg aku pun segera berniat utk melakukan kontak fisik dengannya. Aku mulai dengan mencubit lengannya dan ngelitikin pinggangnya. Wahh…. semakin ku sentuh kulitnya, semakin keras pula otongku jadinya…. Rasanya ingin segera ku kocok burung kekarku ini… tapi sudahlah ku tahan dulu…. orang sabar banyak rejeki kata orang2…..

Setelah puas meng-grepe2 Wulan lalu kita pun bubar, dia kembali ke kamar temanku itu bersama kakaknya sementara aku pun kembali ke kamarku. Ahhhh… bikin tugas rada males, maklumlah hari ini hari jumat… besok sajalah pikirku. Lalu aku pun menyalakan laptopku dan segera bermain-main dengan Photoshop…. iseng saja aku meng-edit foto2 aku dan anak2 kost…. walaupun kita laki2 tulen dan suka berkunjung ke panti pijat plus plus, tapi aku dan anak2 memang suka foto2.. no nude loh tapinya.
Tanpa terasa malam telah tiba dan ketika aku lagi asik2nya meng-edit foto anak2, tiba2 ku dengar pintu kamarku ada yg mengetuk… lalu ada yg manggil, "mas… lagi di kamar ga?" terdengar suara lembut bertanya…. "wah, siapa nih yg nyariin.." pikirku. Kubuka pintu dan berdiri Wulan didepan kamarku, dia mengenakan celana pendek ketat dgn tanktop tanpa bh. terlihat sembulan payudaranya yg tidak begitu besar (maklum masih smu), dan kulihat betapa mulus kulit putihnya, lehernya dan punggungnya…"masuk masuk…" kataku dengan cepat…. pikiranku langsung mesum, "wah kesempatan nih" kataku dalam hati. "lagi ngapain mas, kok ngga jalan2 sama anak2 yg lain?" Wulan bertanya. "ahh ngga, lagi males aja keluar kost-an… aku lagi isengin foto anak2, mau lihat?" kataku. "liat dong mas" katanya begitu antusias.

Aku pun segera duduk di depan laptopku, dan menunjukkan hasil foto anak2 yg sudah ku isengin.. dia pun tertawa melihat foto2 hasil keisenganku itu. lalu ku suruh dia duduk jadi biar aku saja yg berdiri (aku cuma punya 1 kursi di kamarku). tanpa kuduga Wulan malah berkata, "aku dipangku mas aja deh, biar sama2 bisa duduk." "ok boleh juga," kataku semangat. Ketika pantatnya duduk di pahaku.. ahhhhhh enak sekali rasanya… burungku segera mengeras, dan diapun merasakan itu walaupun dia tidak bilang apa2…. " 'dek bangun sebentar deh" kataku (maklum posisi burungku yg rada kejepit) lalu ku betulkan posisi burungku yg sudah menggeliat itu, lalu dia pun ku pangku lagi. Sekarang pas sekali posisi burungku berada di belahan pantatnya dia. Dari belakang dia ku ajari berbagai trik photoshop. setiap kali ku berbicara, aku bisikkan trik2nya ke kupingnya dia sehingga aku bisa mencium bau wangi badannya…

Dan setelah beberapa menit, kuberanikan diri utk memeluk dirinya dari belakang, dan melihat Wulan yg tidak menolak, aku lalu memberanikan diri utk merayunya…. " kamu kok wangi sekali 'dik?" kataku sambil mencium leher dan pipinya. Dia hanya tersenyum malu dan tidak menjawab. Lalu ketika dia menengok ke arah ku, aku pun dengan segera melumat bibirnya yg mungil dan berwarna pink itu… ohhh nikmat sekali bibir Wulan ini. begitu lembut dan begitu mungil….. sambil mencium bibirnya, tanganku segera meremas-remas payudaranya yg baru mulai tumbuh itu…. kurasakan burungku sudah keras sekali, dan dengan segera tubuh Wulan segera ku goyang2kan maju dan mundur shg aku bisa merasakan gesekan nikmat di burungku ini…. setelah itu ku buka tanktop, kulihat betapa ranum badan Wulan ini… kulit putihnya smakin membuat nafsuku menggila… lalu kubuka celana pendek ketatnya itu dan kulihat vaginanya yg berwarna pink tanpa ditumbuhi sehelai rambut pun…. wahhhhhhhhhhhhhhh………..
Setelah kuciumi seluruh badannya, aku pun langsung menciumi lubang kenikmatan itu dan kulihat Wulan menutup mata dan menggeliat keenakan… "enak dik?" tanyaku. "enak banget mas." sahutnya singkat. Setelah menciumi vaginanya, aku pun segera mengambil posisi..

ku tindih badannya dan kulumat kembali bibirnya sementara tangan kananku memegang burungku yg sudah berada di depan vaginanya. Sambil terus kucium, kumasukkan burungku perlahan-lahan…. walaupun V-nya sudah basah, namun palkon ku yg rada besar ini mengalami kesulitan utk masuk ke dalam…. kupaksa sedikit, lalu… "awwww… sakit mas…" katanya sembari meringis kesakitan…. "iya gapapa, sakit sedikit sekarang tapi nanti enak kok dik" kataku sembari terus kusodok ke dalam vaginanya dan ku goyang maju mundur….. ohhhhhh enak sekali vaginanya Wulan ini… begitu ketat dan hangat, belum pernah kurasakan vagina seperti ini sebelumnya….

akhirnya burungku bisa masuk seluruhnya kedalam vaginanya dan Wulan juga tidak lagi berkata sakit. sambil kutindih dan kupeluk tubuhnya, kucium bibirnya dan terus ku gerakkan burungku keluar masuk vaginanya…… rada2 susah bagi burungku utk gerak maju mundur karena vagina Wulan ini masih ketat sekali rasanya, dan nikmatnya bener2 tidak ketulungan….
Entah Wulan klimaks atau tidak, tapi yg jelas aku sudah tidak tahan ingin ngecrot yg sebanyak-banyaknya karena tidak terasa sudah 15 menit lebih kami bercinta… kulihat ke arah vaginanya, dan kulihat ada sedikit darah di burungku dan di sprei kasur… "pasti darah keperawanannya" pikirku. "dik, mau udahan apa terus?" tanyaku. "terserah mas aja deh…." katanya…. ya sudah, aku memutuskan utk ngecrot saja sebentar lagi.

Aku pun mempercepat gerakan maju mundurku sehingga aku bisa ngecrot…. "dik, kamu udah pernah mens belum?" tanyaku. "udah mas." jawabnya sambil kembali menutup mata dan menggigit bibirku lagi… "wah, bisa hamil nih kalo di keluarin di dalem" pikirku.
Maksudku utk mengambil kondom sebelum aku ngecrot ternyata tidak kesampean sebab tiba2 … CROOOOOOOOOOOTTTTT……. CROOTTTT CROTTTTT…….. ahhhhhhhhhhh……. CROTT CROT….. spermaku menyembur dengan ganasnya di dalam vagina Wulan… kulihat ada kenikmatan diwajah Wulan dan kurasakan hangatnya vagina Wulan setelah kusembur dgn spermaku….. "enak dik?" tanyaku. "enak bgt mas…" katanya sembari tersenyum malu. Lalu kupeluk tubuhnya dgn erat dan kucium bibirnya kembali. Lelah sekali rasanya dan bbrp menit setelah klimaks, kami berdua masih berpelukan ditempat tidur….. uuhhhh….. lemas sekali, belum pernah aku bercinta sampai selemas ini sebelumnya.

Sepintas ada kecemasan dlm pikiranku, "wah bagaimana kalo nanti Wulan hamil nih?" tanyaku dalam hati….. namun kecemasan itu tidak berlangsung lama karena Wulan menciumku dengan lembut dan perasaan enak, puas, dan nafsu yg terpuaskan semuanya tercampur jadi satu dalam ciuman itu.

"dik, jangan bilang sama kakak kamu ya…. mas bisa dimarahin nanti." pintaku. "iya mas, aku ngga bilang sama siapa2." katanya dgn cepat. setelah beberapa menit, kucabut burungku yg masih berada dalam vaginanya, lalu aku berdiri di samping tempat tidur, sementara Wulan masih dalam posisi berbaring, lalu ku dekatkan burungku ke mulutnya…. dia terlihat bingung, "oh iya aku lupa, Wulan masih SMU" kataku dalam hati…. "dik, emutin burung mas yah, mau kan? enak kok rasanya tapi jangan digigit yah!" pintaku. tanpa banyak protes, dia pun langsung mengulum burungku dengan lahapnya. Setelah beberapa menit, "udah dik.. udah cukup." kataku. setelah kulihat jam, aku baru menyadari bahwa sebentar lagi anak2 bakal balik ke kost-an. harus cepet2 pake baju nih, kalo ketauan bisa gawat….

Kami pun segera mengenakan baju masing2 dan lalu berpelukan sambil nonton tv. tidak lama setelah itu terdengar suara2 brisik anak2 yg sudah kembali dari jalan2…. "Nyet, gw bawain nasi goreng nih…. blm makan kan lo?" salah satu temanku berkata dari teras lantai 2 kost-an kami… aku dan Wulan pun segera bangun dan keluar kamar sambil menyambut mereka yg baru balik jalan2…. tidak ada kecurigaan dari mereka yg melihat kami berdua keluar dari kamar dengan wajah sedikit lelah… "yahh untunglah,ternyata semua berjalan lancar sesuai dengan rencana…. " kataku dalam hati sambil tersenyum puas. dan kulihat Wulan melirikku sambil tersenyum simpul seperti biasa.

Cerita Dewasa| Pemerkosaan di Atas Kereta Api

Posted: 19 Aug 2014 08:30 PM PDT

Pembaca setia Cerita Dewasa sebut saja namanya Intan, seorang gadis berusia 24 tahun, tingginya 165cm dengan berat badan yang cukup ideal, 53kg, dengan ukuran payudara 34C. Dia bekerja di salah satu stasiun televisi swasta sebagai reporter. Sobat pembaca Cerita Dewasa intan beparas cantik dan berkulit putih mulus sehingga dia dapat diterima bekerja sebagai reporter di XX tv sejak dua tahun yang lalu. Sebagai seorang reporter yang pastinya sering muncul menyapa pemirsa di layar kaca, tentunya membuat Intan meraih popularitas sehingga banyak orang mengenalinya. Banyak hal yang dirasa menyenangkan bagi Intan karena popularitas yang didapatnya, diantaranya pada waktu keluar berjalan-jalan, banyak orang yang mengenalinya dan tersenyum kepadanya serta menyapanya, bahkan hingga meminta tandatangannya.

3

Namun, jika ada hal-hal yang positif tentu saja ada pula yang negatif, diantaranya banyak lelaki yang suka bersiul ketika ia lewat, seringkali hampir dicolek oleh tangan jahil lelaki iseng dan mupeng , hingga yang baru saja terjadi, ada yang nekad mencari kesempatan untuk mengintip Intan kala sedang berganti pakaian di dalam kamar pas di sebuah department store di dalam sebuahpusat perbelanjaan, sialnya pelakunya tidak berhasil tertangkap tangan.

Sebagai seorang reporter, tentunya Intan sering meliput berita di sana-sini, lumayanlah itung-itung sekalian jalan-jalan sembari shopping, begitu pikirnya. Terhitung hampir semua daerah, dari Sabang sampai Merauke sudah pernah disinggahinya kala melakukan rutinitasnya sebagai seorang reporter televisi. Walaupun begitu, ia jarang mendapatkan kesempatan untuk melakukan liputan ke luar negeri sehingga suatu saat, ketika atasannya memberikan kesempatan kepadanya untuk meliput berita di Jepang, Intan girang sekali dan langsung memutuskan untuk mengambil kesempatan tersebut. Walaupun tahu bahwa harga-harga di Jepang sangat mahal, ia juga telah menyiapkan anggaran untuk belanja. Di Jepang nanti, Intan ditugaskan untuk meliput sebuah festival adat di Jepang beserta segala keunikannya.

Hari yang dinanti-nantikan tibalah juga. Intan berangkat ditemani oleh Nina, seorang camera person dari XX tv ke Jepang. Nina berusia dua tahun lebih muda dari Intan, tinggi badannya sepantaran dengan Intan namun sedikit lebih kurus dengan payudara yang lebih kecil 34A, gayanya modis, dan rambutnya seringkali bergonta-ganti warna, kali ini ia mengecat rambutnya dengan warna cokelat kemerahan, menambah cantik penampilannya yang juga berkulit putih. Mereka menggunakan jasa salah satu maskapai penerbangan dalam negeri karena memang maskapai dalam negeri tidak dicekal di Jepang seperti halnya yang dilakukan oleh negara-negara Uni-Eropa.

Setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam, tibalah Intan dan rekannya di bandara internasional Narita.
"Lo kenapa Nin?", tanya Intan pada kawannya. "Kok kelihatannya lesu gitu?"
"Ya ialah, lama banget tuh perjalanan tadi, lo sih enak, molor terus!"
Ucapan temannya tersebut hanya ditanggapi dengan tawa oleh Intan, karena memang selama perjalanan menuju Jepang, ia lebih banyak tidur, bukan karena fasilitas pesawat yang nyaman, namun lebih dikarenakan balas dendam, balas dendam? Lho? Memang, seminggu terakhir sebelum berangkat ke Jepang, ia terus melakukan liputan berpindah-pindah kota untuk sebuah program wisata belanja, hal itu dilakukannya untuk mengejar deadline dari pimpinan redaksi.

Selama di Jepang, rencananya Intan dan Nina akan tinggal di rumah Wiwin, kawan akrab Intan kala masih duduk di bangku SMU, Wiwin sekarang bekerja sebagai seorang designer dan tinggal dekat kawasan Shibuya. Hal ini juga merupakan suatu kebetulan bagi Intan karena Shibuya memang terkenal dengan wisata belanja, kegemaran utama Intan.

Setibanya di kediaman Wiwin, Intan dan Nina langsung memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu seusai perjalanan panjang dari Indonesia, malam harinya Intan mengajak wiwin untuk mengantarnya berbelanja keesokan harinya.

"Win, besok selesai liputan, lo anterin gue shopping yuk, gue kan disini cuman dua hari".
"Aduuuh, sorry tan, gue besok ada meeting sama klien, enggak bisa ditinggalin. Plus sorenya gue ketemuan sama cowok gue. Emm, lo ditemenin sama si Nina aja ya? Ntar gue kasih tahu tempat-tempat yang barangnya bagus dan murah."
"Yah, si Nina kan sama aja kaya gue, awam sama daerah sini, lo gimana sih?"
"Iya, iya, soriii banget tapi gue betul-betul nggak bisa, lagian transportnya gampang kok, naik KRL sekali juga nyampe."
"Mmm….. ya sudah deh engga apa-apa kalau begitu." Jawab Intan dengan muka masam. "Eh, omong-omong cowok lo cakep ga?"
"Yaa, itu khan relatif, tapi umurnya udah jauh lebih tua, ada terpaut limabelas tahunan sama gue, lumayan tajir lagi."
"Gila lo, sekarang kok seleranya berubah, seneng sama om-om, hahahaha." Merekapun bercanda hingga merasa mengantuk dan beristirahat kemudian.

Keesokan harinya, Intan dan Nina menyelesaikan liputan berita untuk XX tv dengan lancar, merekapun kembali terlebih dahulu ke tempat Wiwin untuk meletakkan kamera dan berganti pakaian. Intan dan Nina sepakat kompakan memakai rok span berwarna senada, hitam, sehingga tampak kontras dengan paha keduanya yang putih mulus. Nina memadukan roknya dengan blouse putih, sedangkan Intan memilih mengenakan kemeja berwarna krem, mereka berdua mengenakan mantel bulu karena udara yang lebih dingin dibanding di tanah air.

Berdua, mereka berangkat naik taksi ke stasiun dan kemudian membeli tiket kereta rel listrik, tak lama menunggu, keretapun datang dan mereka segera naik.
Sementara itu, di tempat kerjanya, Wiwin tampak teringat sesuatu dan mengangkat ponselnya, hendak menelepon Intan, namun, "astaga, dia belum ganti nomor lokal, enggak bisa dihubungi deh." Kata Wiwin dalam hati dengan wajah yang tampak kebingungan karena hendak memberitahukan sesuatu pada Intan namun tidak bisa dilakukan.

Di dalam kereta, Intan dan Nina ternyata tidak dapat menemukan tempat duduk yang kosong, sehingga keduanyapun memutuskan untuk berdiri sambil berpegang pada pegangan yang sengaja dibuat untuk penumpang yang tidak kebagian tempat duduk. Lima menit berlalu, sambil berdiri, Nina dan Intan baru menyadari bahwa hampir seluruh penumpang di gerbong tersebut adalah laki-laki, hanya ada dua wanita tua yang sedang terlelap duduk di ujung gerbong. Perhentian berikutnya, beberapa penumpang turun, Intan dan Nina mencoba mengambil kesempatan untuk duduk, namun keduluan oleh beberapa penumpang lain yang sedari tadi juga berdiri. Segerombolan penumpang baru juga masuk, dan seluruhnya pria. Space untuk berdiri pun kian sempit, sehingga Intan dan Nina hampir dikelilingi oleh gerombolan pria yang bau naik tadi.
"Yah, sial, berdiri lagi deh." Ujar Intan yang diamini oleh Nina.

"Liat deh, penumpangnya laki semua tapi nggak ada yang gentleman, ngasih tempat duduk kek buat makhluk-makhluk cantik, ha2." Canda Nina yang disambut tawa renyah Intan
Sesaat setelah itu, terdengar suara seseorang dibelakang mereka, dari nada bicaranya nampaknya bertanya sesuatu kepada mereka. Merekapun menoleh mencari si sumber suara. Tampak dihadapan mereka seorang bapak berwajah ramah, jika ditaksir, kira-kira umurnya empatpuluhan. Ternyata orang tersebut yang memanggil tadi.
"Ima nanji desu ka?"
Intan dan Nina sama-sama bengong karena sama sekali tidak mengerti apa yang baru saja diucapkan pria tersebut.

Seolah mengerti bahwa yang diajak bicara tidak mengerti bahasanya, bapak tersebut mengulangi pertanyaannya.

"Ano, What is da time?" Ujarnya dengan bahasa Inggris sekenanya sambil menunjuk pergelangan tangannya sendiri.

Intan dan Nina baru mengerti apa yang ditanyakan tadi ketika si bapak berwajah ramah mengulangi pertanyaannya dalam bahasa Inggris, walaupun tata bahasanya salah (yang benar what time is it?).
Untungnya Intan sudah mencocokkan jam tangannya dengan waktu setempat. Ia pun memperlihatkan jam tangannya kehadapan bapak itu agar dapat melihat sendiri pukul berapa sekarang. Bapak itupun manggut-manggut setelah melihat jam. "Domo arigato gozaimasu" Ucapnya sambil tersenyum. Kalau yang ini Intan mengerti bahwa artinya terima kasih, ia pun membalas senyuman bapak itu, sementara Nina hanya memperhatikan dari tadi.

Sebelum sempat membalikkan badan, Intan merasakan ada tangan yang menyenggol paha bagian belakangnya. Ia pun berbisik kepada Nina, "Nin, tadi kayak ada yang nyolek gue deh."
"Masa? Kok sama, tadi juga kayak ada yang nyenggol pantat gue." bisik Nina.
"Ya udahlah, mungkin kebetulan saja, kereta ini kan bergerak terus jadi mungkin ada yang badannya jadi gak seimbang dan gak sengaja nyenggol." tukas Intan. Nina pun mengiyakan ucapan temannya itu dan bersikap santai saja sambil menunggu kereta sampai di tujuan.
Belum ada lima detik dari senggolan pertama tadi, kembali Intan merasakan rabaan pada pantatnya, kali ini bukan lagi menyenggol, namun terasa sedikit meremas. Terkejut, Intan pun berusaha menepis tangan itu.

Cerita Dewasa : Merasakan gelagat yang tidak baik, Intan mengajak Nina menjauh dari tempat berdiri mereka sekarang. Namun belum sempat mereka bergerak, ada tangan-tangan yang mencengkeram lengan mereka berdua sehingga mereka tidak dapat bergerak kemana-mana. Disaat bersamaan, kedua wanita cantik itu merasakan tangan yang menjamah tubuh mereka kian banyak. Ada yang meremas-remas pantat mereka dan ada yang naik meraba payudara mereka. Merekapun berusaha meronta melepaskan diri dari situasi tersebut, tangan keduanya bergerak menepis tangan-tangan jahil itu. Namun apa daya dua pasang tangan melawan tangan-tangan sebanyak itu.

"Ehh, apa-apaan ini!" teriak Intan. Namun ia menyadari tidak ada yang paham ucapannya. Ia pun berusah menggunakan bahasa Jepang sebisanya. "Ieee, bageroooo! Emph…." Sebelum sempat meneruskan teriakannya, ada tangan kokoh membekap mulutnya dari belakang sehingga ia tak lagi mampu berkata-kata. Semakin lama, jamahan dari tangan-tangan itu kian mengarah ke paha bagian dalam Intan. Ia pun berusaha mengatupkan kedua kakinya sehingga tangan-tangan itu tidak dapat menjangkau bagian vitalnya. Namun usaha itu sia-sia karena tangan-tangan lain sudah mencengkeram dan merenggangkan kakinya sehingga posisinya terbuka dan tangan-tangan jahanam itu dapat leluasa bergerak menuju vagina Intan yang masih tertutup g-string seksi warna hitam.
"Mmh…. hhhh" Intan hanya bisa sedikit mendesah, dalam keadaan mulutnya disumpal telapak tangan seseorang dibelakangnya. Intan mencoba melihat dimana posisi Nina, tapi ia tidak dapat melihat temannya itu, di sekitarnya hanya ada segerombolan laki-laki.

Perlahan, tangan-tangan tersebut mulai membuka kancing kemeja krem Intan. Intan pun berusaha meronta sebisanya, namun hal tersebut hanya membuat pertahanannya lebih longgar karena berikutnya, mantel bulu yang dikenakannya berhasil direnggut oleh seorang laki-laki anggota gerombolan itu. Kini, Intan masih berpakaian lengkap minus mantel bulunya, namun kancing kemejanya sudah terbuka seluruhnya, memperlihatkan payudara Intan yang sekal dan hanya ditutupi oleh bra berwarna putih. Tangan-tangan yang menjamahnya seolah semakin menggila dengan keadaan tersebut.

"Mmm…!", terdengar suara teriakan tertahan Intan. Rupanya ada yang meremas-remas payudara Intan dengan keras sehingga ia berteriak tertahan. Berikutnya, dengan sekali hentakan, robeklah bra putih yang dikenakan Intan memperlihatkan dua gundukan indah dengan puting berwarna kecokelatan. Kini, tubuh bagian atas intan sudah terbuka dan hanya menyisakan kemejanya yang seluruh kancingnya sudah terbuka. Melihat pemandangan tersebut, seorang diantara gerombolan tersebut bergerak maju dan mulai memainkan puting payudara sebelah kanan Intan, sementara mulutnya mulai 'menyusu' ke payudara sebelah kiri Intan. Yang lebih membuat Intan terkejut adalah, orang tersebut ternyata si bapak berwajah ramah yang bertanya jam tadi. Dalam hatinya Intan berkata "dasar tua cabul, tahu begini udah gue tonjok dari tadi". Sementara itu, tangan-tangan yang 'beroperasi' di bagian bawah tubuh intan semakin berani, ada yang menarik roknya keatas sebatas pinggang, sehingga kini rabaan dan sentuhan mereka dapat langsung bersinggungan dengan kulit telanjang Intan, sebuah tangan meraba naik paha bagian dalamnya dan bersentulah dengan liang vagina Intan yang masih terbungkus g-string hitam. Tangan itu menggesek-gesek kemaluan Intan dengan gerakan maju-mundur. Mendapat rangsangan yang demikian hebat, Intan pun mulai terangsang diluar kemauannya sendiri. Seolah mengetahui hal tersebut, tangan yang membekap mulutnya mulai mengendurkan pegangan dan perlahan melepaskan bekapannya. Intan tak lagi berteriak-teriak, mungkin karena sudah terlampau lelah meronta, disamping itu, tidak bisa dipungkiri bahwa ia menjadi sangat terangsang dengan keadaan ini.

Tanpa disadari oleh intan, ternyata g-stringya sudah tidak berada ditempatnya semula, entah kemana, memperlihatkan vaginanya yang dihiasi bulu-bulu kemaluan yang dicukur rapi, sehingga tangan yang tadinya hanya menggesek-gesek kemaluannya, perlahan mulai memainkan jari-jarinya diatas klitoris Intan. Intan terangsang hebat diperlakukan seperti ini, namun ia tidak ingin semua laki-laki dihadapannya tahu bahwa ia terangsang, karena hal tersebut pasti akan membuat mereka merasa senang dan puas. Iapun mencoba menutupinya dengan mengatupkan bibir mungilnya rapat-rapat dan mencoba untuk tidak bersuara, apalagi mendesah. Namun cobaan terasa semakin sulit bagi Intan, selanjutnya, jari tengah si bapak berwajah ramah digerakkan keluar-masuk di dalam liang vagina Intan, didalam vaginanya, jari itu sedikit ditekukkan sehingga mengenai g-spot milik Intan. Intan semakin tidak kuasa menahan gejolak birahi yang dahsyat, mulutnya tetap ditutup rapat-rapat, namun sesekali terdengar desahan tertahan. "Emmh… hhh".
Gerakan jari itu kian lama kian cepat sehingga pertahanan Intan yang mati-matian berusaha tidak menunjukkan ekspresi kenikmatan akhirnya bobol juga.

"Mmhh… aa… aaaaaahh!!" Teriakan itu disertai getaran hebat, ia menggelinjang menerima orgasme pertamanya. Cengkeraman tangan dari para lelaki yang sedari tadi memegangnya kuat-kuat, akhirnya dilepaskan. Intan terduduk lemas, tubuhnya terasa panas terbakar gejolak birahi. Perasaannya bercampur aduk, antara malu, terhina, marah dan nikmat. Hanya sekitar lima-enam detik kemudian, tubuh Intan kembali diangkat oleh para lelaki Jepang tersebut, namun kali ini beberapa orang diantara mereka sudah melorotkan celana masing-masing, memperlihatkan penis masing-masing yang sudah tegak mengacung. Mengetahui apa yang akan dilakukan gerombolan lelaki itu, Intan coba berontak dengan menggunakan tenaganya yang tersisa, namun seorang diantara gerombolan itu, tubuhnya kurus dan agak tonggos, meremas kedua payudaranya kuat-kuat sehingga intan merintih kesakitan dan mencoba menepis tangan itu dari atas payudaranya. Disaat bersamaan, pinggang Intan ditarik kebelakang oleh si bapak berwajah ramah yang langsung menancapkan penis 15cm-nya kedalam vagina Intan dengan sekali hentakan keras. Bless, masuklah penis itu disertai teriakan panjang Intan yang baru pertama kali dimasuki oleh penis laki-laki. Bapak itu memompa tubuh Intan dengan cepat. "Plok…plok", begitu bunyi yang terdengar ketika paha bapak itu beradu dengan paha bagian belakang Intan. Para lelaki yang lain tidak hanya diam saja, sebagian menjamah bagian-bagian sensitif Intan dengan leluasa, sebagian lagi terlihat mengocok penisnya sendiri, dan ada pula yang meraih tangan Intan, dan memaksa Intan untuk mengocok penisnya. Ada seorang lagi yang berperawakan pendek memasukkan penisnya kedalam mulut Intan dan menggerakkannya maju-mundur. Sehingga sekarang, Intan dalam posisi setengah membungkuk dan disetubuhi dari arah depan dan belakang tubuhnya.

Lima belas menit berlalu, lelaki yang penisnya dikocok oleh tangan mungil Intan, tampak tidak kuat lagi menahan gelombang orgasme dan berejakulasi sesaat kemudian, crott!! spermanya muncrat dengan deras dan sebagian mengenai wajah Intan.
"Ah…. ahhh", Intan mendesah seriap kali penis si bapak masuk dengan dalam di vaginanya. Lima menit kemudian, tubuh Intan bergetar hebat, ia mendapatkan orgasme keduanya. "Aaaa.. aaahh!!" Desahnya.

Tidak berapa lama, penis didalam mulut Intan menyemburkan spermanya. Membuat Intan gelagapan dan tersedak sehingga sebagian sperma itu tertelan olehnya, sementara sebagian lagi meleleh keluar dari bibit indahnya. Si bapak yang memompa vagina Intan rupanya kuat juga, masih belum menampakkan tanda-tanda akan keluar. Bapak itu rupanya pandai memainkan tempo, terkadang kocokan penisnya dipelankan dan terkadang cepat. Tampaknya ia benar-benar ingin menikmati jepitan vagina Intan sepuasnya. Sepuluh menit kemudian, cengkeraman tangan bapak itu di pinggang Intan tiba-tiba mengeras, bapak itupun mulai setengah mendesah. "Hhhh…. ah.." Intan tahu bahwa orang dibelakangnya ini akan segera berejakulasi, iapun mencoba menarik badannya ke arah depan sehingga rahimnya dapat diloloskan dari semburan sperma bapak brengsek itu, namun sia-sia, baru setengah penis yang bisa dikeluarkan dan "Aaaaaahh" Crott, crott, crott! Sperma bapak itu keburu keluar membanjiri bagian dalam vagina Intan. "Aah, sial, damn.." gerutu Intan dalam hati karena bapak itu keluar didalam vaginanya.

Tubuh Intanpun digeletakkan di atas lantai kereta dan dikelilingi tiga orang lelaki lagi yang dengan irama cepat mengocok sendiri penis masing-masing di depan wajah Intan, dan beberapa saat kemudian berejakulasi dan menyemburkan sperma masing-masing di wajah Intan. Para lelaki itupun meninggalkan Intan terkulai diatas lantai kereta dalam keadaan telanjang bulat dengan hanya mengenakan kemeja warna krem yang sudah kusut dan basah oleh peluh dan sperma. Payudaranya dipenuhi bekas-bekas remasan dan cupangan yang berwarna kemerahan. Dalam keadaan lemas, ia mencoba mencari Nina yang sejak tadi tidak terlihat. Rupanya, Nina mengalami hal yang sama dan ditinggalkan tergeletak lemas bermandikan keringat dan sperma. Tidak ingin berlama-lama dalam keadaan demikian, Intan segera berdiri, mengelap keringat dan sperma disekujur tubuhnya dengan bra putihnya yang sudah robek, kemudian mengancingkan kembali kemejanya dan menurunkan roknya kembali, Intan kemudian mengajak Nina yang juga sudah merapikan diri, untuk keluar dari kereta dan mengajaknya untuk kembali saja ke tempat Wiwin. Kejadian barusan membuat hasrat belanjanya hilang.

Setibanya mereka di rumah Wiwin, merekapun mandi membersihkan tubuh masing-masing dari sisa-sisa persetubuhan yang baru saja dialami. Kemudian mengistirahatkan tubuh masing-masing. Sorenya, bel depan berbunyi, rupanya Wiwin sudah pulang. Nina yang membukakan pintu. setelah masuk kedalam rumah, Wiwin menanyakan keadaan kedua temannya itu. Intan dan Nina pun menceritakan hal yang tadi mereka alami di kereta sehingga mereka berdua membatalkan niat belanjanya.

"Waduh, gue minta maaf bener. gue lupa kasih tahu kalian, sebenarnya ada kereta khusus untuk penumpang wanita di sini, karena emang banyak kejadian begini sebelumnya."
"Yah, lo kok enggak kasih tahu kita dari kemarin sih Win? Kalau tahu, kan kita enggak bakal diperkosa begini."
"Iya, iya, gue bener-bener mohon maaf." Ucap wiwin. "Eh iya, kalian mau enggak, gue kenalin sama cowok gue? Kebetulan tuh, sebentar lagi kesini."

Cerita Dewasa : Intan dan Nina mengiyakan tawaran itu karena memang penasaran seperti apa muka pacar si Wiwin.
Beberapa saat kemudian, kembali terdengar bunyi bel. Wiwin beranjak keluar. Saat kembali kedalam rumah, ia berjalan bersama sesosok pria. Intan terkesiap. Astaga, ternyata si bapak berwajah ramah…..!

Cerita Panas 2014 – Romantisme Oral Sex dengan Polwan Cantik

Posted: 16 Aug 2014 11:19 PM PDT

 Cerita Panas 2014   Romantisme Oral Sex dengan Polwan Cantik
Foto Ilustrasi Polwan Cantik

 

Koleksi Cerita Ngentot Dewasa 17 Tahun Keatas Bergambar Terbaru 2014 | HoT

Emiliacantik.com - Romantisme Mesum dan Oral Seks dengan Polwan Cantik Seksi - Akhirnya sirine yang kutunggu itupun berbunyi. Dengan iramanya yang khas, sirine itu menjadi sinyal untuk kami agar segera melaksanakan apel sore dan bersiap untuk pulang ke asrama. 

 


 

"Jaga kondusifitas keamanan sekitar dan setiap anggota wajib memberi tauladan yang baik kepada masyarakat", kata komandan regu kami mengakhiri amanatnya pada sore hari yang mendung itu.

 

Akhirnya setelah rutinitas mengisi daftar hadir, aku segera berlari kecil untuk bergegas keparkiran motor, untuk mengambil kendaraanku. Rasanya birahuku sudah sampai diubun-ubun ingin segera menyalurkan hasrat bilogisku yang begitu bergelora.

 

Namaku Tantri seorang polisi wanita yang bertugas di sebuah kabupaten kecil di negeri ini. Seperti layaknya anggota polwan, tubuhku langsing dan kencang karena hasil latihan fisik rutin yang selalu di lakukan setiap hari. Warna kulitku kecoklatan khas negeri ini, banyak orang yang mengatakan warna kulitku eksotis. Tinggiku 169 dan tergolong tinggi semampai, rambutku tentu saja pendek sampai ke tengkuk. Banyak orang yang bilang, semula tidak kupercayai, bahwa aku tergolong wanita dengan hasrat seksual yang besar. Mereka mengatakan ini karena sosok tubuhku agak bungkuk seperti bongkok udang. Tentu semua omongan ini hanya kuanggap omong kosong. Namun perlahan aku seperti membuktikan sendiri kebenaran omongan ini.

  Cerita Panas 2014   Romantisme Oral Sex dengan Polwan Cantik

 

"rrrrrrrt,rrrrrrrrrrt"

 

Tanda getar di ponsel menandakan ada sinyal sms masuk.

 

Sambil duduk di jok motor aku buka hp dan membaca isinya , " Hai Mbak sexy kutunggu kamu di kontrakkan sudah kusiapkan kejutan yang manis buat kamu". 

 

Itu sms dari laki-laki misterius yang telah berhasil membuatku jatuh hati dan menyerahkan segalanya.

 

Naluri kewanitaanku secara alamiah bangkit bahkan hanya dengan membaca sms ini. Betapa mahirnya laki-laki yang bernama si Alex ini membuatku ketagihan secara seksual.

 

Dengan hati yang berdegup secara kencang, aku pacu sepeda motorku untuk menuju kontrakan Alex yang terletak tidak jauh dari asrama tempatku tinggal. Sebagai wanita, kami dibudayakan tertutup secara seksualitas. Bahkan kami tidak diajarkan oleh leluhur kami untuk menikmati aktifitas bersenggama dan berhak memperoleh kenikmatan yang sama seperti halnya laki-laki. Namun Alex perlahan namun pasti mengajarkanku arti nikmatnya berhubungan badan.

 

10 menit kemudian sampailah aku di kediaman Alex yang cukup mewah untuk ukuran warga kabupaten ini. Alex sendiri adalah seorang mahasiswa anak dari orang tua yang cukup berada. Tubuhnya hanya sedikit lebih tinggi dariku dan dia berkulit putih. Usianya 4 tahun dibawahku, Posturnya sangat terjaga karena dia rajin berolahraga. Awal pertemuan kami terjadi di sana.

 

Sebagai anggota kami diharuskan untuk menjaga bentuk tubuh. Apalagi untuk wanita, bulliying dari senior akan sangat sadis bila kedapatan tubuh kami sedikit berlemak. Sejak lulus dari asrama, olahraga pagi adalah makanan sehari-hari. Secara rutin aku berlari, fitness dan mengikuti aerobik yang diadakan di gor olahraga ataupun stadion kabupaten. 

 

tempat fitnes Jos Gym yang menjadi saksi awal pertemuanku dengan Alex. Saat itu, ditengah keasyikan berlatih ada seorang laki-laki yang mendatangi dan menyapa.

 

" halo, selamat sore, maaf mengganggu Mbak ini aparat ya?"

" iya benar, Mas siapa ya??"

Jawabku dengan nada tegas dan ketus karena kami memang dilatih demikian.

" perkenalkan nama saya Alex" sambil menjulurkan tangan, tanda ia ingin berkenalan.

" Tantri" jawabku sambil menjabat tangan Alex

" Mbak maaf ya gerakannya sudah bagus kok, tapi kurang tepat, ini saya tunjukkan gerakan yang benar"

Alex kemudian mengambil dumbel tersebut dan mencontohkan gerakan yang tepat dibandingkan gerakan yang tadi aku lakukan.

" Untuk latihan kaki gerakan yang benar seperti ini Mbak, harus jongkok sampai kebawah ,dengan ini Mbak bisa membentuk pantat, betis, tungkai dan tumit sekaligus"

 

Aku memperhatikan dengan seksama, sambil menaruh kesan awal yang baik kepada pemuda ini. Bahasanya baik, sopan, tempangnya ganteng, dan yang terpenting dia berani untuk mengajak ngobrol seorang anggota. Bukan rahasia umum, banyak laki-laki yang selalu melirik atau terpesona dengan kecantikan maupun kesexyan polwan yang biasa berbalut busana kerja ketat, namun sayang tidak mempunyai KEBERANIAN untuk mendekati kami. itulah yang membuat beberapa diantara kami kesulitan untuk menemukan pasangan hidup.

 

Tapi pemuda ini berbeda. Dia bisa mendekatiku dengan lembut dan sopan seperti gentleman. Mungkin itu alasan dia segera mendapatkan tempat di hatiku. Sore itu kami lalui dengan penuh senyum dan canda. Obrolan diantara kami begitu cair dan akrab. Kuperhatikan dari kaca yang bertebaran di tempat fitnes ini bagaimana Alex mencuri-curi pandang terhadap kesintalan tubuhku. Hari itu sebenarnya aku mengenakan pakaian yang biasa saja. Aku mengenakan kaos ketat tanpa lengan warna merah yang menampilkan keeksotisan warna kulitku. Mungkin karena ketatnya kaos yang kukenakan, buah dadaku yang tergolong cukup berisi juga terekspose secara maksimal. Untuk bawahan aku kenakan celana training panjang yang menutup rapat sampai mata kaki.

 

" sekarang kita latihan trisep ya Mbak Tantri" alex berkata sambil mengambil barbell ukuran 4 kg yang berada di rak.

" bagaimana gerakannya??" tanyaku

Jujur olahrafga fitnes memang baru buatku. Di asrama aku biasa olahraga lari mengelilingi asrama, push up, sit up, atau berlatih bela diri karate yang memang diajarkan.

" pegang barbell dengan kedua telapak tangan Mbak di ujungnya, Seperti ini. Kemudian angkat kedua tangan Mbak rapat di kepala, trus lengan ditahan, barbell diturunkan kebelakang kepala, satu set hitungan 10 kali"

 

Gerakan ini aku lakukan menghadap kaca besar di salah satu sudut Gym. Pada pantulan kaca aku bisa melihat kedua tanganku terangkat. Kaos tanpa lengan yang kukenakan membuat ketiakku dapat terlihat jelas oleh Alex. Dia berdiri tepat dibelakangku untu menahan kedua lenganku agar tetap lurus. Alex terlihat sangat terpesona dengan kedua ketiakku yang mulus tanpa bulu itu. Selain itu posisi ini membuat bulatnya dadaku semakin menonjol karena kedua tanganku terangkat tinggi keatas.

" ayo mulai Mbak 1……2………3"

 

Gerakan latihan trisep itupun dimulai dengan sebuah pantulan cermin yang cukup membuat jantungku berdebar. Posisi kami benar-benar menempel. Dapat kurasakan nafas Alex yang berderu lebih cepat. Bahkan tanpa Dia sadari ada benda yang tiba-tiba menonjol di bawah celana trainingnya. Alex terangsang batinku.

 

" Mbak Tantri harum, aku suka bau badan Mbak….10 cukup"

Bisik Alex ketelingaku sambil mengambil barbell yang cukup berat untuk kuangkat .

  Cerita Panas 2014   Romantisme Oral Sex dengan Polwan Cantik

Sambil mengambil nafas karena kelelahan dan sedikit horny kami lanjut ngobrol. Entah kenapa aku mudah sekali horny. Saat inipun wajahku bersemu merah, orang awam pasti melihat wajar wajahku merah karena habis olahraga tapi jujur sebenarnya aku terangsang. mungkin karena melihat seorang pria tampan yang berdiri tepat dibelakangku sambil pandangannya sangat mengagumi kemolekan tubuhku membuatku sangat terangsang. Atau juga karena tingkat stress di lingkungan kerjaku yang sangat tinggi yang membuatku mudah terangsang, entahlah.

 

" Mbak kenapa ikut fitnes disini?"

" iya biar badanku gak gemuk"

" badan udah sexy gini kok dibilang gemuk"

" hush badan semok gini kalo diliat seniorku masih dibilang gemuk tau"

" berat ya pekerjaan Mbak"

" iya makanya jarang ada cowo yang deketin aku"

 

Tanpa sadar aku mengucapkan pikiran negatif yang timbul sendiri. Mungkin karena perasaan bahwa kami ini karena tugas menjadi bukan seperti wanita normal.

" ada aku kok Mbak Tanti yang mau sama kamu he he" kata Alex sambil bercanda

" ha ha nanti juga kamu ketakutan sama aku, kayak cowo kebanyakan"

Ujarku sambil melagkah ke ruang ganti untuk berganti baju.

 

Pertemuan kami hari itu diakhiri tanpa ada yang spesial. Kami melangkah pulang kerumah masing-masing untuk kembali beraktifitas keesokan harinya.

 

Namun mungkin karena pertemuanku yang pertama itu dengan Alex, fitnes menjadi semakin rutin kujalani. Setiap sore kudatangi Jos Gym untuk berlatih. Alex juga demikian, dia selalu ada di tempat latihan setiap aku ada disana. Setelah dua mingguan rutin belatih kami baru tahu kalo sebenarnya rumah kami berdekatan. Jarak rumah kontarakan Alex hanya berjarak sekitar 7 menitan dari asramaku. 

 

Selama dua minggu itu entah kenapa aku selalu ingin tampil sexy di hadapan Alex. Aku selalu mengenakan baju ketat tanpa lengan yang membuat lekuk tubuhku terlihat. Bahkan yang juga membuatku malu, aku mengenakan training panjang ketat yang bahkan membuat celana dalamku kadang-kadang terlihat. Penampilanku yang demikian rupanya membuat Alex juga semakin berbinar-binar matanya. Sering ketika kami sedang Alex tiba-tiba ijin untuk ke kamar mandi, katanya kebelet ingin buang air. 

 

Hanya dalam dua minggu perubahan telah tampak di tubuhku. Pantatku semakin kencang, dan mungkin yang membuat Alex semakin berbinar adalah dadaku terlihat semakin berisi akibat latihan yang rutin. Gairah dan libidoku rupanya ikut berubah setelah latihan yang rutin. Kurasakan tubuhku begitu bergairah, namun sebagai wanita yang tidak tahu cara melampiaskannya, gairah ini kupendam sebisanya. 

 

Sering terjadi ketika di asrama, gairahku meninggi kususnya pada malam hari. Biasanya menjelang tidur dengan libido seperti ini, kulepas seluruh busana yangmelekat di tubuhku, kadang cd tetap kekenakan kadang juga kutanggalkan . Sering teman-teman kamar yang tinggal seasrama terkejut ketika bangun dan menyadari bahwa sahabatnya tidur tanpa sehelai benangpun. 

 

Buatku pribadi pengalaman tidur telanjang merupakan salah satu bentuk pelampiasan terhadap gairah yang begitu memuncak. Sering aku tidur tengkurap agar putingku yang tanpa penghalang bergesekan dengan seprei kasur dan sensaninya luar biasa. Cd yang melekat di daerah kewanitaanku sering kulepas dan tanganku yang nakal sering menggeseknya dengan guling atau selimut. Aku termasuk wanita yang pembersih. Setiap seminggu sekali selalu kucukur rambut-rambut yang tumbuh di arena intim dan ketiakku, dan melumurinya dengan ramuan tradisional yang mampu membuatnya bersih dan wangi.

 

Pengaruh libido dan hormon seksual jelas mempengaruhiku, dan jujur akupun telah melakukan eksperimen seperti tidur telanjang untuk menyalurkannya, namun hingga detik itu aku masih belum tau artinya sebuah kenikmatan seksual, sampai pagi itu Alex mengajakku untuk aerobik pagi bersama.

 

*

" mbak Tantri besok aerobic pagi bareng yuk"

Itu bunyi sms Alex pada saat aku sedang bersiap tidur.

" ayo kebetulan besok hari sabtu,kantor libur, jadi gak terburu-buru untuk apel pagi" jawabku

"horeeee, o ya boleh request gak Mbak Tantri?"

"request apa ya Lex?"

"besok Mbak pake kaos merah yang sexy itu ya!"

"emang kenapa Lex?"

"gak apa Mbak , Alex senaeng aja kal liat Mbak pake baju itu"

"yau udah besok Mbak pake baju itu deh"

" makasih ya Mbak, besok jam lima ditunggu ya deket stadion asrama"

" haa jam lima??? Gak kepagian tuh Lex??"

" enggak Mbak udah rame kok jam segitu"

" ya uda jam lima teng mbak sudah disitu, awas kamunya jangan telat ya mbak push up nanti"

" siap Komandan"

Setelah tidur yang singkat, akupun bangun untuk kemudian sebentar menggosok gigi dan mengenakan pewangi tubuh, aku berangkat menuju stadion dekat asrama tepat jam lima pagi. Betapa terkejutnya aku karena stadion masih sepi sekali. Bahkan suasanapun masih gelap.

" pagi Mbak Tantri, mari masuk" seru Alex menaymbutku di parkiran. Sikapnya masih gentel seperti biasa.

" Alex kamu hebat tepat waktu, tadinya Mbak udah mau ngepush kamu. tapi ini masih sepi sekali, katamu udah rame??"

" hush sini deh Mbak ada yang Alex mau omongin ama Mbak"

 

Kami kemudian masuk ke stadion. Dengan lapangan yang biasa mementaskan pertandingan tim daerah kami yang berlaga di divisi 2. Tribun penonton yang kosong. Lampu sorot yang berfokus menyorot ke lapangan. Sitambah udara pagi. Tentu suasana agak horror dan menyeramkan. 

 

Alex kemudian terus berjalan mengajakku kesebuah sudut stadion yang remang-remang.

" Alex awas ya jangan macem2!!! kamu kan tau siapa Mbak"

Kataku dengan nada tegas karena naluri polisi yanglekas curiga dengan modus Alex yang sangat mencurigakan ini.

" nggak deh Mbak, Alex toh tau Mbak jago karate, bisa bonyok nantinya . Apalagi kalo dipenjara takut banget deh Mbak. Ini alex Cuma mau jujur saja….."

"Jujur apa alex???cepet donk ngomongnya!!! Atau mbak panggi l temen-temen mbak yang lagi patroli sekarang!!!" ancamku

" ampun Mbak jangan donk, Alex Cuma beliin ini kok buat Mbak." Kata Alex sambil menyodorkan satu bungkusan kado warna pink yang terbungkus sangat indah.

" ya ampun Alex kejutan apa ini??kamu baik sekali sama Mbak, jadi malu nih"

" dibuka donk Mbak kadonya" kata Alex

  Cerita Panas 2014   Romantisme Oral Sex dengan Polwan Cantik

 

Dalam hati aku sangat bersyukur, akhirnya dapat juga kado dari seorang pria. Sudah lama aku memendam rasa iri ketika ada hari valentine, para pasangan saling berbagi kado, aku hanya merayakannya dengan teman sesama wanita di asrama. Ketika kubuka kado yang terbungkus indah itu, betapa terkejutnya ketika melihat kado ini adalah sebuah kalung emas berbandulkan tanda cinta, dan sebuah coklat import yang pastinya mahal.

 

" Alex inikan mahal. Kamu yakin ini buat Mbak????"

"iya Mbak sejak pertemuan pertama Alex sudah jatuh cinta sama Mbak, kalung sama coklat itu hanya wujud cinta sama sayang alex sama mbak kok"

" kamu baik banget Alex." Kataku sambil sedikit menitikkan air mata karena terharu.

" sini mbak Alex pakein kalungnya, Alex sengaja minta Mbak pake baju merah ini biar leher Mabak yang jenjang bisa dipasangin kalung cinta ini. "

Masih bergetar rasanya perasaan ini melihat sebuah kejutan dari pria tampan dihadapanku. Begitu romantis dirinya untuk membuatka terdiam ketika tangannya yang kokoh mengalungkan sebuah kalung di leherku. Sangat lembut dan telaten dirinya untuk memasang kalung cinta di leherku. Masih dalam suasana spechless dan terpesona, aku terlambat menyadari dan begitu pasrah bahkan tanpa perlawanan ketika Alex mulai memelukku dan langsung mendaratkan ciuman di bibirku. Ini adalah ciuman pertama yang kualami dan rasanya begitu menggairahkan.

 

Alex memelukku demikian erat, bibir kami berciuman dengan begitu bergelora. Kunikmati setiap momen ini, saat-saat dimana bibir kami saling bertemu, saling menghisap, saling menjilat. Dengan lihainya Alex mendaratkan ciuman yang begitu dalam, sangat intim, sampai membawaku terbang langsung ke awang-awang. Mungkin sekitar 5 menitan kami saling berpagut. Tanga kanan Alex memegang kepalaku dengan lembut, untuk kemudian menatapku dengan pancaran penuh dan cinta menggelora.

 

" Mbak Tantri aku cinta banget sama Mbak"

Kata Alex singkat untuk kemudian memagut mulutku dan kami kembali tenggelam dalam perciuman yang begitu panas, mengalahkan dinginnya udara pagi hari itu. Dengan sabar Alex memanduku yang masih hijau dalam masalah ciuman ini. Lidahnya membuka perlahan mulutku dan mengundang lidahku untuk saling berbagi cairan kenikmatan. Dengan ragu kujulurkan lidahku kedalam mulutnya dan disambut dengan hisapan yang begitu sensasional. Alex sangat mahir berciuman dia bisa membuatku begitu terangsang padahal tangannya tetap memeluk tubuhku tanpa beranjak kemana-mana. 

 

Perlahan lidahku dikulumnya, untuk kemudian aku ganti mengulum lidahnya. Begitu panasnya kami berciuman. Dengan begitu mahir, Alex kemudia melepas pagutannya untuk kemudian berbisik ketelingaku.

 

"Mbak percaya sama Aku ya, Alex mau bawa Mbak ke langit ketujuh"

 

Alex membisikkan kalimat itu sambil menatap wajahku yang telah merah padam karena malu. Anggukan mungkin jawaban terbaik yang bisa kuberikan padnya karena bibirku sudah terbisu tidak mampu mengucap satu katapun. Alex melanjutkan dengan membimbingku untuk berdiri bersandar di sudut kecil stadion. Dalam posisi ini Alex langsung menyusur pori-pori leherku. Menghirup aromanya pelan, untuk kemudian memberikan ciuman-ciuman kecil yang intens disekitarnya. Ciuman untuk merangsang libidoku. Tangan kirinya menengadahkan daguku untuk meudahkannya mencium dan menghisap keindahan leherku. Posisiku saat ini mendangak sambil berdiri, dengan seorang pria yang asyik mengoral leherku yang jenjang.

 

"aaaarrrgggghhhhhh"

 

Hanya itu yang dapat keluar dari bibirku, sambil tanganku mengepal di balik bahu Alex berusaha mengendalikan ledakan-ledakan syahwat yang mendesak keluar untuk dipuaskan. Tangan kanan A lex mulai bergeriliya menyentuh bahuku yang tanpa pelindung. Mengelusnya perlahan centi demi centi. Alex kemudian menghentikan hisapannya, meninggalkanku dengan penasaran dan wajah yang merah padam ingin dipuaskan. Alex tersenyum melihat wajahku sambil berucap

 

"Mbak semakin cantik saja kalo begini"

 

Kutampar pelan dirinya untuk menyembunyikan kemaluanku akan wajahku yang begitu bergairah. Dengan perlahan Alex memasukkan kedua tangannya masuk ke sela ketiakku dan mengangkatnya ke atas rapat disisi kepalaku. 

 

"pegang besinya Mbak!"

 

Kata alex sambil meletakkan tanganku untuk memegang besi yang menggantung 10 cm diatasku. Dalam postur berdiri menyandar, dan kedua tangan terangkat tinggi ke atas, ditambah balutan baju ketat merah, Alex secara perlahan mulai menempatkan kedua tangannya disekitar buah dadaku yang masih terbungkus bra. Dia sisir perlahan tepi luar dadaku untuk kemudian membuat gerakan berputar di sekiitar putingku yang telah mengacung tegak. Kupegang erat besi yang ada di atas kepalaku, sambil mataku terpejam dan dan kedua bibirku tertahan.

  Cerita Panas 2014   Romantisme Oral Sex dengan Polwan Cantik

 

"hggggggggggggh"

 

Aku tak tau apa yang terjadi tapi rasanya organ intimku berdenyut kemudian menyemburkan cairan yang membuat semua tubuhku bergetar, darah seperti sampai diubun-ubun, dan semua pikiranku kosong terbawa dengan erotisnya permainan Alex. Ini adalah orgasmeku yang pertama. Padahal Alex baru memainkan putingku dari luar. Alex memelukku erat sambil memberiku kesempatan meredakan orgasmeku. Setelah badai nikmat itu reda. Alex memulai kembali geriliyanya terhadap tubuhku dengan mengangkat kaosku sampai keatas dadaku.

 

" jangan dilawan ya Mbak, tetap pegang aja besi itu Alex mau buat Mbak mabuk kenikmatan".

Kuturuti permintaannya. mungkin benar karena sensasi orgasme yang baru saja kualami membuatku mabuk kenikmatan. Alex turun ke perutku yang telah terbuka menghirup aromanya

" aroma Mbak membuatku tergila-gila" 

 

katanya untuk kemudian dengan rakus menyerbu pusarku dan memainkan lidahnya menari-nari disana. Rasanya geli namun nikmat. Kembali kutengadahkan wajahku kelangit-langit sambil menggenggam erat besi yang melintang diatasku.

 

Sambil menjilat pusarku tangan Alex turun untuk membuka celana trainingku. Dalam posisi tertengadah aku tidak menyadari ketika celanaku sudah terlepas meninggalkan cd warna merah yang masih melekat menjadi pertahanan terakhirku. Alex menyentuh pahaku sebelah luar dan sejenak kembali mengembalikan kesadaranku. Kulepas peganganku di palang dan kubangunkan Alex untuk berdiri berhadapan denganku.

 

" jangan Alex Mbak malu"

"gak apa Mbak percaya sama Alex"

"sudah kamu disini saja jangan lihat kemaluan Mbak, malu"

"iya Mbak" 

 

Alex kemudian menurut. Tapi dia kembali menciumi ku dan kami saling berpagutan mesra. Aku masih berdiri hanya dengan cd merah yang menutupi bagian bawah tubuhku. Kembali kedua tangan Alex membuka sela-sela ketiakku dan membawanya keatas kepalaku untuk memegang palang. Kuciumi dia dibibirnya dengan sedotan-sedotan dan permainan lidah yang membara . Ditengah pagutan itu tangan Alex tiba-tiba masuk ke dalam celana dalamku dan menyentuhnya dari perbatasan anus sampai ke pangkal klitoris.

 

" Youre shaved Mbak, betapa beruntungnya aku"

Itu bisiknya sambil naik menaik turunkan tangannya membelai daerah kemaluanku dari dalam cd merah. Ini juga pengalaman pertama daerah kewanitaanku disentuh oleh seorang laki-laki yang diam-diam aku cintai dan rasanya begitu luar biasa. Kulepas ciuman kami, dikarenakan desakan rangsangan dari bawah tak mampu kutanggung kembali, smpai harus kutengadahkan lagi wajahku keatas memandang langit.

" kamu cantik Mbak Tantri, kamu sexy sekali"

"………hgg………………………………………"

  Cerita Panas 2014   Romantisme Oral Sex dengan Polwan Cantik

Tidak mampu kutahan. Dengan tangan Alex yang masih di area intimku kujepeit tangan itu. Aku orgasme. Semua aliran darahdalam tubuhku seolah berkumpul di satu titik vagina dan meledak disana. Oooooow nikmatnya. Begitu nikamatnya. Tangan Alex tetap mengocok cepat meskipun kujepit erat.

" ayo Mbak Jangan ada yang ditahan nikmati sepenuhnya!!!!"

Bisik Alex kepadaku.

"hahhhh………………………………………………………….."

Begitu nikmatnya… pikiranku seolah sudah sampai di kahyangan.

Sensasi ini begitu dahsyat. Membuatku melepas pegangan palang dan terjatuh di pelukan Alex.

" ( heh…..heh….hehhh……) A…Alex"

"Ya Mbak" jawab Alex sambil memeluk tubuhku

"nikmat balet Alex"

"bener Mbak?"

Aku mengangguk

"kenapa bisa senikmat ini batinku

"Alex akan terus member kenikmatan buat Mbak, yang penting Mbak percaya Alex"

 

Aku kembali mengangguk.

 

Pagi itu merupakan petting awal yang akan memulai petualangan seksualku yang luar biasa bersama Alex. Tentu tidak ada olahraga hari itu. Lututku kopong seperti kehilangan kekuatan. Namun Alex setia menemaniku sampai aku beranjak dari parkiran stadion menuju asramaku kembali.

Cerita Seks Indonesia – Kehangatan Ibu Tiri yang Cantik

Posted: 16 Aug 2014 11:13 PM PDT

 Cerita Seks Indonesia   Kehangatan Ibu Tiri yang Cantik

Cerita Seks Indonesia Bergambar Terbaru 2014 – Kehangatan Ibu Tiri yang Cantik
Emiliacantik.com – Ketegangan meliputi seluruh keluarga besar Papa saat ia memutuskan untuk menikah lagi. Mama dan ketiga orang kakakku menentang keputusan Papa. Masalahnya, perempuan yang mau dinikahi Papa, sebut saja namanya Tania, seusia dengan kakak perempuanku yang kuliah semester 2. Aku yang waktu itu baru lulus SMP belum begitu paham dengan urusan orang tua. Apalagi aku jarang bertemu Papa karena ia kerja di kota lain. Tapi Papa tetap pada keputusannya. Ia menikah lagi tanpa dihadiri oleh anak-anaknya. Ia dan istri barunya tinggal di kota J di mana ia selama ini bekerja, sedangkan kami anak-anaknya tinggal bersama Mama.


    Meski tinggal berjauhan, Papa tetap rajin mengunjungi kami seperti biasanya. Hanya saja ia tak pernah mengajak istrinya karena mungkin khawatir akan menimbulkan konflik. Begitu juga soal biaya hidup, Papa tidak pernah terlambat mentransfer ke rekening Mama.

    Waktu lulus SMA, karena tidak diterima di perguruan tinggi negeri, Papa menawariku untuk kuliah di Jakarta karena ia punya kenalan rektor di salah satu perguruan tinggi swasta di sana. Semula aku ragu. Apalagi Mama dan ketiga kakakku tak setuju. Mereka ingin aku berjauhan dengan Mama. Tapi ketika kemudian ada kabar kalau Papa masuk rumah sakit, aku akhirnya menerima tawaran Papa. Aku dan kakak perempuanku, sebut saja namanya Mbak Dewi, berangkat ke Jakarta untuk menengok Papa. Aku trenyuh saat melihat Papa terbujur lemah di tempat tidur. Saat itulah untuk pertama kalinya aku bertemu Tania. Mbak Dewi tidak saling bertegur sapa dengan Tania. Kelihatan sekali kalau ia sangat tidak suka pada istri baru Papa itu. Aku pun sebetulnya juga menyimpan rasa marah karena Tania telah merebut Papa dari Mama, tapi karena merasa jengah dengan suasana yang begitu kaku, sedikit-sedikit aku mau juga diajak bicara oleh Tania.

    Karena kasihan pada Papa itulah kemudian aku memutuskan untuk kuliah di Jakarta. Mbak Dewi marah saat kukatakan itu padanya, tapi aku bersikukuh pada pendirianku. Menurutku, paling tidak ada satu anak Papa yang menemaninya di Jakarta, karena tak ada satupun kerabat di kota metropolitan itu. Akhirnya Mbak Dewi pulang sendirian, sedangkan aku menjaga Papa di rumah sakit sampai Papa diperboleh pulang. Setelah beberapa hari tinggal di rumah Papa, aku pulang untuk mengambil dokumen-dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran di perguruan tinggi.

    Sampai di rumah aku diomeli oleh kakak-kakakku, sementara Mama hanya bisa menangis. Tapi aku kukuh pada pendirianku. Lagipula Tania tak seburuk yang mereka kira. Kakak-kakakku menganggap kalau Tania mau dinikahi Papa hanya karena Papa kaya. Tapi selama beberapa hari bersamanya aku punya penilaian sendiri. Justru Tania orang yang bersahaja. Ia pun ramah, tidak galak seperti ibu tiri dalam film. Bagiku, Mama Tania adalah sosok yang menyenangkan, selain juga cantik. Seharusnya kakak-kakakku bersyukur ada Tania yang merawat Papa di kota J. Mungkin juga Mama salah, kenapa dulu menolak pindah ke kota J. Kakak-kakakku pun akhirnya menyerahkan keputusannya padaku. Hanya saja mereka berpesan agar aku kos saja di dekat kampus. Kalau itu aku setuju karena rumah Papa dengan perguruan tinggi yang akan kumasuki sangat jauh.

    Di Jakarta, untuk sementara aku tinggal di rumah Papa sampai urusan administrasi pendaftaranku selesai. Tania lah yang mengantarku ke kampus, mulai dari awal sampai tes penerimaan, karena Papa sibuk dengan pekerjaannya. Dan jika ada waktu senggang, ia mengajakku ke tempat-tempat wisata yang ada di Jakarta, atau sekedar makan siang bersama di Pizza Hut atau Mc Donald. Begitu juga ketika aku dinyatakan diterima sebagai mahasiswa baru, Tania yang menemani mencari tempat kos.

    Namun hal yang terduga terjadi padaku. Kebersamaan selama beberapa hari dengan Tania menumbuhkan perubahan pada diriku. Selain aku mulai terbiasa memanggilnya Mama Tania, muncul rasa aneh dalam diriku. Aku berusaha sekuat tenaga menepis perasaanku itu, karena merasa tak sepantasnya perasaan itu ada, tapi tak pernah bisa. Entah kenapa ada semacam rasa suka saat berduaan dengan ibu tiriku itu. Aku takut mengakui kalau aku jatuh cinta padanya, tapi memang itulah yang terjadi. Aku merasa kesepian saat mulai tinggal di tempat kos, apalagi saat menjelang tidur. Ingatanku selalu pada Mama Tania yang suka memakai baju ketat tanpa lengan kalau di rumah. Yang paling menggetarkan hatiku adalah ketika kami ngobrol berdua di sofa teras belakang rumah. Satu kakinya ditumpangkan ke kaki lainnya hingga menampakkan pahanya yang mulus. Diam-diam aku ereksi membayangkan Mama Tania. Kerinduanku padanya terasa sangat menyiksa.

    Untungnya rinduku pada Mama Tania terobati, setidaknya seminggu sekali, karena setiap Jumat malam ia, kadang bersama Papa kadang sendirian, menjemputku di tempat kos agar hari Sabtu dan Minggu aku bisa tinggal di rumah Papa. Perasaan yang kupendam makin memburuk saat muncul ketidaksukaanku pada Papa. Semacam cemburu begitulah. Aku lebih suka jika hanya Mama Tania sendiri yang menjemputku. Aku tak betah tinggal di rumahnya jika ada Papa. Dan rasa cinta pada Mama Tania yang usianya sekitar 4 sampai 5 tahun lebih tua dariku makin tumbuh subur. Gejolak darah mudaku menggebu-gebu setiap kali melihat Mama Tania. Aku mulai berkhayal tentang dia, membayangkan nikmatnya mencumbui bibir indahnya. Sadar atau tidak, aku telah terobsesi pada Mama Tania.

    Saking besarnya obsesiku pada Mama Tania hingga timbul hasrat isengku. Diam-diam kupinjam handycam milik Papa yang tersimpan di laci ruang keluarga, lalu kubeli kaset kosong. Saat aku mandi kuletakkan handycam itu di tempat tersembunyi dan kuaktifkan mode perekamannya. Sudah kuperhitungkan waktunya dengan kebiasaan Mama Tania mandi. Kurasakan debaran jantungku ketika melihat Mama Tania masuk kamar mandi. Di ruang keluarga aku menunggu dengan pura-pura nonton TV. Selama menunggu, aku gelisah tak karuan. Tak sabar ingin segera melihat hasilnya.

    Begitu Mama Tania selesai mandi dan masuk ke kamarnya, bergegas kuambil handycam itu. Di dalam kamar yang telah kukunci kuputar ulang rekamannya. Aku menahan nafas menyaksikan adegan demi adegan mulai Mama Tania masuk kamar mandi, membuka baju dan dan mulai mandi. Panas dingin rasanya melihat tubuh telanjang Mama Tania yang begitu indah. Kedua mataku tak berkedip menikmati setiap gerak-geriknya. Begitupun ketika ia selesai mandi dan mengenakan BH dan celana dalam sexy berwarna hitam. Rekaman itu kemudian kutransfer ke komputer sehingga aku bisa memelototi lekuk liku tubuh Mama Tania lebih jelas.

 Cerita Seks Indonesia   Kehangatan Ibu Tiri yang Cantik

    Tak puas dengan rekaman kamar mandi, aku pun mengalihkan sasaran ke kamar tidur Mama Tania. Saat ia mandi aku menyelinap ke kamarnya. Kuletakkan handycam di tempat tersembunyi dan kuarahkan ke tempat tidurnya. Tapi cara ini kurang efektif. Aku harus menunggu esok hari saat Mama Tania tak di kamar untuk mengambil handycam. Kutelepon Papa minta ditransfer sejumlah uang yang kukatakan untuk beli buku, padahal kubelikkan kamera mini yang terhubung ke komputer. Dengan begitu aku bisa mengamati langsung gerak-gerik Mama tiriku di tempat tidur dan sekitarnya.

    Aku hanya mengaktifkan kamera mini saat Papa tidak di rumah. Aku tak mau melihat ia dan Mama Tania bercumbu di tempat tidur. Yang kuinginkan hanya Mama Tania dalam keadaan sendirian, hingga suatu ketika ada satu adegan yang membuat nafsuku meronta dan berujung pada onani. Betapa tidak. Saat itu siang hari, usai makan dan ngobrol di ruang keluarga, Mama Tania minta diri mau tidur. Ngantuk, katanya. Papa sedang mengunjungi Mama, sehingga praktis hanya ada aku dan Mama Tania serta pembantu rumah tangganya. Begitu ia masuk kamar, aku pun ke kamarku dan langsung menghidupkan komputer. Di monitor kusaksikan Mama Tania merebahkan dirinya di ranjang. Mulanya kulihat ia tenang dan kupikir sudah tidur. Tapi beberapa menit kemudian ia tampak gelisah. Tidurnya berubah-ubah posisi yang membuat baju tidurnya tersingkap. Beberapa menit kemudian tangannya mengelus-elus "miliknya" yang tertutup celana dalam putih. Aku menahan nafas dengan mata tak berkedip melihat ke layar monitor. Tak lama setelah itu tangan Mama Tania menyusup ke celana dalamnya disertai goyangan pinggul yang membuat birahiku naik ke otak. Aku jadi tergerak untuk melakukan hal yang sama. Kuremas lembut "milikku" sambil mengamati gerak-gerik Mama Tania.

    Adegan berikutnya, Mama Tania melepas baju tidurnya. Ternyata ia tidak pakai BH. Tubuhku panas dingin menyaksikan aksinya. Kemudian pelan-pelan Mama Tania melepas celana dalamnya dan mulai memainkan "miliknya" dengan penuh gairah. Sayang suaranya tak terdengar. Andai terdengar pasti makin asyik. Tubuhnya menggelinjang merasakan kenikmatan yang dibuatnya.

    Beberapa saat kemudian Mama Tania memiringkan tubuhnya dan membuka laci yang ada di samping tempat tidurnya. Jantungku berdegup kencang manakala melihat benda yang diambilnya. Benda mirip kemaluan laki-laki. Dengan ekspresi penuh perasaan, Mama Tania menggesek-gesekkan benda itu di "miliknya". Lagi-lagi pinggulnya menggelinjang. Aku sudah menduga adegan selanjutnya. Ya, Mama Tania mulai memasukkan benda itu ke "miliknya". Mulutnya menganga akibat nikmat yang dirasakannya. Tak mau kalah dengan Mama Tania, aku pun menelanjangi diriku sendiri dan makin asyik memainkan "milikku".

    Mama Tania mengangkat kedua kakinya dengan posisi mengangkang sambil memainkan benda itu di "miliknya". Matanya terpejam, mungkin sedang membayangkan Papa yang menyetubuhinya. Setelah itu Mama Tania tengkurap. Pantatnya ditunggingkan sementara tangan satunya memegangi "mainannya" yang diberdirikan di ranjang. Begitu sudah pas, ia mulai menggoyang pantatnya naik turun dengan posisi duduk. Sesekali alat itu terlepas dan Mama Tania membetulkannya.

    Puas dengan posisi duduk, Mama Tania menyandarkan tubuhnya di sandaran ranjang. Kedua kakinya dibuka lebar-lebar saat "mainannya" dikocok-kocokkan dalam"miliknya". Seiring dengan itu, aku pun mengocok "milikku" makin cepat dengan genggaman yang makin erat. Beberapa menit kemudian Mama Tania berguling-guling di ranjang. "Mainannya" dicabut, diganti dengan tangannya yang membekap "miliknya", sementara kedua kakinya menjepit erat. Nafasnya memburu, terlihat dari perut dan dadanya yang naik turun tak beraturan. Tampaknya Mama Tania sudah mencapai orgasme. Aku mempercepat kocokanku hingga akhirnya cairanku tumpah ke lantai. Aku terengah-engah, sama seperti Mama Tania.

    Beberapa saat kemudian Mama Tania memasukkan kembali "mainannya" ke dalam laci, lalu rebah lagi di ranjang. Wajahnya terlihat puas. Ia pasti kelelahan setelah melakukan masturbasi hingga akhirnya tertidur dalam keadaan telanjang bulat. Kubaringkan tubuhku di ranjang setelah kuberesi cairanku yang berceceran di lantai dengan tisu. Nikmat sekali rasanya. Setelah kejadian itu, obsesiku pada Mama Tania makin dalam merasuki batinku.

    Aku bukannya tak mau berusaha menjauhkan perasaan yang tak pantas itu dari lubuk hatiku. Menjelang akhir semester pertama aku menjalin hubungan khusus dengan teman sekampus, sebut saja namanya Nina. Aku berharap, berpacaran dengan Nina akan membuat obsesiku pada Mama Tania bisa teralihkan. Tapi nyatanya tidak. Meskipun aku berpacaran dengan Nina, tapi yang selalu hadir dalam khayalku menjelang tidur tetap saja Mama Tania.

    Ketika aku mudik libur semesteran pun bukan Nina yang kurindukan, tapi Mama Tania. Aku benar-benar bingung menghadapi kenyataan ini. Sudah berkali-kali kutekankan pada diriku sendiri, bahwa tak mungkin aku bisa mendapatkan cinta Mama Tania, tapi sulit sekali. Seperti menghapus noda tinta di baju seragam. Makin digosok, nodanya makin melebar. Bahkan, saking rindunya, diam-diam kutelepon Mama Tania. Basa-basinya adalah menanyakan kabarnya dan kabar Papa. Padahal itu hanya sebagai modus untuk mengobati kerinduanku meski hanya mendengar suaranya.

    Suatu hari Mama Tania memintaku menemaninya ke kota B untuk menengok orang tuanya. Saat itu Papa sedang ke Singapura untuk keperluan bisnis. Dengan bermobil kami berdua meluncur ke sana. Tapi kami tidak menginap. Sorenya kami kembali ke kota J. Aku tak menolak ketika Mama Tania menawariku menginap di rumahnya, karena hari sudah malam. Justru itu yang kuharapkan, karena terus terang, selama bermobil dengan Mama Tania nafsuku meletup-letup melihat kemulusan pahanya. Apalagi ketika ia condongkan sandaran jok ke belakang dan kemudian matanya terpejam. Ingin rasanya kususupkan jari-jemariku ke sela-sela roknya yang tersingkap setiap kali ia bergerak menggeser posisi berbaringnya. Tapi aku tak cukup punya nyali untuk berbuat senekad itu, walaupun keinginanku begitu kuat. Aku tak sabar ingin segera sampai di rumahnya dan berharap ia melakukan masturbasi lagi.

    Hingga hampir jam 10 malam mataku tak letih memandangi monitor. Dengan menggunakan mode infrared keadaan kamar Mama Tania tetap bisa terlihat dengan baik. Hanya saja tampaknya harapanku tak terkabul. Mama Tania sepertinya sudah tidur, walaupun ia kadang bergerak, berganti posisi tidur. Aku hampir putus asa menunggunya melakukan "adegan spektakuler" seperti sebelumnya dan berniat untuk tidur juga. Saat aku hendak beranjak dari kursi, kulihat Mama Tania bangun. Sesaat ia duduk di tepi ranjang, lalu berjalan menuju pintu. Mungkin ia hendak ke kamar kecil. Seketika kantukku sirna. Kutunggu Mama Tania kembali ke kamarnya. Benar saja. Beberapa menit kemudian ia masuk ke kamar dan membaringkan tubuhnya di ranjang. Selimutnya dibiarkan teronggok di sampingnya. Jantungku berdebar menunggu ia "beraksi". Ia tampak gelisah, terlihat dari gerakan tubuhnya. Kadang miring, kemudian kembali telentang. Setelah itu miring lagi sambil memeluk guling. Tak sampai lima menit, ia beranjak lagi dari tempat tidur, membenahi rambutnya, lalu keluar lagi. Aku menunggu dengan sabar di depan monitor.

    Jantungku hampir copot saat terdengar bunyi "klek", gagang pintu kamarku bergerak. Tapi karena terkunci, tidak bisa terbuka. Aku yang sedang tegang menunggu Mama Tania kembali ke tempat tidurnya bukan main kagetnya. Kuamati gagang pintu kamarku. Bergerak lagi. Aku diam terpaku di tempat dudukku, menduga-duga. Kalau bukan hantu, pasti Mama Tania yang melakukannya.

    "Mau apa dia malam-malam ke kamarku?", hatiku bertanya-tanya. Jantungku berdetak makin tak beraturan. Seketika terbersit dalam pikiranku untuk membuka pintu dengan satu harapan, ia menginginkan hal yang sama denganku. Begitu kubuka pintu kamarku, kulihat Mama Tania hendak masuk lagi ke kamarnya. Ia tampak kaget melihatku tiba-tiba muncul.

    "Oh, kukira kamu sudah tidur, Lang", ujarnya. Ia urungkan niatnya masuk ke kamar.

    "Belum. Ada apa, Ma?", jawabku sambil balik bertanya dengan nada agak gagap.

    "Mama nggak bisa tidur. Mungkin tadi sempat ketiduran di mobil kali ya".

    "Kalau kamu belum ngantuk, temani Mama nonton TV di kamar yuk", ajak Mama Tania.

    Karuan saja aku gugup. Keringat dingin menetes di dahiku. Buru-buru kututup pintu kamarku, takut kalau Mama Tania tiba-tiba nyelonong ke kamarku dan mendapati kalau aku mengamati kamarnya melalui komputer.

    "Kok bengong? Ayo sini. Kita nonton di kamar Mama aja", tukas Mama Tania sambil melambaikan tangan.

    Dengan pikiran berkecamuk, kumasuki kamar Mama Tania. Mama Tania meraih remote dan menyalakan TV, sementara aku berdiri saja di depan pintu. Mama Tania menoleh ke arahku sembari berkata, "Sini, Lang". Tangannya sigap membenahi bedcover lalu menepuk-nepuknya sebagai isyarat agar aku naik ke ranjangnya. Kubuang jauh-jauh kecanggungan yang kurasakan dan kulangkahkan kaki menuju ranjang. Begitu kubaringkan tubuhku, Mama Tania berbaring di sebelahku sambil menyelimuti tubuh kami berdua. Udara di kamarnya memang dingin sekali. Entah karena AC-nya atau efek dari debaran jantungku saja.

    Baru sesaat aku rebahan, Mama Tania yang postur tubuhnya mungil seperti Yuni Shara itu mencecarku dengan pertanyaan yang membuatku kelabakan.

    "Tumben pakai ngunci pintu segala. Emang lagi ngapain, Lang?".

    Di saat aku mencari jawaban yang tepat, Mama Tania ngomong lagi dan aku jadi salah tingkah.

    "Lagi onani ya? Nggak usah malu lah. Mama kan juga pernah muda. Tahu lah kebiasaan cowok seusia kamu", tandas Mama disertai senyuman penuh arti.

    Entah kenapa, ucapan Mama Tania yang terakhir itu membangkitkan keberanianku untuk bicara.

    "Iya, Ma. Habis lagi kepingin sih". Sengaja kukatakan itu untuk memancing reaksinya. Aku sangat berharap ia bilang "Sini, Mama kocokin". Jantungku berdebar menunggu jawabannya. Tapi ia hanya tertawa renyah.

    "Nggak apa-apa. Itu hal biasa kok. Asal jangan keseringan aja", tukas Mama, masih disertai tertawa kecil. "Nanti jadi cepat keluar lho", lanjutnya.

    Pembicaraan blak-blakan itu membuat kekakuanku mencair. Aku mulai berani mengimbangi obrolan panas Mama Tania.

    Ah, masa sih, Ma?", aku bertanya asal saja dan tak butuh jawaban ilmiah.

    "Kata orang sih. Mama sendiri mana tau? Kamu yang cowok harusnya tau".

    "Emangnya hanya cowok yang onani, Ma? Cewek emang nggak pernah", cecarku mulai menjurus.

    "Iya juga sih. Tapi cowok yang paling sering", kata Mama. Tampaknya ia mulai gerah juga.

    "Mama sendiri pernah nggak?", pancingku.

    "Idiih, kamu apaan sih, tanyanya kok aneh-aneh gitu? Ya enggak lah", tandas Mama. Sekilas wajahnya bersemu merah. Ia mengalihkan pembicaraan sambil memainkan remote TV. Sambil nonton TV, kami ngobrol tentang banyak hal. Meskipun begitu, debaran jantungku tetap saja menghentak tak karuan. Apalagi saat kakiku bersenggolan dengan kaki Mama Tania. Kurasakan darahku berdesir. Ada semacam rasa nikmat yang menjalari sekujur tubuhku. Ingin rasanya kurengkuh tubuh Mama Tania dalam pelukanku dan menghujaninya dengan ciuman bertubi-tubi. Tapi aku takut ia marah dan melaporkannya ke Papa. Aku hanya bisa diam menahan gejolak nafsuku.

    Tak terasa, sudah jam 12 malam. Kulihat Mama Tania beberapa kali menguap.

    "Mama ngantuk ya?", tanyaku.

    "Iya. Kamu sudah ngantuk belum", Mama Tania balik bertanya.

    "Iya juga sih, Ma. Boleh nggak aku tidur sini?", tukasku spontan.

    "Emang kamu mau tidur sama Mama?", Mama Tania menoleh ke arahku. Aku tak ingin kehilangan momen berharga dalam hidupku. Buru-buru kujawab.

    "Kalau Mama ngijinin ya mau aja, Ma".

    Mama Tania tersenyum dan berseloroh, "Boleh aja, tapi jangan ngompol ya". Aku nyengir kuda. Dalam hati aku girang sekali dapat kesempatan langka seperti itu. Aku beringsut dari ranjang dan bilang pada Mama Tania kalau mau buang air kecil. Begitu aku kembali, cahaya dalam kamar sudah berganti redup. Kusibak selimut dan sekilas terlihat olehku paha mulus Mama Tania akibat baju tidurnya tersibak. Aku menghela nafas dalam-dalam dan kubaringkan tubuhku di sebelah Mama Tania sambil membenahi selimut yang cukup besar untuk kami pakai berdua.

    Dalam keadaan seperti itu aku tak bisa tidur. Kuamati Mama Tania yang berbaring memunggungiku. Aku tak tahu ia sudah tidur atau belum, tapi nafsuku tak henti-hentinya bergejolak, menggodaku untuk melampiaskannya. Aku bertahan untuk tidak tergoda karena takut resikonya. Tapi gumpalan birahiku yang tertahan terus saja meronta-ronta, hingga membuatku mata hatiku gelap. Bodoh rasanya jika tak kumanfaatkan kesempatan emas itu. Dengan berpura-pura sudah tidur, kugeser tubuhku hingga menempel ke punggung Mama Tania. Aku diam menunggu reaksinya. Karena Mama Tania bergeming, kumiringkan tubuhku hingga sejajar dengan tubuhnya. Rasa nikmat tiba-tiba saja menghentak saat "senjataku" menempel di pantat Mama Tania. Aku diam lagi, menunggu. Karena tak ada reaksi, kulingkarkan satu tanganku ke tubuh Mama Tania seolah dalam keadaan tak sadar dan menganggapnya sebagai guling. Harum rambut Mama Tania merebak ke rongga hidungku.

    Sesaat kemudian kudengar Mama Tania menggumam lirih dan darahku berdesir ketika tangannya memeluk tanganku yang melingkar di tubuhnya. Gempuran nafsu birahi yang begitu kuat tak lagi mampu kubendung. Kuciumi rambut Mama Tania, kemudian turun ke lengannya. Gairahku makin menjadi-jadi saat kudengar Mama Tania mendesah. Satu tanganku menjalari pahanya dengan beberapa kali usapan lembut sebelum menyusup ke balik baju tidur dan mulai memainkan jari tengahku di sela-sela bagian bawah tubuhnya. Aku melakukannya dengan selembut mungkin dengan harapan Mama Tania akan terangsang. Harapanku terkabul. Pelan-pelan Mama Tania membuka kedua kakinya. Tak terlalu lebar, tapi sudah cukup buatku untuk lebih leluasa memainkan jariku.

 Cerita Seks Indonesia   Kehangatan Ibu Tiri yang Cantik

    Mama Tania kembali mendesah lirih. Kusibak lebar-lebar selimut yang menutupi kami berdua karena aku ingin melihat langsung permainan jariku. Aku harus bersabar melakukan itu dan kesabaranku membuahkan hasil. Bukaan kaki Mama Tania makin lebar dengan satu lututnya terlipat sedikit. Pelan-pelan kususupkan jariku ke celana dalam Mama Tania hingga kurasakan bulu-bulu halusnya. Begitu jariku menyentuh "miliknya" yang lembut, langsung kumainkan jariku. Mula-mula kuusap bibir kemaluan Mama Tania. Kemudian pelan-pelan usapanku beralih ke bagian tengah. Kulihat perut Mama Tania mengempis seperti sedang menahan nafas. "Miliknya" kurasakan mulai basah.

    Mama Tania yang terlihat pasrah membuatku makin berani. Kulorot celana dalamnya dengan hati-hati sampai lepas. Aku ingin mempraktekkan adegan yang kulihat di film biru. Kutelungkupkan tubuhku di atas kaki Mama Tania dan mulai menjilati organ sensitifnya. Sekali lagi Mama Tania mendesah disertai dengan gerakan mengangkang. Aku tak tahu apakah Mama Tania sadar melakukan itu atau hanya refleks saja. Tapi kulihat matanya masih terpejam. Kulanjutkan jilatanku dengan penuh perasaan. Ternyata memang mengasyikkan. Ada sensasi tersendiri melakukan itu. Apalagi saat pinggul Mama Tania bergerak-gerak, seolah merespon kenikmatan yang kuberikan.

    "Lang, ngapain kamu?", ujar Mama Tania tiba-tiba sambil bertumpu di keduanya dan menatapku. Aku sedikit kaget dan balas menatapnya. Kutunggu reaksinya, marah atau tidak. Tapi begitu Mama Tania berbaring lagi, kulanjutkan lagi permainan lidahku dengan lebih agresif. Sesekali pinggul Mama Tania bergerak mengikuti irama permainanku.

    "Ooh, sudah, Lang. Nanti keterusan… Ohh", desis Mama Tania. Tangannya mencengkeram kuat rambutku. Tak kuhiraukan permintaannya. Makin kuat ia mencengkeramku, makin dahsyat jilatanku hingga lidahku masuk ke "miliknya". Dengan dorongan yang agak kuat pada kedua paha Mama Tania ke arah yang berlawanan kuisyaratkan agar ia lebih mengangkang lebih lebar lagi. Agaknya Mama Tania makin terangsang dengan aksiku. Ia pasrah saja "miliknya" kuhujani dengan lidah dan bibirku habis-habisan.

    Puncaknya, pinggul Mama terangkat disertai goyangan yang makin kencang, seolah mengimbangi tarian lidahku. Desahnya makin tak terkendali. Kedua tangannya mencengkeram erat seprai tempat tidur. Goyangannya melemah saat desah panjang keluar dari mulutnya.

    "Sudah, Lang. Mama sudah orgasme … Ohhh …", desisnya seraya menahan kepalaku agar tak bergerak lagi. Pelan-pelan pinggulnya turun lagi.

    Ciumanku pun kemudian beralih ke perut dan berakhir di dadanya. Kusibak belahan dasternya agar bisa kucumbui dua bukitnya yang indah. Mama Tania melingkarkan kedua tangannya di punggungku pertanda ia menikmati cumbuanku. Sambil mencumbui dadanya, tanganku menjelajahi selangkangannya. Tampaknya Mama Tania tergoda untuk mengimbangiku. Satu tangannya beralih ke celanaku.

    Tak puas dengan meraba bagian luar, tangan Mama Tania pun kemudian menyusup ke dalam celanaku dan mulai menggenggam dan mengusap lembut "milikku" yang sudah berdiri tegak. Saat itulah cumbuanku beralih ke lehernya yang jenjang. Kubungkukkan tubuhku sedikit hingga "milikku" bisa kugesek-gesekkan ke "milik" Mama Tania. Mama Tania mendesah dan mendesis yang segera kubungkam dengan pagutan di bibirnya. Kami pun berciuman dalam balutan nafsu birahi yang menggelegak. Mama Tania mencengkeram T-shirt yang kukenakan dan menariknya ke atas. Aku pun berhenti sejenak untuk melepas T-shirt. Kuminta Mama Tania untuk duduk di ranjang, sementara aku berpindah posisi di belakangnya . Kusibak rambut Mama Tania dan kucumbui lehernya, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua bukitnya. Mama Tania menoleh ke arahku hingga kami bisa saling berpagutan lagi.

    Beberapa saat kemudian aku rebah di ranjang. Mama Tania melepas dasternya sebelum melucuti celanaku, lalu mengulum"milikku" dengan gerakan lembut. Begitu nikmat hisapannya hingga aku telentang seolah tanpa daya. Sampai sejauh itu aku masih merasa seperti mimpi, telanjang berdua dengan Mama Tania dalam panasnya api birahi. Rasanya sulit dipercaya kalau peristiwa yang selama ini hanya ada dalam khayalku, saat itu benar-benar terjadi. Aku sadar kalau itu salah.Tapi dalam keadaan seperti itu, siapa yang bisa berhenti?

    Kubiarkan Mama Tania menikmati "milikku" sesuka hatinya. Hangatnya mulut Mama Tania melambungkanku dalam sebuah perasaan yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Setelah puas melakukan oral, Mama Tania duduk di atasku. Aku menunggu detik-detik mendebarkan saat "milikku" menembus "miliknya", tapi tak terjadi. "Milik" kami berdua hanya saling bergesekan saat Mama Tania merebahkan tubuhnya di atas tubuhku sambil mengggoyang-goyangkan pinggulnya ke depan dan ke belakang. Kami saling berpagutan untuk melengkapi sensasi nikmat gesekan itu.

    "Milik" Mama Tania terasa telah demikian basah, hingga tak heran akhirnya "senjataku" amblas ke dalam "miliknya". Mama Tania mendesis dan menelungkupkan wajahnya di leherku. Kupegang erat-erat pantat Mama Tania saat aku mulai menggoyang pinggulku karena Mama Tania tak kunjung bergoyang. Lama-lama ia pun mengimbangi gerakanku. Mula-mula masih dengan telungkup sebelum kemudian bangkit dan mulai bergerak naik-turun dengan ritme lambat. Tanganku leluasa menggerayangi payudaranya yang bergerak kesana-kemari. Untuk beberapa saat kubiarkan Mama Tania bergoyang di atasku. Setelah itu aku bangkit karena tak tahan untuk tidak mencumbui dua bukit ranumnya. Gara-gara itu goyangan Mama Tania melambat. Tak lama setelah itu ia mendorongku agar rebah lagi. Agaknya ia kurang bebas bergerak. Begitu aku rebah, Mama Tania langsung tancap gas. Ritme goyangannya makin kencang sebelum kemudian tubuhnya meregang disertai desahan panjang dari mulutnya yang indah. Ia rebahkan lagi tubuhnya di atasku. Nafasnya memburu, sementara kedua tangannya mencengkeram kuat-kuat bahuku.

    "Udah orgasme, Ma?", tanyaku mesra di telinganya.

    "Iya, sayang … Ohh …", jawab Mama Tania terengah-engah.

    Terbersit rasa bangga dalam hatiku. Aku berhasil membuat Mama Tania orgasme. Kubiarkan ia menikmati orgasmenya beberapa saat. Setelah nafasnya kembali tenang, kuminta ia untuk menungging. Tanpa diminta dua kali, Mama Tania beringsut menuruti permintaanku. Begitu ia sudah siap, kutancapkan "milikku" ke dalam "miliknya". Mama Tania langsung mendesah lirih, "Oohhh …" saat "milikku" tertanam dalam-dalam di "miliknya". Aku pun mulai melakukan gerakan maju-mundur pelan-pelan. Kunikmati betul-betul momen yang selama ini hanya ada dalam imajinasiku. Kuusap lembut pantat Mama Tania, merasakan kelembutannya. Setelah itu tanganku turun ke dadanya, meremas-remasnya dengan penuh perasaan. Kemudian, gerakanku kupercepat. Beberapa kali Mama Tania memekik tertahan saat "milikku" menghunjam dalam ke "miliknya". Tangannya mencengkeram kuat-kuat seprai tempat tidur.

    Gerakanku makin cepat ketika kurasakan "laharku" dalam "kawahku" akan meledak. Aku tak bisa menahan desahanku saat spermaku kutumpahkan ke pantat Mama Tania. Mama Tania merebahkan tubuhnya di ranjang, sementara aku masih bertumpu pada kedua lututku, merasakan detik-detik puncak kenikmatan hingga tetesan spermaku yang terakhir. Setelah itu aku turun dari ranjang untuk mengambil tisu.

    Mama Tania masih tertelungkup di ranjang, meski tubuhnya sudah kubersihkan dari spermaku. Kubaringkan tubuhku di sampingnya. Mataku menerawang ke langit-langit kamar dengan pikiranku melayang. Aku telah memulai satu babak baru dalam kehidupanku. Kenikmatan seks. Meski terasa sebentar, tapi aku yakin efeknya akan sangat panjang. Apalagi aku melakukannya dengan Mama Tania yang notabene Mama tiriku, istri kedua Papa.

    Saat tengah melamun, kudengar Mama Tania menghela nafas. Kumiringkan tubuhku dan memeluknya.

    "Mama marah ya?", ujarku memecah kesunyian. Mama Tania tak menjawab. Kupalingkan wajahnya ke arahku. Kulihat kedua matanya basah. Ia menangis. Aku jadi merasa bersalah. Kudekap erat tubuhnya.

    "Maafin aku ya, Ma", ucapku lirih.

    Mama Tania tak menjawab. Bahkan kemudian ia melepaskan pelukanku, membenahi selimut dan berbalik memunggungiku. Tentu saja hal itu membuatku salah tingkah. Setelah diam beberapa saat, Mama Tania kupeluk dari belakang sambil menciumi rambutnya. Mama Tania bergeming. Sesekali kudengar isaknya tertahan. Keheningan yang merebak dan Mama Tania yang masih saja membisu membuatku kikuk. Memang aku semakin merasa bersalah, tapi mau apa lagi? Semuanya sudah terjadi. Percuma disesali.

    Karena merasa tak dihiraukan Mama Tania, aku beranjak dari ranjang, kukenakan bajuku. Lalu aku kembali ke kamarku. Saat itulah aku baru ingat kalau komputerku masih menyala. Artinya, yang kulakukan dengan Mama Tania terekam di situ. Kuputar ulang rekaman itu. Kupandangi tak berkedip adegan ranjangku dengan Mama Tania yang berdurasi sekitar 23 menit terhitung sejak aku mulai mengusilinya. Kusimpan file rekaman itu dalam folder yang kusembunyikan dengan file yang lain.

Balas Dengan QuoteMeski mencoba terpejam, tapi aku tak bisa tidur. Pikiranku berkecamuk, antara bangga bisa membuat Mama Tania orgasme, dengan rasa bersalah. Mungkin Mama Tania juga merasa bersalah telah melakukan persetubuhan denganku dan ia menyesalinya. Aku tak tahu harus bersikap bagaimana saat bertemu Mama Tania esok paginya. Yang jelas, pasti akan canggung.

Entah kenapa, tiba-tiba muncul rasa kesal pada Mama Tania ketika aku bangun tidur pagi harinya. Jika memang tak ingin itu terjadi, seharusnya ia tak mengajakku masuk ke kamarnya. Bagaimana pun juga, aku laki-laki dewasa dan Mama Tania adalah orang lain yang kebetulan dijadikan istri kedua oleh Papa. Mungkin saja ia malu telah kutiduri, dan menutupi rasa malunya dengan menangis. Kekesalanku kemudian malah melunturkan rasa bersalahku. Aku bertekad untuk membuang jauh-jauh kecanggungan pada Mama Tania. Justru sebaliknya, akan kutunjukkan pada Mama Tania kalau aku benar-benar menyukainya. Kekesalanku pada Mama Tania membuat semangatku menyala lagi.

Bergegas aku bangkit dari tempat tidur. Saat sayup-sayup kudengar gemercik air dari kamar mandi, kuraih handukku. Dengan langkah ringan kumasuki kamar Mama Tania yang terbuka lebar. Kuketuk pintu kamar mandi dari dalam kamar tidurnya.

Ma, ikutan mandi dong", ujarku begitu Mama Tania membuka pintu sedikit dan menampakkan wajahnya. Sebuah handuk ia tutupkan di tubuhnya yang basah. Mama Tania tampak kaget melihat permintaanku yang tiba-tiba itu.

"Boleh ya, Ma? Aku pengen sekali-sekali dimandiin Mama", rayuku dengan wajah memelas. Mama Tania menatapku dalam-dalam. Ia seperti sedang berpikir. Mungkin sedang menimbang-nimbang, apakah memperbolehkan atau tidak. Aku mematung tepat di depan pintu kamar mandi menunggu jawabannya.

Hatiku girang bukan kepalang ketika Mama Tania mundur sambil membuka pintu kamar mandi. Tanpa sungkan aku nyelonong masuk, menggantung handuk di hanger, lalu melepas baju dan celanaku. Tak kuhiraukan Mama Tania yang mematung di depan pintu kamar mandi. Kuguyur tubuhku dengan air yang mengucur dari shower. Tanpa beban, kutoleh Mama Tania dan kuajak untuk bergabung di bawah pancuran air, tapiMama Tania bergeming. Kuhampiri ia, kuambil handuk yang ia pegangi untuk menutup sebagian tubuhnya dan kugantung di hanger, lalu kugamit tangannya dan menggandengnya menuju shower.

Saat itu sebetulnya aku sudah terangsang. Aku yakin Mama Tania tahu aku terangsang karena jelas-jelas "senjataku" mulai membesar, tapi belum berdiri. Aku berharap ia pun terangsang melihat "milikku". Tapi aku menahan diri agar Mama Tania merasa nyaman dulu. Aku tak ingin terlihat grusa-grusu. Aku menjauh dari shower untuk menggosok gigiku, sementara Mama Tania mulai membasuh tubuhnya dengan sabun cair. Usai menggosok gigi, aku kembali ke bawah shower, meminta sabun dari Mama Tania dan menyabuni diriku sendiri. Setelah itu aku berpindah ke belakang Mama Tania untuk menyabuni punggung sampai ke kakinya. Sejauh itu Mama Tania masih diam membisu. Tapi aku tak peduli. Aku terus saja menyabuni paha dan betis belakangnya sebelum kemudian beralih ke betis dan paha depan. "Miliknya" yang tepat berada di depan hidungku membuatku tergoda untuk memagutnya. Aku bertahan untuk tidak melakukannya.

"Gantian, Ma", ujarku sambil berdiri dan memunggunginya. Mama Tania menuruti permintaanku. Sambil berlutut, Ia sabuni punggung hingga betisku, persis seperti yang kulakukan padanya. Kuputar tubuhku hingga Mama Tania bisa beralih menyabuni betis dan paha depanku. Tak hanya itu, Tanpa kuminta, Mama Tania menyabuni juga "senjataku". Mau tak mau, "senjataku" pelan tapi pasti makin mengeras dan berdiri. Agaknya Mama Tania juga menahan diri. Buktinya, setelah itu ia bangkit dan menghidupkan lagi showernya. Berdua kami menguyur tubuh dari busa sabun. Semerbak wanginya membuatku makin bergairah.

 Cerita Seks Indonesia   Kehangatan Ibu Tiri yang Cantik

Sesaat kemudian Mama Tania berjalan menuju hanger dan mulai membersihkan tubuhnya dengan handuk, sementara aku masih mengguyur tubuhku dengan air shower. Saat Mama Tania mulai memakai baju, aku menyusulnya dan menghanduki tubuhku. Saat itulah kupeluk Mama Tania dari belakang. Ia tampak seperti kaget dan berusaha menyingkir dariku. Kupererat pelukanku sambil mencumbui rambutnya yang basah, sementara satu tanganku bergerilya di dadanya dan satu lagi di pahanya. Tak lama kemudian kuputar tubuh Mama Tania agar menghadap ke arahku. Mama Tania memandangku dengan tatapan yang tak kumengerti maknanya. Tapi aku sudah kepalang nekad. Dengan lembut kupagut bibirnya. Mama Tania diam saja, tak membalas ciumanku. Masa bodoh, pikirku. Kuhujani bibirnya dengan ciuman lembut, kemudian turun ke lehernya. "Senjataku" menempel ketat di perutnya. Sedikit demi sedikit kudorong Mama Tania sampai ke dinding dekat pintu kamar mandi. Dengan begitu aku lebih mudah mencumbui Mama Tania tanpa khawatir ia terdorong lalu jatuh.

Dari leher, cumbuanku beralih ke kedua bukitnya.

"Sudah, Lang … sudah …", desisnya lirih disertai dorongan di bahuku. Aku tak menggubrisnya. Kumainkan lidahku di kedua putingnya bergantian melalui belahan dasternya. Setelah puas "menyusu", pelan-pelan ciumanku beralih, turun ke perutnya, dan berakhir di "miliknya" yang tertutup celana dalam. Satu tanganku menyibak dasternya. Mama Tania merapatkan kedua pahanya, tapi aku pantang menyerah. Kujulur-julurkan lidahku di sela-sela pahanya.

"Sudah, Lang …", sekali lagi Mama Tania mencoba mendorongku ke belakang. Tanganku menggenggam kuat-kuat pinggulnya sambil terus memainkan lidahku. Saat dorongannya melemah, kulepas celana dalam Mama Tania.

"Jangan, Lang", cetusnya sambil menahan celana dalamnya yang sudah melorot sampai ke paha. Aku tak memaksa. Kulanjutkan jilatanku di "miliknya" yang sudah tak tertutup celana dalam. Pelan-pelan kuisyaratkan pada Mama Tania untuk membuka kedua kakinya. Semula ia bergeming, tapi sedikit demi sedikit mulai merenggang. Kesempatan itu tak kusia-siakan. Gempuran lidahku di "miliknya" makin gencar hingga membuatnya tak bisa menahan desah. Genggaman di celana dalamnya pun melemah yang membuatku dengan mudah melepas celana dalamnya sampai ke kakinya.

Mama Tania berhasil kubuat terangsang. Kedua kakinya makin terbuka lebar. Tangannya mencengkeram kepalaku, tapi tidak bermaksud mendorongku. Justru seolah memintaku untuk tak menghentikan jilatanku. Desahannya terdengar begitu merdu di telingaku. Desah perempuan yang terbakar birahi. Pinggulnya bergoyang seirama dengan permainan lidahku. Tak lama kemudian, kedua kakinya menegang dan agak gemetar. Ia orgasme.

Tak perlu menunggu lama untuk babak berikutnya. Mama Tania ganti jongkok di depanku sementara aku bersandar di dinding. Saat ia menghisap "milikku", kubuka dasternya. Kami telanjang lagi. Kunikmati setiap hisapannya, seakan itu adalah yang terakhir.

Selesai melakukan oral, Mama Tania berdiri dan langsung menciumku. Kuputar tubuhnya ke arah dinding. Sambil berciuman, kuangkat satu kakinya dan kubungkukkan sedikit tubuhku agar aku bisa menghunjamkan "milikku" ke "milik" Mama Tania. Ia memekik lirih, disusul dengan desahan panjang saat "senjataku" mentok di dalam "miliknya". Kuminta Mama Tania berpegang erat di bahuku. Dengan begitu ia bisa bergelayut di tubuhku dan aku bergoyang maju-mundur.

Setelah beberapa genjotan, aku keluar dari kamar mandi dengan Mama Tania masih menggelayut. Gerakan saat berjalan menuju ranjang ternyata tak kalah nikmat, karena sama juga dengan bergoyang. Sampai di ranjang kurebahkan Mama Tania dan kami lanjutkan pertarungan babak kedua sampai tuntas.

Tak seperti kemarin, Mama Tania terlihat lebih rileks usai percintaan itu. Ia rebahkan tubuhnya di atas tubuhku yang masih terengah-engah, sehingga sperma yang kutumpahkan di perutnya menempel di perutku juga. Tapi ia sama sekali tak terlihat risi. Bahkan ia pun tak pelit bicara.

"Lang, sebetulnya apa sih maksudmu?", tanyanya membuka percakapan. Aku bisa menebak arah pembicaraannya.

"Terus terang aku jatuh cinta sama Mama waktu pertama kita bertemu", jawabku.

Mama Tania yang semula merebahkan kepalanya di dadaku berpaling menatapku.

"Tapi itu 'kan nggak mungkin, Lang. Gimana pun juga aku Mamamu", tukas Mama Tania.

"Memang nggak mungkin sih. Tapi orang kalau sudah terlanjur jatuh cinta gimana hayo?", cetusku. Aku senang dengan percakapan ini, karena merupakan kesempatanku untuk mencurahkan perasaanku pada Mama Tania.

"Aku suka cemburu kalo liat Mama mesra sama Papa", lanjutku. Mama Tania mencubit mesra lenganku.

"Mama pikir kamu cuma nafsu aja", kata Mama Tania dengan tatapan mata penuh selidik.

"Nafsu itu 'kan timbulnya dari cinta, Ma. Mana mungkin nafsu kalau nggak ada cinta", kilahku.

"Kalo cowok sih bisa aja, Lang", sergah Mama Tania.

"Yang namanya cowok tuh seperti kucing. Asal liat ikan asin langsung deh diembat", lanjutnya.

"Ya, tapi 'kan nggak semua cowok", aku tak mau kalah.

"Iya deh, Mama ngalah", ujar Mama Tania.

"Jadi boleh ya Ma, aku cinta sama Mama?"

"Kok balik nanya? Tadi katanya terlanjur cinta, gimana sih?", tutur Mama Tania dengan nada manja. Aku nyengir.

"Terima kasih ya, Ma. Daripada aku onani terus hayo …", selorohku. Lagi-lagi Mama Tania mencubitku.

"Oh iya, tadi Papa telepon. Katanya minta dijemput jam 11", kata Mama. Spontan wajahku kecut. Mama Tania melihat perubahan air mukaku.

"Kok gitu? Bukannya seneng mau ketemu Papa?!", ujarnya menanggapi responku. Aku tak menjawab. Kuusap lembut rambut Mama Tania sambil melihat jam dinding. Jam 8 pagi.

"Lagi yuk, Ma", ajakku spontan. Mama Tania menengadahkan wajahnya dan menatapku dengan tatapan heran.

"Memangnya masih bisa apa?"

"Coba aja", tantangku. Kubimbing tangan Mama Tania ke kemaluanku. Ia tanggap maksudku. Ia remas dan kocok "milikku", sementara ia geser maju tubuhnya hingga kami bisa saling berciuman. Dalam waktu singkat "senjataku" siap tempur lagi. Apalagi ketika Mama Tania mengulumnya beberapa saat. Sekali lagi kami tenggelam dalam lautan birahi yang memabukkan.

Tepat jam 11 aku dan Mama Tania sudah berada di bandara. Sekitar 15 menit kemudian kulihat Papa di antara para penumpang keluar dari gate kedatangan. Memang tampak kalau Mama Tania berusaha menjaga perasaanku. Tapi tak urung aku melengos buang muka saat Papa mengecup bibir Mama Tania begitu mereka bertemu. Aku tak bisa menyalahkannya. Ia istri sah Papa. Aku tak berhak cemburu walaupun tubuhku dan tubuh Mama Tania sudah menyatu dalam panasnya bara birahi. Ibarat kata, meski sudah kunikmati tubuh Mama Tania, tapi bukan berarti aku memilikinya. Aku sadar betul akan hal itu.

Sekeluar dari bandara kami singgah di restoran untuk makan siang. Usai makan, aku minta langsung diantar ke kos, tapi Papa keberatan. Katanya ia capek sekali. Kalau harus mengantarku akan butuh waktu lama karena jauh. Ia berjanji malam harinya akan mengantarku.

Setiba di rumah Papa, aku langsung tiduran di kamar. Tapi aku tak bisa tidur karena pikiranku melayang membayangkan apa yang dilakukan Papa dan Mama Tania di dalam kamar mereka. Isengku pun kambuh. Kunyalakan komputer. Aku ingin memastikan dugaanku. Ternyata benar. Di layar komputer aku melihat Papa dan Mama Tania berciuman sambil melepas baju masing-masing. Artinya mereka baru mulai. Dengan jantung berdebar kusaksikan adegan percintaan mereka. Diam-diam aku terangsang melihat mereka bercumbu di ranjang dalam keadaan telanjang bulat. Hanya saja tak berlangsung lama. Dari timer yang tertera di layar monitor, tak sampai 5 menit Papa sudah terkapar di sisi Mama Tania. Saat Papa terbaring kelelahan, Mama Tania beranjak dari ranjang menuju kamar mandi. Setelah itu Mama Tania mengenakan daster dan berbaring di sebelah Papa.

Aku pun kemudian mematikan lagi komputerku dan kembali rebahan di ranjang. Otakku terus berpikir. Mungkin Mama Tania melakukan masturbasi karena merasa tak puas dengan Papa. Mungkin hal itu pula lah yang membuatnya tak menolak saat aku mulai mencumbuinya. Ada sepercik rasa bahagia telah memberi Mama Tania kepuasan batiniah.

Entah berapa lama aku melamun, hingga tak menyadari kalau Mama Tania membuka pintu kamarku. Di tangannya ada sesuatu.

"Ngelamun aja, Lang. Mama kirain sudah tidur kamu", ujar Mama Tania sambil menutup pintu kamar lalu melangkah menuju ranjangku.

Aku menoleh ke arahnya seraya bertanya, "Apa itu, Ma?"

Mama Tania tersenyum penuh arti, "Ini oleh-oleh dari Papa buat kamu". Ia sodorkan benda yang ternyata HP model terbaru saat itu.

Seketika aku bangkit dari berbaringku dan duduk di sebelah Mama Tania. Kubuka kardus pembungkus HP dan kuamati isinya.

"Gimana, Lang? Suka nggak?", tanya Mama Tania.

"Suka. Mana Papa, Ma? Aku mau bilang terima kasih…", aku pura-pura tak tahu.

"Lagi tidur, sayang. Entar sore aja ngomongnya ya", kata Mama Tania sambil mencolek hidungku yang kembang kempis karena dipanggil "sayang". Wajahnya begitu dekat denganku, hingga aku terdorong untuk memagut bibirnya. Mama Tania menyambut pagutanku dan kami berciuman. Sebentar kemudian Mama Tania berdiri.

"Udah ya. Mama balik ke kamar", katanya. Dengan berat hati kubiarkan Mama Tania berlalu dari kamarku. Ingin rasanya kucegah ia lalu mengajaknya bercinta lagi saat kupandangi tubuh mungilnya yang terbalut daster tipis dan sexy berjalan menuju pintu, tapi tak kulakukan. Tak etis rasanya menidurinya di saat Papa ada di rumah. Toh masih banyak waktu dan kesempatan di kemudian hari. Aku pun kembali tenggelam dalam kesunyian.

Obsesiku pada Mama Tania berpengaruh pada hubunganku dengan Nina. Aku jadi mengabaikannya. Malam minggu pun aku lebih suka menghabiskan waktu di rumah Papa daripada mengapelinya. Tak heran jika kemudian kami putus. Sebaliknya, hubungan gelapku dengan Mama Tania makin menggelora. Setiap ada kesempatan dan Mama Tania tidak sedang menstruasi, kami memadu kasih dalam balutan peluh birahi kenikmatan. Karena aku ingin "dikeluarkan di dalam", kubeli kondom. Rasanya memang berbeda, tapi aku tak perlu terburu-buru mencabutnya saat akan"keluar".

Dalam sebuah kesempatan, Mama Tania menceritakan padaku ihwal hubungannya dengan Papa yang notabene usianya dua kali usia Mama Tania. Mama Tania adalah anak sulung dari sahabat Papa waktu kuliah, sebut saja namanya Pak Wira. Pak Wira yang tahu kalau usaha Papa sukses minta tolong pada Papa untuk mencarikan kerja buat Mama Tania yang baru lulus SMA. Sayangnya waktu itu tidak ada lowongan di perusahaan Papa. Tapi Papa membantu Pak Wira, Papa tetap menerima Mama Tania dan menjadikannya sebagai asisten pribadi.

 Cerita Seks Indonesia   Kehangatan Ibu Tiri yang Cantik

Kisah klasik antara Papa dan Mama Tania pun terjadi. Papa jatuh cinta pada Mama Tania dan bilang kalau ingin menikahinya. Karena merasa berhutang budi, Mama Tania menerima pinangan Papa yang akhirnya menimbulkan kehebohan di keluarga besarku. Mama Tania tahu kalau istri Papa yang tak lain adalah Mama kandungku tak setuju. Sebetulnya Mama Tania sempat merasa ragu, antara melanjutkan pernikahan atau membatalkan, karena selalu diliputi rasa bersalah pada Mama. Tapi Papa bersikeras ingin menikahinya dan berjanji akan berlaku adil pada kedua istrinya.

Terkait dengan hubungan gelap kami, Mama Tania bilang kalau ia kerap dihantui rasa bersalah pada Papa. Tapi, sambil terisak ia mengatakan kalau ia juga jatuh cinta padaku ketika pertama kali bertemu di rumah sakit. Postur tubuhku yang tinggi besar membuatnya mengira kalau aku adalah anak sulung Papa. Tapi meski kemudian ia tahu aku anak bungsu dan usiaku lebih muda darinya, ia tak bisa mengusir perasaan cinta itu, walaupun ia menyadari kalau itu salah.

Setelah hubungan intim malam itu sebenarnya Mama Tania bertekad tak ingin mengulanginya lagi. Tapi, seperti pengakuan Mama Tania, ia tak mampu menghalau hasratnya setiap kali berdekatan denganku. Cintanya padaku lah yang membuatnya pasrah padaku.

Aku termenung lama memikirkan curhat Mama Tania. Tapi seperti halnya dia, aku pun sudah terlanjur jatuh cinta padanya dan tak ingin hubungan kami berakhir begitu saja.

Suatu sore, setahun sejak hubunganku dengan Mama Tania, Papa meneleponku saat aku dalam perjalanan pulang kuliah. Katanya, Mama Tania hamil. Ada nada gembira dari ucapannya. Aku sempat kaget. Tapi aku yakin itu bukan benihku karena aku pakai kondom. Kalaupun tidak, selalu kukeluarkan di luar. Hanya saja, yang membuatku was-was, jangan-jangan Mama Tania tak bisa lagi kuajak bercinta karena sedang hamil.

Kekhawatiranku memang tak terbukti. Mama Tania masih mau memberiku "jatah", tapi aku diminta untuk tidak terlalu "heboh" menggoyangnya, karena takut akan berdampak buruk pada janinnya. Aku bisa memaklumi itu. Kami masih aktif melakukannya di malam minggu, saat Papa tak di rumah tentunya, sampai kandungan Mama Tania berusia 6 bulan.

Bulan ketujuh kehamilan Mama Tania, Papa memintanya untuk tinggal di rumah orang tua Mama Tania di kota B. Penyebabnya karena Papa makin sering melakukan perjalanan ke luar kota, bahkan ke luar negeri. Ia khawatir pada kondisi Mama Tania.

Aku merasa sangat kehilangan ketika Mama Tania akhirnya kembali ke rumah orang tuanya. Walaupun hanya sementara sampai bayinya lahir, rasa kehilanganku tak dapat kupendam. Memang Mama Tania masih sering meneleponku, menanyakan kabarku, tapi aku tak sanggup jauh darinya. Di sisi lain, aku tak keberanian untuk sendirian mendatanginya di kota B, karena takut akan menimbulkan kecurigaan orang tua Mama Tania.

Ketika anak Mama Tania lahir, Papa yang sudah ada di kota B seminggu sebelumnya, menyuruhku datang ke kota B untuk menengok adik baruku. Setiba di rumah sakit, Mama Tania terlihat lebih gemuk dari sebelumnya. Ia tampak ceria dengan bayi mungil dalam gendongannya. Papa pun terlihat sangat bahagia.

Aku makin tak berharap bisa mengulang kebersamaan bersama Mama Tania ketika Papa memutuskan untuk pindah ke kota B. Rumah yang biasa ditempatinya dikontrakkan. Papa berpesan padaku untuk cepat-cepat menyelesaikan kuliahku, karena ia ingin aku meneruskan kepemimpinan di perusahaannya. Aku tak terlalu memikirkan hal itu. Yang kupikirkan hanya Mama Tania. Sudah jelas bahwa hubungan kami harus berakhir karena tak ada lagi kesempatan.

Tak dapat kupungkiri, kalau aku masih menyimpan hasrat pada Mama Tania, karena setiap kali mengunjunginya di kota B, gairahku muncul. Begitu kuatnya hasrat itu hingga ketika ada kesempatan berdua saja dengan Mama Tania, terucap kata kalau aku ingin melakukannya lagi. Ada sepercik harapan saat Mama Tania menjawab", Gimana caranya? Keadaan 'kan nggak memungkinkan?" Berarti Mama Tania pun masih membuka pintu kesempatan untukku. Hanya saja memang tak mungkin melakukannya, karena ada orang tua dan adik Mama Tania. Saat itu Papa sedang mengunjungi Mama di kota S. Aku cuma bisa menunduk lesu. Tapi aku tak putus asa. Kucoba sebuah cara, walaupun aku tak yakin ia bersedia."Mama mau nggak ke tempatku?", pintaku. Maksudku adalah hotel tempat aku menginap. Mama Tania tak segera menjawab. Ia cuma tersenyum sambil menimang-nimang bayi perempuannya yang tak lain adalah adik tiriku.Di hotel, sepulang dari rumah Mama Tania, kuhabiskan waktu dengan melamun dan berharap Mama Tania datang. Tapi hingga aku ketiduran siang itu, harapan tinggal harapan. Yang kutunggu hadirnya tak kunjung datang sampai aku bangun lagi sore harinya.

Wajahku berubah ceria campur berdebar-debar ketika suara pintu kamarku diketok. Waktu itu aku habis mandi dan bersiap turun ke restoran hotel untuk makan malam. Aku nyaris meloncat kegirangan saat kulihat Mama Tania di depan pintu. Spontan kuminta ia masuk ke kamar. Mama Tania bilang ia mau belanja susu untuk bayinya dan minta aku menemaninya. Tentu saja aku bersedia, tapi tak serta merta kami berangkat. Kami bercumbu lebih dulu, menyalurkan birahi yang lama terpendam. Tampaknya Mama Tania pun menyimpan hasrat yang sama. Permainannya lebih hot dari sebelumnya, seolah tak ingin setiap detik terlewati sia-sia.

Dari pengalaman itu, hidupku kembali bergairah. Aku yakin telah menemukan cara lain untuk tetap berhubungan dengan Mama Tania. Tapi ternyata dugaanku salah. Tak ada kesempatan yang sama terjadi dua kali. Beberapa kali setelah itu aku rajin mengunjungi Mama Tania di kota B, tapi harapanku untuk bisa menikmati kebersamaan di kamar hotel tak pernah kesampaian. Bukannya Mama Tania menolak, tapi keadaan yang tak memungkinkan. Aku harus menelan kekecewaan demi kekecewaan. Aku kembali terpuruk dalam kesendirian. Celakanya, hal itu mengganggu prestasi belajarku. Beberapa nilai mata kuliahku jeblok. Mama dan kakak-kakakku menegurku atas kemerosotan kuliahku.

Dalam kegamangan, aku belajar untuk menerima kenyataan. Sulit memang, tapi dengan niat yang kuat, akhirnya aku bisa menemukan sebuah jawaban. Ya, aku menyadari hikmah dari semua ini. Sejak awal memang sudah kusadari kalau aku tak akan punya peluang untuk memiliki Mama Tania seutuhnya. Mata hatiku dibutakan oleh bayang-bayang kehangatan tubuh Mama Tania. Cinta dan birahi yang berbaur jadi satu bagaikan anggur kenikmatan yang begitu sulit kutepis, hingga pada akhirnya aku tahu kalau itu semua hanya fatamorgana.

Dengan susah payah, aku pun berhasil menyelesaikan studiku, meskipun lebih lambat 1 tahun. Dan sesuai janjiku pada Papa, aku bekerja di perusahaannya mulai dari bawah, dengan perlakuan yang sama seperti pegawai lain. Ini Papa maksudkan agar aku memahami hal-hal mendasar sebelum tiba saatnya bagiku memegang kendali perusahaan.

Akan halnya Mama Tania, hubungan kami tetap berjalan baik-baik saja, sebagaimana layaknya ibu dan anak. Tak lebih dari itu. Seakan ada semacam kesepakatan tak tertulis di antara kami berdua untuk mengakhiri cinta yang ada di hati kami.

"Masa lalu kita biarlah berlalu", kata Mama Tania waktu itu.

"Tak boleh lagi ada cinta di antara kita berdua. Sulit, tapi memang itulah seharusnya, oke?", Mama Tania menyunggingkan senyum manisnya padaku.

Aku mengangguk setuju, walaupun dalam hati merasa berat juga. Kenangan kebersamaan kami menggapai puncak kenikmatan, desahnya, gelinjang tubuh mungilnya masih saja terbayang di benakku. Aku tak tahu apakah Mama Tania masih ingat itu atau sudah melupakannya, seiring dengan kesibukannya merawat anak yang saat ini sudah 2 orang. Yang jelas, aku tidak. Sampai saat ini pun terus terang aku masih merindukan Mama Tania dalam pelukanku, apalagi saat bertemu dengannya. Tatapan matanya yang teduh sulit membuatku melupakannya.

Cerita Dewasa 18+: Birahi Liar Si Ibu Alim

Posted: 15 Aug 2014 08:47 AM PDT


Zamrud News - Cerita Dewasa 18+: Birahi Liar Si Ibu Alim. Akhirnya usai sudah kegiatan yang menjemukan selama 2 minggu di sini…dan aku mo balik ke Jakarta untuk refresh neh…oh iya namaku Andi umur 30 tahun sekarang aku bekerja di perusahaan swasta, ciri2 tubuhkan yahh..untuk postur Indonesia udah cukup di perhitungkan neh..heheheh…

Besok aku mo pulang ke Jakarta setelah mengikuti kegiatan dari Perusahaan di Kota ini di ujung Timur Indonesia neh…aku mo naik kapal laut aja dech…karena selama ini kalau bepergian aku belum pernah naik kapal laut…so akan aku coba aja dech walaupun itu di tempuh dng lama perjalanan 1 minggu…wahhhh…pusing juga neh…setelah membeli Tiket kapal laut kelas 1 aku langsung berkemas-kemas untuk persiapan besoknya berangkat.

Tiba saat nya aku menuju pelabuhan…setelah segala macam proses pemeriksaan tiket dan bercampur aduk dengan para penumpang..so akhirnya aku naik dan masuk ke kamarku yang kelas 1 dan tentunya kamar kelas 1 aku yang sendiri menempatinya…langsung aku bergegas membersihkan diri (mandi neh..) setelah mandi diatas…aku berjalan-jalan di Dek kapal sambil menunggu sebentar lagi kapal akan berangkat..wahhh..kalo selama 1 minggu diatas kapal tidak ada yang bisa bikin buat seger…jadi tambah pusing neh ."ujarku di dalam hati..setelah melihat-lihat sekeling kapal dan akhirnya aku berdiri di pinggiran kapal sambil melihat kebawah siapa tau aja ada yang bisa nemanin aku selama seminggu ini hehehhe..

Mataku tertuju pada seorang ibu muda berjilbab kira-kira berumur 27 tahunan bersama anak nya yang kira-kira 5 tahunan lah dan sebelahnya di antar seorang lelaki yang kemudian mencium kening ibu itu dan anaknya…setelah itu mereka berdua naik ke kapal dan tak lama kemudian kapal berangkat meninggalkan pelabuhan dan lelaki itu melambaikan tangganya kepada ibu dan anaknya…setelah kapal menjauh dari pelabuhan, hmmm aku mulai mendekati ibu muda itu dan mulai berkenalan…"nama ku Andi, aku tujuan Jakarta "ujarku.

Ibu itu sekilas melihat aku dan senyumnya mengembang di bibirnya yang tipis. Tak lama kemudian di berucap : namaku Lia' ini anakku dan tujuan juga ke Jakarta"ucapnya. Akhinya kita saling ngobrol2 dan ternyata tadi adalah suaminya yang bekerja di kota ini dan Lia setiap 6 bulan sekali datang bersama anaknya untuk melepas rindu sama sang suami…walahh..kuat juga yach..kalo aku kagak nahannnn…(hehehe)

Besok pagi disaat waktu makan pagi aku melihat Lia bersama anaknya sedang menuju ruang makan..aku melihat dari belakang…hmmmm berisi juga neh pantatnya, padahal sudah di tutupi gaun yang menutupi sampai mata kaki neh'ujarku dalam hati…langsung aku menemuinya dan kita makan bersama-sama 1 meja..sambil aku ngelirik ke arahnya…wow…sempat aku melihat bentuk payudaranya yang ditutupi oleh jilbab dan bajunya …lumayan mengkal neh…waduh jadi pikiran kotor neh…Lia, di kelas 1 juga yach"tanyaku…"tidak mas aku ambil di kelas 2 aja kok"jawabnya sambil senyumnya mengembang dari bibirnya yang tipis dan basah.."ooohhh kalo aku di kelas 1, abis sendirian aja sih…pengen tenang dan rileks aja"ucapku sekenanya.. Lia juga sendiri kok, dari tadi malam belum ada penumpang yang sekamar dengan lia, jadinya lia Cuma ditemani anakku aja neh'sahutnya..oh gitu yach…brarti aku bisa dong main2 ke kamarmu"tanyaku. " bisa aja kok, kita khan di satu gang..tadi malam mas khan sempat keluar aku melihat kok"ujarnya…oh ya…aku mo cari rokok tuch semalam"sahutku lagi.\

Setelah selesai makan pagi, kita bersama-sama jalan di koridor kapal sambil bercerita dan diiringi guyonan kecil-kecil..karena di luar koridor..angin cukup kencang…maka saat aku berjalan disampingnya…hmmm aku mencium bau wangi yang sangat harum dan melihat putihnya leher ibu berjilbab ini…oh seandainya aku dapat menidurinya…"bisikku di dalam hati.

Hari kedua belum terjadi apa2 diantara kami, namun setelah makan sore…iseng-iseng aku mengetuk pintu kamarnya "Lia, ini aku andi…boleh aku masuk,"tanyaku. Tak lama kemudian pintu terbuka dan muncul kepalanya yang ditutupi oleh jilbab seadanya dan menggunakan terusan daster…hmmm aku liat dia..tidak mengurangi kecantikan dan kemontokannya kok.."silahkan masuk mas,"ujarnya pelan…Maaf anakku baru aja tidur dan aku baru tidurin dia neh" sahutnya. Dikarenakan kita nggak mau mengganggu anaknya, so kita duduk di satu tempat tidur yang lain…sambil bercerita..aku memandangnya ohhhh…semakin lama disini aku semakin tidak kuat menahan birahi ku.."ujarku didalam hati. Saat kita sedang bercerita..dasternya tersingkap sampai dengan lututnya..uppss.spontan aku mengatakan,"mulus sekali kakimu lia yah..pasti kamu rawat dengan baik dan secara sempurnya,"ujarku sambil tanganku mengelus-elus betisnya…secara refleks..langsung dia menarik kakinya dari tanganku…

sambil berujar..ah mas Andi bisa-bisa aja nih"senyumnya mengembang dari bibirnya yang tipis dan basah…namun aku tetap memegang betisnya dan bahkan menggeser kan tanganku keatas…ah Mas…jangan gitu ach…nggak enak neh…"sahutnya…namun aku tak berkata-kata lagi..langsung aku sibakkan dasternya sampai ke pahanya…dan langsung kuciumi dan kujilati pahanya…sluuurrrppp..Ohhhhhh Mass jangan dong…"ujarnya…namun Lia tidak menarik pahanya dari mulutku…tanganya malahan memegang kepalaku dan seolah-olah menekan – nekan …sluurrrppp…slururrpppp..ssshh hh…oh mas…jjaannn…gannn…."pekik lia pelan..namun aku tetap melanjutkan jilatanku sampai ke pangkal pahanya…dan secara cepat aku menarik celana dalam nya turun …dan sluuurrrppp ku jilati memeknya yang penuh dengan bulu-bulu…oohhhh…mas andiii….oohhh…"desahnya..kujil ati itilnya slururpp.sluruppp..shhhh…ohhh mass…aduuuhhh…ahhhh…jeritnya pelan…

Setelah sekitar 15 menit aku bermain lidahku di memeknya..langsung aku memberhentikan kegiatanku dan kuangkat kepalaku keatas…kulihat Lia memejam matanya menahan kenikmatan yang baru dia rasakan..ohhh aku liat begitu indah pemandangan didepanku..Ibu muda, cantik dan berjilbab menggunakan daster setengah telanjang sedang menanti ****** neh…langsung ku hampiri bibirnya yang sedari kemarin aku inginkan…sluuup..smmm…hmmm…kit a langsung bersilat lidah..tak lupa tanganku menggerayangi payudaranya…ohhh…mas..pintar sekali kamu,…ohhhh..achhh.. ku turunin lidahku menuju payudaranya dan ku gigit2 kecil dari luar dasternya…ohh..mass…cepaattt…n anti anakku bangun"bisiknya pelan…langsung tanpa ada yang perintah, kubuka celana panjang dan sekalian celana dalamku…upps…

Besar sekali mas punyamu"sahutnya….silahkan lia …apa yang kamu inginkan…"ujarku. Lia langsung menyodorkan mulutnya dan menghisap kontolku dengan mahirnya…ugghhhhff…Lia kamu pintar juga yach…sama suamimu juga sering beginian yach…mmrmmmrpp..nggak masss…jarang kok…setelah sekian menit..aku langsung memberhentikan isapannya pada kontolku dan langsung menaikkan dasternya tanpa melepas jilbabnya…dan Lia membuka kedua pahanya menanti kontolku memasuki dirinya…ayok mas..cepatan ohhggghh…pelan-pelan kutempelkan kontolku di permukaan memeknya…oufghhhh…baru aja kepala kontolku masuk…udah terasa nikmat…dooorong mas…enaeekkk mass…oughhhh…kudorong pelan-pelan masuk…dan bleeeeeeeeeesss..ughhf akhirnya masuk semua kontolku kedalam memeknya..kudiami beberapa saat..dan mulailah ku pompa kontolku di dalam memeknya…srooopp..croopppp…sle rrrrppp…ohhh…enak sekali memekmu lia…..iiyyyyaa…kontolmu juga enak mass….oohhh…terusin mass….

Aku sengaja tidak membuka jilbab dan dasternya…takut kalo anaknya tiba-tiba bangun….teruuusss mass…yang cepatt…ooohhh…sruuuppp…sreettt …croooppp..celllelel ppp..belle…aku pompa terus memeknya sampai kira-kira setengah jam…kulihat Lia sudah mulai tanda-tanda mau keluar…oohhh mass…cepatannnn..lia udah mo keluar….sabarr yah..mas juga udah mau keluar yah…uggghh lia..kita sama-sama keluarin yah…ooohhhsllluuppp…oohhh…achh hh…akhirnya lia telah keluar dan semenit kemudian menyusul aku menyemprotkan air mani ku ke memeknya..crootttt..corroooot. corootttttt…uuffhhhh ..mas banyak sekali air manimu neh…setelah kita tenang…langsung lia ke kamar mandi membersihkan air mani ku yang mulai meleleh di pahanya…aku menunggu dia keluar dari kamar mandi dan aku bilang minta maaf yah..bahwa aku kebawa nafsu sih…dia bilang nggak apa2 kok…sama dengan dia juga…aku mohon izin untuk kembali ke kamarku dulu dikarenakan jam sudah menunjukan pukul 10 malam.

Besok pagi disaat waktu makan pagi, aku mengetok kamarnya…Lia…kita sarapan pagi yook"ujarku pelan..tak lama pintu terbuka dan lia telah siap dengan pakaian longdres panjang dan berjilbab…uugghhh cantiknya dia..dan menyilahkan ku masuk…anakku belum bangun neh"jawabnya..jadi gimana dong..kita tunggu bentaran aja yach"tanyanya..akhirnya kita ngobrol-ngobrol…ehh..udah sekitar setengah jam..anaknya belum bangun juga neh..tau-tau kita malahan saling pegang-pegangan tangan…Lia kamu cantik sekali…"ujarku…ach mas ini..Lia biasa-biasa aja kok"ucapnya malu-malu…langsung ku susup lidahku ke mulutnya…hmmmmpppff…jangan ach mas…ntar anakku bangun lho" sahutnya..sebenntarr aja yach lia"ucapku memelas….hmmmm gimana yach "jawab lia…

Tanpa menunggu jawabannya…langsung kuciumi bibirnya yang merah dan basah itu…sluruurupp…hmmpfghh…oohhh. .masshh…langsung ku mainkan lidahku di dalam mulutnya..cuupppss…smshhsh…ooh h…tanpa membuka jilbabnya…langsung kunaikkan longdress nya….kuturunin celana dalamnya….oohhh…udah basah juga neh…memeknya…ssss..ssss mas….oohhh…..cepat-cepat ku balikin dia…aku pengen gaya nungging…ohhh mas….kuangkat kakinya satu….dan mulai kutusukkan kontolku ….ssss…oougghhh..blessss…sssss llreepp…mmrrpp oohhh mas…nikmat sekaliii…..liiaa…memekmu juga enaakakk….oougghhhaaa…ooohhh…y ang cepat mas…..kupompa kontolku…srooortkkk..sluururpp p…sreet…bellsss..ufg hhh…masss…enak sekali….hmmmm…iya …yyahh…oohhh..lia ayookk kita keluarin bersama-sama….ooggghh…mass…. aku mo keluarrrrr…oogghhrrr…ahhhhh….

Langsung badannya lia jatuh ke tempat tidur sambil tetap menungging membelakangi aku…dan tanpa menunggu lagi kutusukkan kontolku lagi…bleessssssssss….oohhhh masss…enakkk….cepattttaaannn…i iiiiyya lia..ooohh mas hampir keluar neh….oghhhsoohhhh…liaa….siiapp p…croootttttt…croott t…..crooott ughhh…tumpah ruah air maniku kedalam memeknya lagi…tak lama air maniku keluar…so anaknya juga udah mulai bangun dan kita langsung bereskan diri…dan menuju ruang makan.

Selama empat hari kita selalu bercinta, namun lia tidak pernah telanjang alias jilbab dan bajunya masih menempel di badan…dan aku pun tak bermasalahkan itu…yang penting memeknya yang ranum hhmmmm…hingga suatu malam hari ke enam dan rencananya besok kapal kita sudah nyampe di Jakarta…aku sedang santai sambil tiduran di dalam kamar hanya mengenakan celana pendek…tok…tok…kudengar ketukan pintu kamar ku, "siapa yah" tanyaku…ini lia mas"jawab suara diluar. Serta merta aku berdiri dan membuka pintu…hmmm..kulihat lia hanya mengenakan daster panjang tanpa mengenakan jilbab…ohhhh..cantiknya dan putih sekali lehernya itu…semenit aku terpana di depan pintu…dan Mas…boleh aku masuk"tanyanya…langsung aku tersentak kaget…oh iya..ya silahkan lia"sahutku..ada apa ne lia, malam2 kesini"tanyaku…ndak neh aku mo nanya aja ..besok khan kita udah nyampe Jakarta, trus mas langsung pulang yah" tanyanya. Jawabku. Iya sih…soalnya lusa udah masuk ngantor…terangku kepadanya. Ooooohh..ya udah deh lia langsung pulang ke kampung aja dech..jawabnya. setelah kita ngobrol panjang lebar..Lia pamitan mo kembali ke kamarnya, dikarnakan jam udah menunjukan pukul 9 malam, namun disaat dia mo berdiri, ku pegang tangannya…dan kuciumi sambil ku jilati telapak tangannya sampai ke pangkal lengannya…oouuhhh mas…geli ahh…tanpa ku jawab…kujilati lehernya yang putih mulus itu…sluurrppp..slurppp…shhhh…s sss oohh mas…sluurrp.…kutelusuri lehernya yang jenjang…kadang kugigit-gigit kecil…oowhh…massss…ohhh..Lia aku ingin bersamamu malam ini"ujarku…dia diam sambil menundukkan kepalanya….hmmmmm..tanpa tunggu jawabannya..langsun ku gendong dan ku bawa ke tempat tidur…mulai kuciumi bibirnya yang ranum…rhmmmm..sluruppp….ssshhm m..ohssss… lia sungguh enak bibirmu..hhmmsfh..ku buka perlahan-lahan dasternya…oohhhh…ternyata lia tidak memakai Bh dan celana dalam…sluruuurpp…slururpp…hmmm m…langsung ku jilati payudaranya yang putih mengkal…sluuruppp..ohhhssss…ma sssnnn…stertuuuusss… ucapnya terbata-bata. Kutelusuri lidahku ke memeknya yang rimbun…sluruuupp..kujilati itilnya…oohhhhsss….langsung kubalikan badanku tepat kontolku di mulutnya ….slruuup…oougfhhh…hmmmsssllii pp…kontolku langsung diisapnya…sambil tak lupa kuhisap juga memeknya yang ranum ini…ohhh mas….aku udah nggak tahan….tuussuuukk mas….saabbarrr…lia…aku ingin malam ini berkesan sekali'ujarku….oohhsusss…kujil ati terus sampai terasa banyak lendir yang keluar dari memeknya lia…massssssss….langsung ku ubah posisiku…dan siap-siap kutusukkan kontolku ini…slleeeeerrpp.. blesssshh..oohhhhh..crororlkkk …crorokk..crokk..ohh mas..enak sekali… kuangkat kakinya yang satu sambil terus kupompa kontolku …smsmshhggoouuhhh…..mass… teruskan masss….ennaakkk…sroorkkk..coro rkk…setelah setengah jam..saat-saat aku mo keluar..langsung ku minta lia untuk berbalik dan kutusukan kontolku lewat belakang (gaya doggy)…oougghhhh…enak sekali memek mu lia.''sahutku…blesss…blesss…ma ss…enakk.. ku pompa kontolku secara cepat….dan akhirnya…lia kita keluarin sama-sama yah…iiiiiyyya mass…ohhhuuu…sssss..hhhh massss…aaaaaaaaaahhhh..kuteria k agak keras…dan akhirnya air pejuku muntah juga kedalam memeknya…oh mas enak sekali…lia lemas neh"sahutnya…setelah beberapa menit..lia mohon pamit kembali ke kamarnya karena sudah tinggalin anaknya 3 jam tuh..akhirnya aku juga tidur.

Keesokan harinya…kita berdua terlambat bangun pagi.. dan aku pikir lebih baik bersiap-siap aja untuk beberapa jam akan sandar di pelabuhan tanjung priok…saat aku lagi berbenah-benah..kudengar ketokan di pintu dan suaranya lia terdengar dari luar sana, Mas..udah siap-siapan yah..tanyanya. iya neh..sambil ku lirik dia membawa anaknya…ayo masuk dulu.."jawabku..Lia udah siapin barang-barangnya yah"tanyaku…ya udah lah mas, maka itu kita kesini mo memastikan, siapa tau mas masih belum bangun…gara-gara semalam"bisiknya di telingaku….hhmmm lia…kamu itu makin menggemaskan aja"sambil ku colek pantatnya…wow…kelihatannya dia nggak pake celana dalam neh."ucapku dalam hati…aku jadi pengen buktiin neh…tapi bagaimana yach…? Soalnya dia bersama anaknya neh…dan sebentar lagi kira-kira 2 jam an udah mo nyampe di pelabuhan neh…waaahhh..aku jadi tambah panas dingin neh…kulihat lia menghempaskan pantatnya di tempat tidurku…anaknya juga disebelahnya…Lia kamu kok tambah cantik yah, memakai jilbab dan terusan (longdress) itu"ujarku.. ahh mas ini pasti kalo ngebilang itu ada maunya yach"selidiknya sambil senyum… langsung ku jawab ; tau aja"sahutku. Sambil kubereskan pakaianku dan kumasukin ke dalam tas, ku lihat anaknya udah mulai rewel neh…ndak tau kenapa yah..kali aja udah mulai ngantuk atau udah tau yah mamanya mo pikiran ngeres  "mama..ari kembali ke kamar dulu yach…"Tanya anaknya..mo ngapain ri…"anya mamanya, mo bobo bentaran aja…ngantuk neh…ohh ya udah…kalo gitu, ntar lagi mama nyusul…khan tinggal sejam lagi kita nyampe…ari bobo dulu yah ntar mama bangunin"sahut mamanya..langsung serta merta ari pamit ke kamarnya dan kututup pintu kamarku…..tanpa menunggu lama lagi…kuangkat longdress nya…oohhhh.. mass mo ngapain "pekik lia…hmmmmppp…betul yang kuduga..lia tidak pake celana dalam…pasti udah mo ngerasain kontolku lagi yah…langsung kujilati saja memeknya…sluuurppr..sluurprp…o ughhs…hmmmmss..masss …achhh…mass…setelah sekian menit langsung ku angkat kakinya satu di atas tempat tidur dan kutusukan kontolku ke memeknya…blessssss….srelllpp…. slleeeeeppp…bleessss ….ooouughhh…massssss….nikkmmaa ttt….sssss…cloopp.cl op..karena waktu yang terbatas…aku semakin cepat memompa memeknya.croooppp..cloppp..bun yi paha kita beradu…sluruuru…belssslsss..ss sshh..masss aku sungguh tidak bisass melupakanmu…ooohhh..liiaaa…mme mekmu sungguh legiiit…slreeepp..sloopp..cepa tan mas…langsung ku pompa lebih cepat lagi dan akhirnya…oooooohhhh…aaaaaaaahh hh lia…siaapp aku mo keluar…uuggghhh…croooot.crooto tt…croooot…pejuku keluar langsung mengisi rahimnya lagi…dan ooohhh mas…sungguh nikmat ****** dan air manimu itu "sahut lia..langsung tak lama pengumuman dari ABK bahwa setengah jam lagi kapal akan bersandar di Pelabuhan tanjung priok…serta merta kita berdua bergegas merapikan kembali pakaian dan lia kembali ke kamarnya dan aku langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri lagi..sebelum aku mandi ku bilang sama dia; pake celana dalam mu yah, soalnya nanti bisa diliat orang dan takutnya nanti aku minta lagi neh"ujarku…dibalasnya lia dengan memegang kontolku…hmmmmm…kontol yang nikmat"ujarnya..
Kapal sudah berlabuh di pelabuhan dan kita berdua sudah tiba di dermaga dan saat nya kita berpisah..masing-masing dari kita memberikan alamat rumah dan berharap di lain waktu kita bisa bertemu lagi…lambaian tanganku menyertai kepergian lia dan anaknya ke kampungnya…Oh lia…engkau memang birahi yang tak pernah padam…walaupun tubuhmu tertutup jilbab dan gaun panjang…namun kamu tidak bisa mempungkiri hatimu….

Majalahunik.com : Cerita Seks Dewasa | Ngentot Dengan Gadis Cantik Di Gudang Supermarket

Posted by : metalover on :Sabtu, 06 September 2014 With 0komentar
Next Prev
▲Top▲