Latest Post

Majalahunik.com : Cerita Dewasa Ngentot Guruku Yang Cantik Tubuh Montok

| Rabu, 24 Desember 2014
Baca selengkapnya »

Majalahunik.com : Cerita Dewasa Ngentot Guruku Yang Cantik Tubuh Montok


Cerita Dewasa Ngentot Guruku Yang Cantik Tubuh Montok

Posted: 22 Jan 2014 09:17 AM PST

Cerita Dewasa Ngentot Guruku Yang Cantik Tubuh Montok – Nama lengkapku Deni Boy Wibisono, sering dipanggil " Boy ", kini usiaku 25 tahun, kisah yang kuceritakan ini terjadi sepuluh tahun yang lalu. Malam itu aku tidur lelap sambil tersenyum dan tak sempat kurasakan apapun, tapi ketika aku terjaga karena jam wekerku berbunyi tepat pukul enam pagi, baru terasa badanku pegal-pegal terutama lutut dan pinggangku, bahkan untuk bangun dari tempat tidurpun berat sekali rasanya… Jika kakak-ku tidak masuk ke kamar, memaksaku bangun, mungkin aku terus ketiduran. Dengan memaksakan diri, aku bangun dari tempat tidur, namun saat kuberdiri terasa lututku lemas dan bergetar, hampir aku jatuh terduduk… Baru setelah mandi badanku terasa agak segar.

Selesai berpakaian seperti biasa aku duduk di meja makan untuk sarapan. Tak lama kemudian Bi Tuti pembantu keluargaku seperti biasanya datang mengantar nasi goreng kesukaanku, tanpa terasa perasaanku mendadak tegang… sekilas kulihat wajahnya… rasanya tak ada yang aneh tapi langkah kakinya terlihat agak berat, " Aman… ", pikirku. Ketika aku minta telor rebus setengah matang, dia menjawab dan berlaku seperti biasa saja, akupun makin yakin dia tak tahu apa yang terjadi semalam.

Akupun menjalani hari-hari selanjutnya seperti biasa, sikapku jika berdekatan dengan Bi Tuti tetap seperti biasa seakan tak pernah terjadi apa-apa. Padahal setiap saat aku selalu mencari waktu untuk mengulang perbuatanku dulu, tapi sulit sekali karena akhir-akhir ini dia sering tidur bersama kakak perempuanku. Sikapku selalu dapat kujaga tapi kontolku tidak, hampir setiap aku dekat Bi Tuti kontolku langsung berdiri tegang. Pertama masih bisa kutahan, tapi makin lama kutahan makin pusing kepalaku… aku tidak suka onani karena kupikir kenapa mesti pakai tangan jika ada yang lebih enak yaitu bersetubuh dengan perempuan.

Akhirnya aku dua punya sasaran baru, yaitu guru Matematikaku yang bernama Bu Indah, usianya 26 tahun,belum kawin, sesuai dengan namanya, wajah cantik mirip Yuni Shara, kulitnya putih bersih dan bentuk tubuhnya sangat indah, tinggi langsing dengan buah dadanya yang besar tegak menantang dan teman wanita sekelasku yang bernama Jihan. Wajahnya cantik, kulitnya putih sekali tapi yang lebih penting bagiku adalah ukuran buah dadanya paling besar diantara teman wanita sekelasku. Setiap hari aku memutar otak, mencari akal bagaimana caranya supaya aku bisa mencumbu salah satu dari mereka sampai puas.

Suatu hari, aku dipanggil ke ruang oleh Bu Indah dan aku dimarahi karena nilai ulangan Matematikaku hancur, padahal aku sengaja tidak belajar supaya diperhatikan sama Bu Indah. Saat itu aku beralasan kurang mengerti ketika diajari di kelas dan langsung aku minta les tambahan sama Bu Indah. Pucuk dicinta ulampun tiba, Bu Indah langsung setuju dan kamipun berunding mengenai tempat les, di sekolah atau di rumah. " Bagaimana kalau di rumah Bu Indah saja?" usulku. Dia langsung setuju, saat itu pula baru aku tahu kalau Bu Indah tinggal sendirian di rumah kontrakan dan les dimulai sore hari itu juga setelah pulang sekolah. Dengan hati berbunga-bunga akupun kembali ke kelas. Tiba di rumah aku langsung mempersiapkan diri, pokoknya badanku harus bersih dan wangi, kupakai celana dalam yang longgar dan celana Levi's 501 ku yang tidak pake retsleting tanpa pake sabuk, dan tak lupa kubawa sebuah gunting kecil.

Sorenya kuberangkat sekitar pukul 3. Kurang lebih setengah 4 aku sudah berdiri didepan pintu rumah Bu Indah dan belum sempat kuketuk pintunya guruku sudah membukakan pintu.

"Sore Bu," sapaku berbasa-basi. Setelah membalas salamku langsung dia menyuruhku masuk untuk menunggu di ruang tamunya karena katanya dia mau kebelakang dulu. Tampaknya Bu Indah baru datang juga karena dia masih mengenakan seragam guru yang tadi siang, mungkin rapat dulu pikirku. Ruang tamunya cukup besar, tapi bersih dan tertata rapi juga kulihat beberapa photo keluarga. Sambil duduk di kursi tamu yang terbalut kulit dan empuk, aku menyiapkan buku Matematika untuk bahan les.

Selang beberapa menit kemudian Bu Indah datang lagi dengan segelas air es ditangan kanannya. " Boy .. maaf yach…Ibu nggak punya apa-apa. Pembantu lagi mudik .. jadi nggak ada yang masak. Barusan aja Ibu dari rumah Bu Yanti dulu.. yang ngajar Akuntansi di A3.. itu yang pindahan dari Bandung. Kamu tahu khan? Kamu siapin aja dulu bukunya..sambil baca-baca, Ibu mau mandi dulu sebentar.. nggak enak.. gerah nih!" katanya tanpa memberiku kesempatan 'tuk membalas ucapannya.

Memang guruku ini nggak kaku kalau ngajar di kelas. Bahkan terkadang kalau ngomong kayaknya nggak terlalu ada jarak dengan murid. "Ma kasih Bu jadi mengerepotin .. ", jawabku sambil berusaha melirik sedikit belahan buah dadanya di balik kemeja dalam berwarna putih satin berlengan panjang saat guruku membungkuk meletakan gelas di atas meja. Rupanya blazer seragam warna hijau guruku sudah dilepasnya bahkan mungkin rencananya mau ganti baju dulu .. sebab kemeja putihnya sudah dikeluarkan dari balik rok. "Nggak apa-apa kok..", balasnya sambil berlalu keruang dalam.

Dengan sengaja mataku mengikuti langkah guruku bertelanjang kaki ke ruang dalam. Kupandangi gerak pinggulnya saat berjalan..samar-samar terlihat cetakan celana dalamnya.. betis putihnya…hingga lenyap dibalik tembok pemisah ruangan. Tak lama kemudian terdengar gemericik suara siraman air. Oh Bu Indah … pikirku menerawang membayangkan guruku ini mandi telanjang tanpa benang sehelaipun.

Dalam benakku terbayang adegan erotis dengan guruku. Tanpa bisa ditahan gairahku meningkat .. organ kelelakianku menegang. Ohh …aku menghayalkan guruku sendiri.. Ibu Indah. Sempat timbul pikiran kotorku untuk mencoba mengintipnya dari lubang kunci .. sebab aku ingat omongan guruku kalau pembantunya lagi mudik jadi nggak bakal ketahuan.

Tanpa terasa menunggu, Bu Indah sudah muncul di hadapanku dengan memakai kaus putih ketat YSL tanpa kerah berleher V. Dengan rok katun longgar warna gelap menjutai sampai kemata kakinya, sungguh dimataku Bu Indah sangat menggairahkan, dengan BH hitam yang jelas membayang tanpa bisa menyembunyikan buah dadanya yang tegak membusung.

" Boy .. koq kamu bengong.. bukannya baca buku?" tanyanya sambil berjalan menghampiriku sambil mengikat rambutnya ke atas. Jelas sekali leher putihnya yang jenjang .. untaian anak rambut sedikit tergerai. Entah.. aku sendiri bingung antara terpesona atau tergiur. Yang jelas dimataku Bu Indah sungguh seksi menggairahkan. "Nggak Bu..," jawabku sedikit gugup.

" Ayo Boy .. mulai… kamu bawa buku Matematikanya-kan?'" katanya sambil duduk di sofa panjang tepat di hadapanku. lalu diambilnya kertas kosong dibawah meja tamu dan tanpa sengaja untuk kedua kalinya aku mendapat kesempatan memandangi celah buah dadanya yang putih, menggelayut, tampak kontras di balik BH hitamnya ketika dia menunduk. Kali ini keberuntunganku cukup lama karena guruku sedikit membereskan majalah2 di bawah meja. Sungguh sejak aku membayangkannya mandi, gairahku belum mereda bahkan kini semakin membara.

Sambil membawa kertas kosong untuk coretan .. guruku duduk di sebelahkuku, disofa panjang, tak lama kemudian dia mulai serius menerangkan rumus integral dengan pensil ditangannya, sebaliknya gairahku membawa pikiran dan khayal-ku untuk menikmati kehangatan, keseksian, kesintalan tubuhnya. Aku hanya mengomentari dan berkata," Ya …ya .. ngerti Bu…!" dan tanpa disadarinya mataku dengan buas memandangi wajah molek sambil membayangkan dapat menjilati dan melahap gumpalan terbelah, payudara putih segar yang menyembul disangga BH berwarna hitam yang tampak jelas dari samping atasnya. Jelas perasaanku tak karuan … jantungku berdegup kencang .. tercium aroma parfum yang lembut dihidungku .. makin membuat dudukku nggak nyaman.. dan aku tahu apa sebabnya … organ kelakianku yang terus menerus tegang membuat pikiran gelap mulai menggodaku.

Hingga akhirnya Bu Indah .. memberiku soal latihan untuk dikerjakan,"Coba Boy .. kamu buat ini .. soal yang tadi siang untuk PR . Ibu pingin tahu .. kamu udah ngerti belum?" kemudian dia berdiri sambil ngambil sebuah majalah dari meja sudut kemudian duduk di kursi sebelah kanan depanku. Sekilas kulihat dia membacanya sambil duduk miring menghadap ke arah jalan. Sambil mencoba menyelesaikan soal itu, kuperhatikan guruku membaca sebuah majalah Kartini. Kemudian kelihatan guruku merubah posisi duduknya dengan sedikit membelakangiku sambil menumpangkan kaki kanan dengan badan sedikit bersandar sambil memeluk bantal kursi.

Langsung aku menghentikan kegiatanku kupandangi guruku dari belakang… tampak benar bulat pinggulnya yang cukup besar ..oh sungguh menggoda pikirku. Terlihat pula sedikit celana dalam hitam bagian atas… karena kaos guruku yang sedikit terangkat. Selang beberapa saat aku terpana .. tiba-tiba Bu Indah menengok ke arahku…. lalu memperbaiki posisi duduknya.

Sepertinya Bu Indah sadar sedang diperhatikan, dia membereskan kaosnya lalu dia kembali duduk di sampingku. Jarak tubuhnya dengan tubuhku hanya sejengkal saja. Aduuuhhh… harum sekali wangi tubuhnya, tak tahan aku untuk memeluknya. Tapi aku takuuttt….. dan malu. Setelah kami berdiskusi tentang Matematika hampir tiga jam lebih, obrolan mulai melebar, kami semakin akrab. Sesekali kulit kami bersentuhan…. terasa halus sekali…. lain dengan kulit bi Tuti, semakin membuatku ingin merambahi seluruh bagian tubuh yang dimilikinya untuk mereguk kenikmatan yang ada di dalamnya.

Entah setan mana yang menggodaku hingga aku semakin berani. Tanpa basa basi, tubuh Bu Indah langsung kupeluk dengan kuat, secepat kilat bibirku menempel di bibirnya yang ranum…. dia kaget sekali…. matanya melotot…. " Mmmphh Boy, apa apaan kamu… " katanya sambil menggelengkan kepalanya untuk menghindari bibirku dan tangannya mendorong bahuku. Kujawab dengan mempererat pelukan hingga tangannya tak bisa bergerak… kuciumi bibirnya dengan penuh nafsu…. kusedot sedot dan kugigit bibir bagian bawah… tapi mulut Bu Indah tertutup rapat…. Mmmmpphh….mmpphh… kepalanya menggeleng-geleng dan bergerak mundur berusaha untuk melepas ciumanku…. tapi bibirku terus menempel di bibirnya…. kucoba untuk merangsangnya lewat bibir.

Kepalanya terdorong hingga ke pojok sofa hingga tak bisa bergerak lagi… seluruh tubuhku bergerak secara reflek menindih tubuhnya… selangkanganku tepat menempel di selangkangannya… menggesek gesek memeknya, badannya menggelinjang-gelinjang…. kakinya terus bergerak-gerak…. menendang-nendang…. tangannya mendorong dadaku dengan kuat, berusaha melepaskan diri dari tubuhku yang menindihnya, tapi aku tetap memeluknya dengan kuat…. hingga kurasakan gerakannya mulai berkurang… dan melemah….. sorot matanya berubah sendu…. dan berkaca-kaca……

Mulutku terus menutupi mulutnya… bibirnya kukulum sambil kusedot dan kugigit bibir bawahnya… kumainkan lidahku untuk membuka mulutnya… kucoba untuk merangsangnya… selangkangannya kutekan dan kugesek-gesek dengan selangkanganku… akhirnya usahaku membuahkan hasil.. mulutnya mulai terbuka… nafasnya mulai memburu…. bibirnya bergerak membalas permainan bibirku… aduuuhh enakknyaaa… kamipun berciuman dengan normal, tanpa ada paksaan… ternyata Bu Indah, guruku yang cantik, sangat ahli dalam berciuman… lidahnya dan lidahku saling berpilin dan menarik… saling menyedot… enak sekali rasanya… pelukanku lepas dengan sendirinya dan tanganku menyelusup ke balik kaosnya mulai menggerayangi perutnya.. ketika buah dadanya kuraba-raba, Bu Indah mendesah, " Boy, jangan Nak.. oohh… kamu memang nakal…. awass ya…! oohh…. aahh… ssstt… aahh… ".

Sikapnya seperti ingin menolak tapi desahannya menunjukkan dia merasakan nikmat… aku jadi lebih agresif… tubuhku bergeser… mulutku berpindah sasaran… kuciumi lehernya yang putih… kujilat-jilat… tanganku semakin rajin mengelus… meraba… terdengar desahan lirih… aaaaahhhh… aaaahhh…. ooohhh…. kedua tangannya menjambak rambutku, kugeser perlahan-lahan kaos putihnya… dan tubuh Bu Indah semakin terbuka… tanganku bergerak ke balik punggungnya… kubuka kaitan BH-nya… ketika kubuka penutup buah dadanya, mendadak kedua tangan Bu Indah menepis tanganku dan menutupi dua gundukan yang menjulang dengan menyilangkan tangannya dan menurunkan kaosnya, sambil berkata, " Cukup, jangan diteruskan lagi… Ingat, kamu adalah muridku ! Jangan kurang ajar !! ", matanya memandang tajam ke mataku sambil mendorong dadaku dengan kasar.

Aku kaget dan terdiam sejenak, " Wah, bahaya nih, tapi kepalang basah ", pikirku dan nafsuku sudah di ubun-ubun… kontolku makin tegang dan berdenyut-denyut… aku benar-benar sudah nekat. Kugeser kembali tubuhku menindihi tubuhnya… kupegang kepalanya dengan kuat… kuciumi bibirnya dengan lebih bernafsu… kedua tangan Bu Indah berusaha menahan tindihanku dengan mendorong dadaku… perlawanan itu membuatku semakin bernafsu… lehernya kutelusuri dengan lidahku… bagian belakang kupingnya kuciumi… kujilati… kugigit ujung kupingnya… kumainkan lidahku di lobang kupingnya…

Tubuh Bu Indah menggelinjang-gelinjang… matanya merem sambil menggigit bibirnya sendiri… mulutnya berdesah tertahan, " Boy… aahhh…. ooohhh…. Booy… aaahhhh… mmmm…. su..su..dah… ja…jangan.. diteruskan…aahh… De..de..niii…Booy… su..sudah…a..aa…aa..hhh… suu..dah.."

Desahan itu membuatku tambah lupa diri, tangan kananku kembali menyusup ke balik kaosnya, langsung kuremas buah dada Bu Indah yang sebelah kiri… waahhh… ternyata buah dadanya benar-benar keras dan kenyal… kaosnya kutarik keatas… tampaklah sepasang buah dada putih bersih dengan putingnya yang kecil berwarna agak kecoklatan… kusambut kedua gundukan daging itu dengan remasan dan mulutku. Kujilat… kuciumi…dan kugigit sambil kusedot sedot puting yang ranum itu… desahan Bu Indah terdengar semakin lirih.. " Aaahhh…. ooohhh…..ooohhh…. ooohhh… mmmmmhhmm…ooohhh…mmmmm…. ", kedua tangannya mencengkeram rambutku dengan kuat… kepalanya semakin menyusup ke pojok sofa… matanya merem melek merasakan kenikmatan… buah dadanya terus kuremas-remas… kuciumi… ku urut-urut…. Aaaahhh nikmatnya… kugeser tubuhku ke sampingnya, kuturunkan kedua kaki ke lantai, sambil berlutut aku terus menelusuri setiap lekuk tubuh Bu Indah dengan mulutku, kujilat-jilat puting dan perutnya secara bergantian….

Tangan kananku berusaha membebaskan kontolku yang sudah sangat tegang dari penghalang, dengan sekali tarikan, seluruh kancing celanaku langsung terbuka… kontolku langsung menyeruak, berdiri dengan kokoh juga keras… kuturunkan celanaku perlahan-lahan tanpa sepengetahuan Bu Indah. Setelah itu, tangan kananku menyibakkan rok longgarnya sambil mengelus dan meraba-raba pahanya.. makin ke atas, hingga tiba pangkal pahanya yang masih tertutup celana dalam warna hitam tipis.

Kuletakkan telapak tanganku dengan perlahan, kuusap-usap dengan lembut…. kugesek-gesek jari tengahku di celah bibir memeknya … tubuh Bu Indah tiba-tiba tersentak, tangannya menggapai-gapai berusaha menarik tangan kananku… " Boy… jangannn… oohhh…mmhhmm…. oh.. ja..ja..ngannnn…. mmhmm… oohhh…aaahh… Boooy…. mmmhhmmm… mmmhhmm…..", desahannya makin keras… seperti merintih kesakitan… tangannya terus menggapai tanganku. Ketika tanganku terpegang, langsung ditariknya ke buah dadanya… sejenak ku ikuti kemauannya. Kedua buah dadanya kuremas sambil menyedot-nyedot dan menggigit putingnya.

Mulut Bu Indah terus merintih-rintih nikmat… tangan kananku terus berusaha membuka celana dalamnya, tapi selalu gagal karena pahanya dirapatkan dan tangan kirinya memegangi tanganku. Berkali-kali kucoba, tapi selalu gagal…. Mulutku kuarahkan kembali ke mulutnya… bibirku dan bibirnya menyatu… saling mengulum… menyedot…. menggigit… dan buah dadanya kuremas dengan kuat…. " Mmmmmhhmmm…. mmmmhhhmmm….mmhhmmmmmm…. mmmhhmmm … ", dia merintih-rintih sambil berciuman. Kedua tangannya menjambak rambutku, kedua pahanya merenggang sendiri.

" Nah, sekarang ",kuambil gunting kecil dari celanaku, kutarik roknya lalu perlahan-lahan sekali dan tanpa menyentuh memeknya, sedikit demi sedikit kugunting bagian depan celana dalamnya dan aku berhasil tanpa disadari olehnya. Nafsuku semakin berkobar membayangkan kenikmatan saat kontolku keluar masuk lobang memeknya. Sedikit demi sedikit aku menggeser tubuhku ke antara dua pahanya, tanpa ada paksaan, kedua pahanya berhasil kurenggangkan hingga tubuhku ada diantaranya dengan posisi bertumpu pada lutut.

Tubuh Bu Indah kutarik sedikit demi sedikit ke pinggir sofa saat mulutku menciumi bibirnya. lalu lehernya kujilati… terus turun… ke buah dadanya… kumainkan lidahku di perut dan pusarnya… Tubuh Bu Indah semakin menggelinjang gelinjang dan rintihannya semakin keras, " Ooohhhh… aaahhhh… ooohh… oooohhh…. aahhh…. Booy… aaahhhh…. geliiii…. oohhh…. aa..aahhkkhhh…..". Ketika posisi lobang memek Bu Indah agak ke pinggir sofa, akupun mulai merangkak naik sambil mengusapkan ludah di kepala kontolku yang sudah sangat keras… bibirku dan bibirnya kembali bersatu… kami berciuman agak lama… nafasku dan nafasnya semakin memburu… badannya sudah licin oleh keringat, sorot matanya sayu dan pasrah….

Kuangkat kaki kanannya lalu kuletakkan di atas meja, kedua pahanya semakin merenggang…lalu kugenggam batang kontolku, kuarahkan kepalanya tepat di depan lobang memeknya…, bulu-bulu tipis halus terasa menyentuh tanganku…. Aaahhh, belahan memek Bu Indah pasti terlihat jelas… bulu memeknya yang tipis halus tak mungkin akan menutupinya… sambil membayangkan bentuk memeknya, kudorong pantatku dengan sepenuh perasaan…. perlahan namun pasti…. kepala kontolku mulai menyentuh bibir memeknya…. masuk sedikit demi sedikit…..

Kualihkan perhatian Bu Indah dengan memainkan lidahku di lobang kupingnya, " Ibu cantik sekali… maafin Boy Bu… Bu Indah sayaaangg… maafin Boy ya… " bisikku, kugenggam keras tangan kanannya dengan tangan kiriku…., " Booy…. oohhh…aahhh…. sudahh yaa… aa..ahhh…. ooohhh…. jangan diteruskan…. Boooy … please… su…su.dah … Ibu takuutt….", rintih Bu Indah dengan lirih…. Pantatku terus kudorong…, terasa sebagian kepala kontolku sudah masuk ke lobang memek Bu Indah yang sudah basah dan licin tapi sangat sempit…. lalu kugesek-gesek dan kutekan perlahan… tangan kananku terus menggenggam batang kontolku… membimbing hingga semuanya masuk.

Kontolku semakin berdenyut-denyut… ketika kepala kontolku masuk…. tubuhnya tersentak… mata mendadak terbelalak kaget…. tangan kirinya menahan perutku menahan dorongan pantatku… tapi tanganku terus menggerak-gerakkan kontolku… kutekan sedikit… kutarik…. kugesek-gesekan ke itil nya… kutekan lagi… kuputar-putar… kugesek-gesek lagi itil nya… hingga dia meratap sambil merintih-rintih nikmat, " Oooohhh…oohhh…aahh…oohhh….. Booy…. Booyy…. ja..ja..nnggan… ooohh… oohh.. jangan….. mmmhhmmmmm… sakiiitt.. aahhh..uuhhh… sakkkiitt.. Ibu..nggak mau… Booy… oooohh… Booy… jja..ja..ngaaan… a..duuuh…nggg…akh…aahhh…mmhmm..nnggg…. uuhhh…"

Walaupun memek Bu Indah sudah basah dan licin, kontolku hanya masuk sepertiganya… sempit sekali… ketika kudorong dorong pantatku lebih kuat, tubuh Bu Indah bergetar…. rintihannya semakin keras seperti jeritan-jeritan keci, " Boooyy…. aaahhhhhh……aa…aahhhh… uuuuhhhh….. uuhhh… ooohhhhhh….. aaaaaa…. sakiiittt….aww…..mmmmhhmmm……ooohhhh….. mmmmhhmm… nnggak mauu…. Boooyy…. sakiiittt….. Boy.. Booy…Booooy….. Booooooooy……. aaaaaaaaaahhhh….."

Bu Indah menjerit-jerit kecil memanggil namaku ketika doronganku semakin kuat…. semakin kuat…. hingga akhirnya kontolku masuk setengahnya, kutarik lalu kudorong lagi lebih kuat, baru masuk 3/4 keburu mentok, terasa kepala kontolku menyentuh dinding yang bergerinjal-gerinjal, saat itu Bu Indah merintih agak panjang…. crep..crep crepp… crepp…. bleessssss…… terasa sekali nikmatnya jepitan dinding memek Bu Indah… " Aaahhh….aahhhh…. enaakk…. nikmattt…. ", kontolku terasa agak perih…. tiba-tiba ada cairan hangat merendam kontolku…. hangat dan licin nya mendatangkan kenikmatan tersendiri…. membuatku terpejam sejenak… nikmat….

Kulihat kepala Bu Indah mengeleng-geleng dengan kuat… rintihannya menjadi tidak jelas.. seperti orang mengigau…. menangis lirih…. kutegakkan tubuhku sambil kupegang pinggangnya yang kecil dengan kedua tanganku lalu kumulai gerakan menarik… mendorong menarik… dorong…. tarik…. crepp… blesss…. creppp… blessss… creppp….crepppp…. crepppp….. tampak sekali pemandangan indah ketika kontolku keluar masuk memek Bu Indah, crepp…creppp…. creppp…. creppp… blesss….blesss…. blessss….. anganku melayang dibuai kenikmatan aneh… biar lobang memek Bu Indah sempit sekali tapi kontolku keluar masuk dengan leluasa… karena adanya cairan pelicin.

Bu Indah pun semakin tak jelas rintihannya, kadang nadanya seperti menangis… mulutnya menggigit-gigit tangannya yang mengepal…, " nghhhh….nghhhh….ngggnggh….. aa..aa..ahhhh….. eekh.. aahh… nggg…ngggg… mmhmm…. o..o..oohhhh… ngghh…. Booooy… sssakiit… nggnggg…. aww… oohh….. Boooy… pelaan… pe..pe..laan….. aaaaaaaaaaaa..aaaahhhhhhhhh…nnggngg…. aaahhhhhhhh……… "

Gerakanku semakin kupercepat… terusss… makin cepaatt…. sesaat kemudian Bu Indah merintih histeris, sambil melingkarkan kedua kakinya di pinggangku… mulutnya terus merintih nikmat sambil menjilat dan menggigiti kuku tangannya…. saat itu pula kembali kurasakan ada cairan hangat merendam kontolku di dalam lobang memeknya….. kedua kaki Bu Indah menjepit pinggangku dengan kuat hingga tak bisa bergerak beberapa saat…. " Booy… Boooy… aahhh…ohhh…. ka.. ka..mu jahaat.. aaakkhhh…. akh…. Booooy….. enaaaak…. aa..aaahh… oohh… ", desah Bu Indah.

Kugeser tubuhnya memanjang di sofa, kedua kakinya terlipat, kutindih tubuhnya sambil memasukkan kontolku…. dan setelah kugeser-geser posisiku hingga terasa nyaman dan leluasa, akupun mulai menggerakkan pantatku naik turun…. crepp..blesss..creppp..blesss….creppp..blesss… creppp… creppp…creppp… crep..crepp..crepp.. crepp… gerakanku semakin cepat, tubuh Bu Indah menggelinjang-gelinjang liar… kedua kakinya melingkar dan menjepit pinggangku… kedua tangannya mencengkeram punggungku…. lidahku menari-nari di lobang kupingnya… nafasku semakin memburu.. gerakanku semakin cepat…. cepaaat…. makin kuat hentakanku….

Bagian dalam memek Bu Indah terasa semakin basah dan hangat, kurasakan kontolku mulai berdenyut-denyut dan terasa sangat geli… inilah saat paling kutunggu… rasa geli yang amat sangat diakhiri dengan keluarnya air mani…. kuperlambat sebentar gerakanku…. lalu kupercepat lagi…. kupercepat lagii…. semakin cepat gerakanku membuat rintihan Bu Indah semakin pendek tak menentu, " mmh.. ugh.. ugh… ugh…aa..a..aahhh.. ngnggg.. uuhh….oohh… mm..mm..mm.. ngng… ohh..ohh.. ohh.. nnngg… eekh… aahh..ahh…mmhh… te..te..te..rus.. te..te..ruus.. oohh.. aahh…aahh.. Bbbooyy… Bbooyy… ah..ah.. sa..sa..yanggg…aahhh… laagii… teruusss.. ehhh… ehh… aaahhh.. ".

Mulut Bu Indah bergerak ingin mengulum kupingku… lidahnya terasa menggelitik lobang telingaku…. tak lama kemudian kontolku berdenyut keras… ingin memuntahkan air mani…, " Aaahhhhhh…. aaahhhh…. aa..aa..aaahhhh…. akuu.. tak kuat lagi Buuuuuuuu….. " gerakan naik turunku semakin cepat….rasa geli semakin terasa… kontolku makin tegang… berdenyut-denyut….

Bu Indah semakin histeris, mendadak pantatnya mengangkat dan bergoyang…. memutar…, " Aaakh… aaaaa…. Booyy….Booooy…….. sa..yang….ta…taa.. oohhh… tahannn… se…se…bentarr…. ta..ta..hannn….. aa..a…yo…se…sekarang… sekarang… yaaa…yaa….eee..eennaaakk….ooohhh…. oohhh…. mmmhhmm….oooohhhh…… aaaaaahhh…….." Kontolku terasa dipilin-pilin dan disedot-sedot…… akhirnya…., " Aaaaahhhhh…. aaahhhh….. Ibuuuu…. aaahhh…ahh…", kudorong pantatku sekuat-kuatnya…, air maniku menyembur banyak sekali cret…cret…cret…cret…cret…cret…cret… kupeluk tubuh Bu Indah sekuatnya…, mataku terpejam merasakan kenikmatan tiada tara yang barusan terjadi….., demikian juga Bu Indah ketika maniku menyembur di dalam memeknya… badannya seperti menggigil dan tersentak-sentak… kedua matanya terbeliak-beliak nikmat……, kedua kakinya melingkari pinggang dengan kuat….. kedua tangannya mencengkeram punggungku sampai kukunya menancap, kureguk seluruh kenikmatan sambil kami saling memeluk, mencium sambil berguling-guling untuk meredam nafsu dan emosi yang sangat tinggi.

Setelah kurang lebih sepuluh menit saling berpelukan, aku mulai bangkit, kuangkat tubuhku, perlahan-lahan kucabut kontolku dari lobang memek Bu Indah. Air maniku terlihat mengalir keluar, menetes…. kuseka dengan rok panjang yang masih di kenakan Bu Indah. Lalu kubersihkan dengan mengusap-usap celah memeknya yang merah merekah yang hanya ditutupi bulu bulu halus dengan potongan celana dalamnya.

Tubuh Bu Indah masih tergolek lemas… tak bertenaga…. tapi tatapan mata Bu Indah mengarah tajam kearahku… aku mencoba untuk tersenyum… sambil menjulurkan tangan menolong untuk bangkit. Tak lama Bu Indah duduk disampingku tanpa membereskan bajunya terlebih dahulu, buah dadanya hanya tertutup sebelah saja, roknya tidak diturunkan hingga pahanya tidak tertutupi sepertinya dia tidak mala-malu lagi padaku, tapi matanya terus menatapku….

" Ibu marah…. ? ", tanyaku sambil tersenyum lalu mendekatkan bibirku ke bibirnya…, tapi tiba-tiba plokk…plokk… kedua pipiku ditampar keras. Aku berdiri bengong sambil mengusap-usap pipi, tadi dia bilang sayang, tapi sekarang menamparku…. eeh… setelah menamparku Bu Indah tertunduk sambil menangis di di depanku. Aku jadi bingung….., nggak ngerti kok jadi begini, tapi aku tidak mau tahu…. pokoknya aku berhasil menyetubuhinya dan aku benar-benar puassss.

Tanpa berkata sepatah katapun, aku memakai celanaku kembali, langsung membereskan buku catatan les Matematikaku, bersiap untuk pulang. Tiba-tiba Bu Indah berlari masuk ke kamar tidurnya sambil menangis terisak-isak….. Semula aku sih cuek-cuek aja…, lama kelamaan aku menjadi tidak tega…. kuikuti masuk kamar tidurnya…. kulihat…. dia sedang menangis sambil tengkurap sambil memeluk bantal, kaos dan roknya tersingkab, sebagian pantatnya ke bawah terlihat jelas, kulitnya bersih, putih mulus, bagian pantatnya yang lain masih tertutup celana dalam hitam tapi sudah sobek digunting dan sebagian punggungnya terbuka. Sepertinya dia sudah tidak memperhatikan lagi keadaan dirinya.

Aku duduk di sisi tempat tidur, sambil menunggu reaksi, kuperhatikan sekeliling kamarnya, hampir semua barangnya bagus dan bermerk. Tempat tidurnya empuk sekali, pegasnya sangat elastis, isak tangis Bu Indahpun cukup terasa membuat kasur seperti bergelombang. Stereo set, TV, meubel, lukisan, tumpukan sepatu dan peralatan kosmetiknya termasuk merk yang sangat mahal.

Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, nggak terasa sudah lima jam aku berada di rumah Bu Indah. Hampir lima belas menit aku menunggu, tapi isakan Bu Indah belum berhenti juga. Ketika aku duduk di sampingnya, kucoba memegang tangannya, uluran tanganku langsung ditepis olehnya. Aku semakin bingung, kucoba mengusap rambutnya, tapi dia semakin terisak-isak sambil menggeser tubuhnya menjauhiku sambil menedang-nendangkan kakinya kearahku…. tanpa disadarinya potongan celana dalam yang menutupi sebagian pantatnya terbuka… seluruh pantat sampai ke kaki terlihat sangat jelas.

Iseng-iseng kuperhatikan dari kaki hingga pangkal pahanya, kulitnya putih bersih merata, mataku terpaku di belahan pantatnya…. terlihat jelas lobang anusnya tertutup rapat dan disebelahnya tampak celah yang merekah berwarna merah muda dikelilingi bulu-bulu halus… membuat aku terangsang oleh pemandangan yang terpampang jelas di depanku, kurasakan kontolku bergerak mulai menegang…… kucoba mengalihkan perhatian dengan memandangi lukisan tapi kontolku malah semakin tegang.

Pusing aku jadinya……. tampaknya Bu Indah marah padaku……. akhirnya kutimbang-timbang antara pulang saat itu juga atau menunggu sampai kemarahan Bu Indah reda. Tapi pikiranku semakin sulit diajak kompromi, perhatianku tetap tertuju pada celah yang merekah itu…… terbayang nikmatnya ketika kontolku keluar masuk celah itu….. Apakah Bu Indah masih mau kusetubuhi selagi dia masih marah padaku.. tapi.. jangankan kusetubuhi, baru kupegang tanganpun dia tak mau….. kusetubuhi atau tidak, dia tetap marah padaku…, " Ah, tadipun dia tidak mau kusetubuhi, tapi setelah terangsang dan merasakan nikmatnya bersetubuh akhirnya dia mau juga, kucoba lagi ah…. ", pikirku.

Diam-diam kucopot kancing celanaku satu per satu, kubuka seluruh penutup tubuh hingga telanjang bulat…. perlahan-lahan kugeser tubuhku mendekati pantatnya…. Tempat tidur pegas Bu Indah benar-benar asyik…. sedikit gerakan membuat permukaan kasur bergoyang seperti gelombang. Bu Indah tahu aku mendekatinya… dia malah menutupi kepalanya dengan bantal…. hingga dia tak tahu bahwa aku sudah telanjang bulat……. samar-samar kudengar isak tangis yang ditahan….. tapi aku tak perduli.. yang kuperhatikan hanya lobang memek yang merekah berwarna merah muda di belahan pantatnya.

Sambil menunggu saat yang tepat, kucoba bersikap baik, kuusap-usap punggungnya dengan lembut…. perlahan kutarik tali BH-nya lalu kulepas….. kaosnya kurapikan sehingga punggungnya tertutup ternyata Bu Indah tidak menunjukkan gerakan menolak perbuatanku…. akupun semakin berani….. diam-diam kulepas kancing roknya…. kubuka retsletingnya…. roknya kurapikan…. kuturunkan seluruhnya menutupi pantat sampai ke mata kakinya… kupijat-pijat lembut kakinya sambil menggeser sedikit demi sedikit supaya renggang…. lalu aku tengkurap di sebelah Bu Indah…. kuusap-usap lagi punggungnya… kuangkat sedikit bantal yang menutupi kepalanya… kutempelkan mulutku di kupingnya sambil berbisik " Buu…. maafin Boy ya…. perbuatan Boy bikin Ibu jadi sedih…. aku janji tidak akan mengulanginya….. maafin Boy ya…….. ", Bu Indah menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menutupi kuping dengan kedua telapak tangannya, wajahnya tertunduk dalam… sepertinya dia tidak mau mendengar omonganku atau melihatku lagi… karena perbuatanku tadi.

Aku mengangkat tubuhku perlahan-lahan… kutindih punggungnya… sambil kubelai lembut rambutnya… bahu Bu Indah terguncang-guncang… isak tangisnya makin keras… dikiranya aku akan menghiburnya, padahal kugeser pantatku sedikit demi sedikit sambil kulepas kancing roknya…. kubuka retsletingnya…. kusibakkan semua yang menutupi belahan pantatnya… hingga lobang memeknya yang makin merekah terlihat jelas… akupun jadi tidak sabar ingin menusukkan kontolku ke lobang yang sudah menganga itu.

Kubasahi kepala kontol dengan ludah…. perlahan-lahan kuangkat pantatku hingga tepat di atas pantatnya… dan kurapatkan kedua kakiku diantara kakinya…. kugenggam kontolku…. kuarahkan kepalanya tepat di bibir lobang memeknya…. pantatku turun pelan-pelan…. tanpa ragu-ragu langsung kudorong…. Akh, kontolku sulit masuk… seret… masih kering dan sempit… ada rasa perih di kontolku.

Saat itu tubuh Bu Indah tersentak…. dia kaget sekali… merasa ada sesuatu menyentuh bibir memeknya dan memaksa masuk…. tubuhnya langsung meronta-ronta… ingin melepaskan diri dari tubuhku….. tubuhnya bergeser maju… pantatnya digoyang-goyang…. berusaha untuk menghindari dorongan kontolku… kedua kakinya tak bisa apa-apa karena tertahan oleh rok dan kakiku…. sambil menahan tubuhnya… kudorong kontolku dibantu tangan kananku… hingga pada dorongan keempat, kontolku masuk setengahnya… kudorong lagi…. kutekan sedalam dalamnya sampai mentok….

Makin kuat Bu Indah meronta makin terasa tubuh kami bergoyang-goyang… berayun-ayun… akibat pegas tempat tidurnya sangat elastis…. tanganku langsung menyusup ke balik kaosnya… kuraba-raba perutnya… Bu Indah semakin meronta.. kupeluk tubuhnya dengan cara menyilangkan kedua tangan sambil mencengkeram buah dadanya yang kenyal dan keras… lalu kuremas-remas dengan lembut…. kedua putingnya kutarik-tarik dan kupuntir-puntir… mulutku menjilat-jilat dan menciumi tengkuknya sampai basah… kujilat hingga ke belakang kupingnya…. kugigit-gigit ujung kuping…..

Gerakan meronta tubuh Bu Indah makin melemah… kutekan pantatku dengan kuat sambil kuputar-putar…. hingga tubuh kami bergoyang-goyang.. pegas tempat tidur ini memang sensitf sekali sedikit saja bergerak langsung terasa seperti diayun-ayun… aku merasakan kenikmatan bersetubuh yang unik di tempat tidur ini… kulihat mata Bu Indah berkaca-kaca…. dia menangis… merintih-rintih kesakitan…… " Nngg…nnggng… uuhhuu….uuuhhh…nggg… aduuuhhh… sssssssakiiiitt….. nngg…… aaaaa….aaa…."

Tubuhnya tengkurap tak bergerak…. tangannya menjuntai lemas…. pelan-pelan kutarik kontolku… aduuhh sempit sekali… rasanya seperti di jepit… kudorong lagi pelan-pelan…. kutarik…. kudorong….. kutarik….. creeeeeeep… creeeeeeep… creeeeeeep… creeeeeeep….. creeeeep……. seret sekali……

Kucabut kontolku lalu kubasahi lagi dengan ludah…. kumasukkan lagi…. Nah, sekarang agak licin. Terasa buah dadanya makin mengeras… putingnya kupijit dan kupuntir…. samar-samar kudengar rintihan kesakitan Bu Indah berubah menjadi rintihan nikmat… akupun mempercepat gerakan naik turun sesuai ayunan pegas tempat tidur ini… pantat Bu Indah bergerak seperti membalas gerakanku…. bergoyang, menarik dan mendorong… rintihannya semakin jelas dan keras… tampaknya Bu Indah mulai terhanyut oleh kenikmatan persetubuhan ini, rasa sakitnya sudah berubah menjadi sakit-sakit nikmat. Aku yakin sebentar lagi dia tidak akan merasa kesakitan…. tapi kenikmatan yang luar biasa……

Dia merintih, " Aa..ahhhh… aahh.. mmmhhmm… ooohhhh… ooohhhh.. ooohhh… a.. aa..a.. aahhhh…" tak lama kemudian terasa ada cairan hangat membanjiri seisi memek Bu Indah…. kontolku semakin lancar keluar masuk… menggesek-gesek dinding memeknya… mulai terasa nikmat… gerakan naik turunku semakin cepat… Aku semakin bernafsu… creepp…creepp…creepp…creepp… creepp… creepp… creepp…. creepp.. creepp.. creepp… dan terasa dinding memeknya seperti berdenyut.

Bu Indah semakin histeris… " A..aa..hhh….aa…aaa..aahhhh… Boooy…. ooohhh…ooohhh… aa…aa..aahhh…. mmmhhhm…aahhh…ooohh…oohhhh…. Bbboooyy…. ssu..su..ddaah… aakh..aaah…. ssu..ssud…. a..aa..aaahhhhh…. te…tee..russs… Bbbooy… llagii.. laagii… oohhh…. ", Mendengar rintihan tak keruan itu, aku makin liar… kuangkat tubuhku lalu kutahan dengan sebelah tangan sambil kujambak rambutnya…. gerakan naik turunku makin cepat…. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. dengan gaya seperti joki sedang menunggang kuda.

Tangan Bu Indah yang semula terjuntai lemas menggapai-gapai ke kakinya menarik-narik roknya… dia ingin kedua kakinya bebas bergerak… Akupun mengerti… lalu kucabut kontolku dengan cepat dan Bu Indah menjerit kecil " Ja..jangan..dilepass…." tubuhnya meronta-ronta… cepat-cepat kutarik rok panjangnya juga celana dalam yang sudah sobek kugunting… kubuka kaosnya dengan kasar… kini tubuh kami tidak ditutupi sehelai benangpun…

Bu Indah langsung membalikkan tubuhnya sambil mengangkang dan tangannya menarik pinggangku… dengan tergesa-gesa kumasukkan kontolku ke lobang memeknya… kutekan dengan kuat…. kutarik…. lalu kutekan dengan kuat…. bibir kami saling mengecup….menyedot…. gerakanku semakin liar……. creeepp….creeepppp…creeppp….creeppp… creepppp…creeeppp…. kutekan kontolku sampai mentok… creeeeeepp… " Bboooy…. aahhhh… ooohhhhh…. oohhh….ooohhh….. enaaakkk….. ooohhh… Booy.. terruuss… te..tee..rrusss… ooohhh…. aaahhhhh…. aaaaaahhhhh….. ", Bu Indah merintih rintih dan menjerit histeris… matanya terbeliak-beliak… tangannya menarik-narik pantatku…. kakinya menjepit pinggangku dengan kuat hingga tak bisa bergerak…. sepertinya Bu Indah baru mencapai puncak kenikmatan… terasa muncul cairan hangat membanjir, merendam kontolku.. licin sekali… hingga kontolku seperti ada di lubang yang besar, basah, hangat dan licin.

Tiba-tiba Bu Indah mendorong tubuhku dengan kuat hingga kontolku terlepas…. " Sudah ah… " katanya dengan bibir bergetar, kemudian kedua tangannya menutupi mukanya dengan kedua kaki masih mengangkangi tubuhku. Akupun ikut diam tapi untuk beristirahat memulihkan tenaga dan mengatur nafas lalu kuseka batang kontolku yang basah dengan kaos. Ketika aku bersiap kembali memasukkan kontolku, Bu Indah berkata dengan lirih, " Boy, sudah ya…, Ibu mohon jangan diterusin… Ibu takut hamil.." dengan kedua tangan menutup memeknya, dia berusaha duduk sambil menarik mundur pantatnya menjauhi kontolku… tampaknya dia ingin mengakhiri persetubuhan ini.

Akupun berdiri di tempat tidur sambil mengusap-usap kontolku yang masih berdiri tegak, sambil duduk Bu Indah memandangku dengan sayu dan berkata, " Terima kasih Boy, kamu mau ngerti ".

Tanpa berkata apa-apa, aku bergerak mendekatkan kontolku ke wajahnya…. kupegang kepalanya… kudekatkan kontolku ke mulutnya, rupanya Bu Indah mengerti kemauanku, dia menggelengkan kepalanya, " Nggak..Ibu nggak mau !". Kupegang kepalanya dengan kedua tanganku… kutempelkan ujung kontolku ke bibirnya…. kudorong-dorong…. tapi mulut Bu Indah tertutup rapat…. " Ayolah, sebentar saja Bu…", kataku sambil duduk di depannya, Bu Indah tetap menggelengkan kepalanya, sambil berkata " Nggak…nggak mau… pokoknya nggak mau… jijik….!".

Aku jadi gemas, kutarik tubuhnya hingga menindih tubuhku, kupeluk tubuhnya lalu kucium bibirnya…. dengan lemah tubuhnya meronta-ronta… kulumat bibirnya… kumainkan lidahku di dalam mulutnya, sampai akhirnya dia membalas pelukan dan ciumanku… kami berciuman lama sekali, sekali dia berhenti menciumku… dia hanya memandangku…. tangannya mengusap-usap rambutku….

Tanpa disadarinya, aku mengarahkan kontolku ke lobang memeknya. Ketika posisinya sudah tepat, kuangkat pantatku mendorong dan blesssss…. kontolku langsung masuk, tubuh Bu Indah tersentak, dia berusaha mengangkat pantatnya… tapi pingangnya kutahan dengan kuat… malah kutekan kebawah hingga kontolku hampir masuk semua… Bu Indah mendesah, " Booy… aa..aaahhh… kamu memang nakaal… Booy… oohhh.. aaahhhhh…."

Lalu kami saling pandang, lama… tak ada yang bergerak diantara kami…. Bu Indah menundukkan kepalanya… dia mencium bibirku lembut sambil berkata " Kamu memang nakal.. jahil… kamu nggak mudah menyerah rupanya… nggak mau nurut sama omongan Ibu… kamu jahat…. sekarang lepasin tangan kamu.. kalo nggak… awas !".

" Tapi Bu… " kataku, sambil mengerak-gerakkan pantatku keatas… dan menekan-nekan pinggangnya ke bawah… kuangkat pantatku berulang ulang… sesekali ketika kuangkat pantatku dengan kuat, pinggangnya kutekan ke bawah, hampir seluruh batang kontol masuk ke dalam memek Bu Indah… saat kepala kontolku menabrak dinding paling dalam, Bu Indah menjerit kecil, badannya bergetar….

Diapun tidak bisa menyelesaikan kata-katanya dengan benar, malah jadi merintih nikmat, " Nggak ada tapi-tapian, kamu mau lepas nggak ? Ntar Ibu mmma..mmau…. la..lapor…. aaahhhh… aaww…. sstt…. ooohhhh…. ntar… Ibu.. laporrrinn… ssama… aww… ppo.. mmhhmm…aaahhhh.. polisssiii… aahhh…. ooohh… aaahhh…. aww.. aaaaaaaaaaaaaahhhh… sssstt….. aahhh…. ooohh… aa..aaww…. Bbooy… terusss…. aaahh… oohh…. Booooy…. Boooyyy…. aa..aaaaaww…. aaahhh… ooohhh…. te..teruuss… teruuusss… oohh… aahh… oohh..oohhh.. eeenaaakk… aa..aaaww… lagiii… enaak.. ssaayyaang…."

Kudorong tubuhnya supaya tegak, hingga posisinya seperti sedang berjongkok diatas kontolku dan pantatnya kutahan dengan kedua tanganku, kuhentak-hentak… kudorong.. pantatku keatas dengan kuat, dengan bantuan tempat tidur pegas ini, hentakanku makin lama makin cepat… sambil sesekali pantatnya kudorong melawan hentakanku hingga kontolku masuk sedalam-dalamnya…. aduuhh nikmat sekali… makin lama makin terasa sempit dinding memeknya yang paling dalam dan ada sesuatu yang bergerinjal-gerinjal menjepit kepala kontolku…. aku merasakan suatu kenikmatan yang baru… kutekan pantat Bu Indah ke bawah… kutahan beberapa saat… kurasakan kepala kontolku terjepit dinding yang bergerinjal-gerinjal… aku terdiam… mataku terpejam… nikmaat…. enaaakk… saking nikmatnya… akupun mendesah, " Buuu… enaak sekaliiii…. ssstttt…. aahh… Ibuuu..Buu.. Indaahh… gelii… enaaak… ayooo…dong… gerakin lagi pantatnya… yaaa…. saayyanngg… yaa…"

Kulihat dia merintih sambil menggigit bibirnya, matanya terbeliak-beliak… merem-melek…. kedua tangannya menjambak-jambak rambutnya…. kepalanya menggeleng-geleng…. setiap kepala kontolku menyentuh dinding memeknya yang paling dalam… tubuhnya tersentak dan gerakannya semakin histeris… pantatnya naik turun dengan cepat…. rintihannya semakin keras… diselingi jeritan kecil setiap pantatnya menekan ke bawah… " Booyy… aah.. ooohh.. oohh… aa..aaa…aawww… aaaa..hhh… oohhh…aaahh… aa.aa.aaaawww…. Bbbooyy.. eenaak…. aahh…aaahhh… aa…aaa..aaaww…. enaak…." Akhirnya ketika Bu Indah menekan pantatnya dengan kuat, hingga kepala kontolku dijepit dinding bergerinjal-gerinjal, mulai terasa ada rasa geli luar biasa…. kontolku berdenyut-denyut…. terasa air maniku memakas ingin keluar… hingga tak mungkin lagi kutahan…..

" Buuu..Buu Indaah.. Boy ma..mmau keluarrr… aduuhhh… geliii… " rintihku.

Bu Indah menggerakkan pantatnya maju.. mundur… lalu berputar.. maju lagi… ke kiri.. ke kanan… diangkat sedikit… terus maju lagi… berputar lagi… kontolku terasa dipilin-pilin… diurut-urut…. disedot-sedot… rasa geli itu semakin kuat… makin kuat…. nikmat bercampur geli…

Tiba-tiba tubuh Bu Indah menyentak-nyentak sambil menjerit kecil, " Booyy… ayo… ssssayang… sama.. samaa.. aaahh… oohh… aaahhh… BBooooooyyyyyyyyy…. aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh…." tubuhnya menindihku…. pantatnya menekanku dengan kuat…. bibirnya mengulum bibirku…. dia memelukku dengan kuat…. dan akupun memeluknya lebih kuat…. sambil membalas ciumannya…..

Bersamaan dengan itu… " Aaaaaaahhhhhh…… " kontolku menyemprotkan air mani ke dinding memeknya berkali-kali… cret… cret… cret… cret… cret… cret… cret… aaahhh.. nikmatnya……. tak terasa tubuh kami berguling-guling… sambil berpelukan dan berciuman… mereguk seluruh kenikmatan dari persetubuhan ini.

Selama dua puluh menit, kami terdiam sambil berpelukan…. saling memandang… lalu berciuman dengan lembut… lamaa… saling mengusap-usap rambut tanpa ada satupun kata yang keluar dari mulut kami. Ketika aku akan mencabut kontolku dan melepaskan pelukan, Bu Indah merintih manja, " Ntar aja… jangan dulu..Ibu masih ingin begini..ya.. sayang… ", sambil mengecup bibirku dan mengusap-usap rambutku dengan penuh kelembutan, seperti tak ada rasa marah, menyesal atau sedih.

Tak lama kemudian, secara bersamaan kami saling melepas pelukan dan sama-sama tergolek lemas bersebelahan sambil memejamkan mata… merenungi apa yang sudah terjadi diantara kami. Ketika aku membuka mata, ternyata Bu Indah sedang memandangi aku sambil menahan kepala dengan tangannya dan dia tersenyum, sambil mencolek hidungku dan berkata, " Kamu ini memang anak kurang ajar… nggak punya kesopanan… umur kamu berapa sih…? ". Melihat sikapnya yang ramah disertai senyum, aku jadi berani, kujawab sambil mengecup tipis bibirnya, " Ibu nggak usah nanya umur deh, yang penting, aku suka sama Ibu ".

Dan dia menindihku sambil membalas kecupanku, " Kamu ini ngomong kaya udah gede aja, kenapa sih kamu suka sama Ibu " tanyanya. " Kok nanyanya gitu, Ibu mau apa nggak disukain sama Boy.. ? " aku balik bertanya. " Kalo kamu udah gede, Ibu pasti mau… sekarang Ibu pengen tahu kenapa kamu suka sama Ibu ? " katanya penasaran, sambil memencet hidungku.

" Nggak ah.. ntar Ibu marah kalo Boy jawab.." kataku.

Dia langsung menjawab, " Nggak, Ibu nggak bakalan marah.. sumpah ". " Sumpah apa ? " tanyaku, " Sumpah ini… " katanya sambil mencium bibirku dengan lembut. Tanpa kami sadari, telah terjadi keakraban diantara kami sepertinya kami pasangan yang sebaya.

Sambil membalikkan tubuhnya, kujawab, " Boy suka sama Ibu karena……. ", aku tidak meneruskan jawabanku, dia makin penasaran, " Karena apa… ? ", katanya sambil cemberut. " Karena…. Ibu baik…. cantik… terus.. karena ini…. dan ini… " kataku sambil menunjuk dadanya dan mengusap-usap memeknya. " Ihhh… jangan nakal… nanti Ibu tampar lagi… mau..? ", katanya sambil melotot tapi mulutnya tersenyum manis lalu dia menciumku lagi.

Kami berciuman lagi… sambil memelukku Bu Indah berbisik mendesah di telingaku, " Ibu sayang kamu…. kamu jangan pulang.. masih banyak yang ingin Ibu omongin sama kamu… sekarang kita istirahat aja ya…".

" Ya deh, gimana ibu aja ", kataku sambil membalas pelukannya.

Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 11.30 malam, tak lama kemudian kami tertidur sambil berpelukan

Cerita Sex Sedarah Kenikmatan Yang Pertama

Posted: 22 Jan 2014 09:14 AM PST

Cerita Sex Sedarah Kenikmatan Yang Pertama – Aku tidur di sebelah kanan, Mbak Rani di tengah dan Mas Ton di sebelah kiri. Malam itu aku berbincang-bincang dengan kakakku sampai larut malam, kulihat Mas Ton sudah tertidur lebih dulu. Sampai akhirnya kami kehabisan cerita dan tertidur. Kurang lebih jam 04:00 pagi Mbak Rani bangun dan keluar kamar untuk urusan dapur. Aku tahu ini adalah kebiasaan sewaktu remaja. Dia selalu bangun paling awal.

Sebenarnya aku juga terjaga ketika ia turun dari tempat tidur, tetapi aku tetap di tempat tidur karena malas. Dalam keremangan lampu 5 watt, kulirik Mas Ton kakak iparku yang masih kelihatan tidur pulas di sebelahku tanpa terhalang oleh tubuh Mbak Rani, walaupun jarak kami cukup jauh.Dalam tidurnya yang telentang dengan mengenakan piyama warna abu-abu, tanpa sengaja kulihat ke arah selangkangannya. Kulihat sesuatu yang mencuat tinggi dari balik celananya. Hatiku berdesir ada perasaan hangat menyelusuri tubuhku, kutahan nafasku. Aku tidak berani bergerak dan aku tetap pura-pura tidur walaupun kupincingkan mataku untuk menikmati pemandangan yang syuur itu.Tiba-tiba Mas Ton membalikkan badan menghadap ke arahku, kupejamkan mataku. Aku pura-pura masih tertidur lelap. Tiba-tiba kurasakan tubuh Mas Ton digeserkan mendekatiku, entah disengaja atau tidak, tetapi gerakannya sangat hati-hati, mungkin takut aku terbangun.

Aku tetap pura-pura masih tidur dalam posisi telentang, jantungku berdegup keras, aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat. Kuatur nafasku, ingin rasanya aku melompat turun dan keluar kamar. Tetapi desiran hangat yang mempercepat peredaran darahku membuatku mengurungkan niatku.Tangan Mas Ton seperti tanpa sengaja menempel ke tanganku, aku tetap tidak bergerak. Tidak berapa lama, kurasakan tangannya menindih tanganku, dan itu cukup lama sampai aku bingun harus berbuat apa. Ketika dilihatnya aku diam saja, kurasakan dia mulai mengelus lengan dengan lembut dan kurasakan kehangatan yang sangat menyenangkan.

Tangannya terus mengelus ke atas leherku, aku menahan kegelian. Melihatku diam saja, Mas Ton semakin berani dan tangannya mulai turun untuk meraba-raba buah dadaku dari luar daster. Tidak lama kemudian, tali daster dan tali BH-ku diturunkan dan tangannya menerobos masuk ke dalam buah dadaku. Aku menggelinjang ketika jarinya meremas buah dadaku dengan lembut, dan mengelus-elus puting susuku. Nafasku memburu, aku makin terangsang, bahkan Mas Ton tanpa sadar telah merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Kaki kirinya telah menindih kedua lututku yang diam tak dapat berontak, karena hasratku membuatku bingung. Kurasakan batang kemaluannya yang telah mengeras di balik piyamanya menempel ketat di pinggul kiriku. Dan aku masih pura-pura tidur.

Dilepaskan tangannya dari BH-ku, tangan kirinya merayap di pahaku, lalu menyusup di bawah daster dan mengelus paha atas bagian dalam dan akhirnya berhenti di pangkal paha. Dielusnya dengan lembut bibir kemaluanku yang masih rapat terbungkus dengan celana dalam, kurasakan kehangat dan perasaan nikmat mengalir di dalam dinding kemaluanku. Elusan di atas celana di depan vagina, kadang-kadang diselipkan jari tanganya dari samping celanaku membuat dinding vaginaku berdenyut lembut dan enak. Aku merasakan bahwa kepunyaanku sudah basah. Tiba saatnya Mas Ton memasukkan tangan kirinya ke dalam celanaku melalui pusar, ketika itu aku sadar dan aku takut kalau Mbak Rani tiba-tiba masuk, maka kupegang tangannya dan kutahan agar Mas Ton tidak meneruskan niatnya. Tetapi tangannya tidak mau keluar dari celanaku dan aku tetap menahannya.

Kubuka mataku, kutatap wajahnya. Mas Ton tersenyum, tetapi aku tidak dapat membalas senyumnya. Aku ingin marah kepadanya atas kelancangannya, tetapi aku tidak dapat, karena dalam gejolak rangsangan yang membuaiku sebenarnya aku sudah kehilangan rasioku. Aku menikmatinya dan penolakanku lebih bersifat kekhawatiranku akan munculnya Mbak Rani dari pintu kamar yang tidak terkunci. Dalam keadaan demikian kuarahkan pandanganku ke pintu kamar. Mas Ton menangkap apa yang kumaksud.

Ditariknya tangannya dari celanaku, dan dia segera turun dari tempat tidur dan segera menguncipintu kamar. Aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat, seharusnya aku bangun dari tempat tidur dan segera keluar kamar, sehingga dapat terhindar dari perbuatan Mas Ton yang lancang itu,tetapi tidak. Bagian dalam vaginaku masih berdenyut dengan lembut, aliran darahku dan birahiku masih belum turun dari kepala. Sensasi ini belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan dengan pacarku saja aku masih sebatas bergandengan tangan saja. Entah apa yang kubayangkan saat itu.

Kubalikkan tubuhku menghadap tembok membelakangi Mas Ton yang kembali dari arah pintu. Direbahkannya tubuhnya rapat di belakangku sambil menarik pundakku ke arahnya, sehingga aku kembali dalam posisi telentang dan dia mencoba menciumku, tetapi aku menghindar dari ciumannya. Kugelengkan kepala ke kiri dan ke kanan, sampai akhirnya Mas Ton bisa menangkap mulutku dengan mulutnya. Saat itu aku sudah tidak dapat lagi menahan kuasa nafsu birahi dari dalam tubuhku yang masih perawan ini.

Itulah pertama kalinya aku dicium oleh seorang laki-laki, aku masih bodoh ketika dia menyedot dan menjilat bibirku. Aku tidak memberikan tanggapan yang seharusnya wanita berikan ketika dicumbu seorang lelaki, aku masih kaget, nafasku tidak beraturan, tetapi nafsuku bangkit kembali. Tanpa sadar kupeluk pundaknya erat-erat ketika tangannya meremas-remas buah dadaku. Kurasakan payudaraku mulai mengeras, apalagi ketika puting susuku dipelintir ke kanan dan ke kiri berulang-ulang dengan lembut. Sensasinya sungguh diluar dugaanku.

Ketika bibirnya mulai menjalar ke leherku, tangannya pindah dari dada ke arah selangkangan, kubiarkan Mas Ton membuka ujung bawah daster dan menelusup ke bawah celana dalam. Diusap-usapnya rambut kemaluanku untuk beberapa lama, dan kemudian jari tangannya mulai terasa menggesek dinding vagina dan kemudian ke atas ke arah klitoris. Aaahhh.., ada rasa ngilu yang sangat nikmat. Beberapa lama jarinya mengelus dan menggeletarkan klitorisku, tanpa sadar kuikuti iramanya dengan menggoyang pingulku. Kenikmatan sudah menjalar ke seluruh kelamin, ke pinggul dan bahkan ke bagian pantatku. Aduh nikmat sekali.

Aku merintih dan mendesah pelan penuh kenikmatan. Ketika Mas Ton menarik tangannya dari dalam celana, aku merasa kecewa, ternyata tidak, ia ternyata melepaskan celananya ke bawah sehingga batang kejantanannya yang telah berdiri dengan kokoh menyeruak keluar. Kepala yang membesar telah mengkilat. Dibimbingnya dengan lembut tangan kiriku ke arah batang kejantanannya dan aku tidak kuasa lagi menolaknya. Kugenggam dan kuremas-remas dengan lembut batang panjangnya. Inilah pertama kalinya aku melihat sekaligus menyentuh alat kelamin seorang laki-laki. Dadaku bergetar penuh birahi, kemudian ketika jarinya kembali memainkan klitorisku, sedang jari lainnya semakin masuk ke dalam liang senggamaku, maka kukocok batang kejantanannya semakin cepat.

Kudengar nafasnya memburu disertai desis yang pendek dari mulutnya. Dinding dalam liang kewanitaanku berdenyut semakin dalam. Kujepit jarinya dengan bibir bawahku, aku tidak tahan lagi, kenikmatan sudah menjalar hingga ujung rambut. Tiba-tiba denyutan yang kuat datang dari arah liang rahimku. Aku menahan nafas, aku menggelinjang dan kujepit jarinya dengan kuat. Aku telah mencapai puncak, liang kewanitaanku berkedut-kedut dengan kuat. Aahhh.., dan pada saat yang hampir bersamaan, Mas Ton menekankan pinggulnya ke pahaku, dan batang kemaluan yang berada dalam genggamanku terasa berkedut-kedut dengan kuat, dan kurasakan air maninya memancar dan membasahi pahaku.

“Aaahhh..,” hanya desisan yang dapat kukeluarkan dari mulutku.
Beberapa detik aku tergeletak dengan lemas berdampingan dengan tubuh hangatnya Mas Ton. Dengan malas aku bangun, kubuka pintu kamar dan segera aku ke kamar mandi. Aku takut bertemu Mbak Rani yang masih sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi kami.

Saat di kamar mandi, aku sempat membayangkan sensasi kenikmatan yang berlangsung beberapa menit yang lalu. Ada perasaan senang bercampur dengan perasaan takut bergejolak di dalam diriku saat kubersihkan kemaluanku di kamar mandi. Mas Ton masih telentang di tempat tidur sambil tersenyum menatap wajahku ketika aku keluar dari kamar mandi dan langsung menuju ke dapur membantu Mbak Rani yang tidak mengetahui adanya sensasi indah di kamar itu.

Hari itu juga kuputuskan aku harus kembali ke kotaku, aku tidak mau hal itu terjadi lagi. Bukan aku tidak menyukainya, tetapi aku tidak ingin rumah tangga kakakku menjadi berantakan gara-gara kehadiranku yang membangkitkan birahi suaminya. Mbak Rani kaget ketika aku pamitan untuk pulang. Aku memberikan alasan bahwa ada tugas kuliah yang lupa kuselesaikan.

Meskipun apa yang kulalui saat itu tidak merusak keperawanan yang kumiliki, tetapi itu merupakan pengalaman pertamaku dalam menikmati sensasi seks yang sebenarnya.

Cerita Sex Sedarah Kenikmatan Yang Pertama – Aku tidur di sebelah kanan, Mbak Rani di tengah dan Mas Ton di sebelah kiri. Malam itu aku berbincang-bincang dengan kakakku sampai larut malam, kulihat Mas Ton sudah tertidur lebih dulu. Sampai akhirnya kami kehabisan cerita dan tertidur. Kurang lebih jam 04:00 pagi Mbak Rani bangun dan keluar kamar untuk urusan dapur. Aku tahu ini adalah kebiasaan sewaktu remaja. Dia selalu bangun paling awal.

Sebenarnya aku juga terjaga ketika ia turun dari tempat tidur, tetapi aku tetap di tempat tidur karena malas. Dalam keremangan lampu 5 watt, kulirik Mas Ton kakak iparku yang masih kelihatan tidur pulas di sebelahku tanpa terhalang oleh tubuh Mbak Rani, walaupun jarak kami cukup jauh.Dalam tidurnya yang telentang dengan mengenakan piyama warna abu-abu, tanpa sengaja kulihat ke arah selangkangannya. Kulihat sesuatu yang mencuat tinggi dari balik celananya. Hatiku berdesir ada perasaan hangat menyelusuri tubuhku, kutahan nafasku. Aku tidak berani bergerak dan aku tetap pura-pura tidur walaupun kupincingkan mataku untuk menikmati pemandangan yang syuur itu.Tiba-tiba Mas Ton membalikkan badan menghadap ke arahku, kupejamkan mataku. Aku pura-pura masih tertidur lelap. Tiba-tiba kurasakan tubuh Mas Ton digeserkan mendekatiku, entah disengaja atau tidak, tetapi gerakannya sangat hati-hati, mungkin takut aku terbangun.

Aku tetap pura-pura masih tidur dalam posisi telentang, jantungku berdegup keras, aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat. Kuatur nafasku, ingin rasanya aku melompat turun dan keluar kamar. Tetapi desiran hangat yang mempercepat peredaran darahku membuatku mengurungkan niatku.Tangan Mas Ton seperti tanpa sengaja menempel ke tanganku, aku tetap tidak bergerak. Tidak berapa lama, kurasakan tangannya menindih tanganku, dan itu cukup lama sampai aku bingun harus berbuat apa. Ketika dilihatnya aku diam saja, kurasakan dia mulai mengelus lengan dengan lembut dan kurasakan kehangatan yang sangat menyenangkan.

Tangannya terus mengelus ke atas leherku, aku menahan kegelian. Melihatku diam saja, Mas Ton semakin berani dan tangannya mulai turun untuk meraba-raba buah dadaku dari luar daster. Tidak lama kemudian, tali daster dan tali BH-ku diturunkan dan tangannya menerobos masuk ke dalam buah dadaku. Aku menggelinjang ketika jarinya meremas buah dadaku dengan lembut, dan mengelus-elus puting susuku. Nafasku memburu, aku makin terangsang, bahkan Mas Ton tanpa sadar telah merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Kaki kirinya telah menindih kedua lututku yang diam tak dapat berontak, karena hasratku membuatku bingung. Kurasakan batang kemaluannya yang telah mengeras di balik piyamanya menempel ketat di pinggul kiriku. Dan aku masih pura-pura tidur.

Dilepaskan tangannya dari BH-ku, tangan kirinya merayap di pahaku, lalu menyusup di bawah daster dan mengelus paha atas bagian dalam dan akhirnya berhenti di pangkal paha. Dielusnya dengan lembut bibir kemaluanku yang masih rapat terbungkus dengan celana dalam, kurasakan kehangat dan perasaan nikmat mengalir di dalam dinding kemaluanku. Elusan di atas celana di depan vagina, kadang-kadang diselipkan jari tanganya dari samping celanaku membuat dinding vaginaku berdenyut lembut dan enak. Aku merasakan bahwa kepunyaanku sudah basah. Tiba saatnya Mas Ton memasukkan tangan kirinya ke dalam celanaku melalui pusar, ketika itu aku sadar dan aku takut kalau Mbak Rani tiba-tiba masuk, maka kupegang tangannya dan kutahan agar Mas Ton tidak meneruskan niatnya. Tetapi tangannya tidak mau keluar dari celanaku dan aku tetap menahannya.

Kubuka mataku, kutatap wajahnya. Mas Ton tersenyum, tetapi aku tidak dapat membalas senyumnya. Aku ingin marah kepadanya atas kelancangannya, tetapi aku tidak dapat, karena dalam gejolak rangsangan yang membuaiku sebenarnya aku sudah kehilangan rasioku. Aku menikmatinya dan penolakanku lebih bersifat kekhawatiranku akan munculnya Mbak Rani dari pintu kamar yang tidak terkunci. Dalam keadaan demikian kuarahkan pandanganku ke pintu kamar. Mas Ton menangkap apa yang kumaksud.

Ditariknya tangannya dari celanaku, dan dia segera turun dari tempat tidur dan segera menguncipintu kamar. Aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat, seharusnya aku bangun dari tempat tidur dan segera keluar kamar, sehingga dapat terhindar dari perbuatan Mas Ton yang lancang itu,tetapi tidak. Bagian dalam vaginaku masih berdenyut dengan lembut, aliran darahku dan birahiku masih belum turun dari kepala. Sensasi ini belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan dengan pacarku saja aku masih sebatas bergandengan tangan saja. Entah apa yang kubayangkan saat itu.

Kubalikkan tubuhku menghadap tembok membelakangi Mas Ton yang kembali dari arah pintu. Direbahkannya tubuhnya rapat di belakangku sambil menarik pundakku ke arahnya, sehingga aku kembali dalam posisi telentang dan dia mencoba menciumku, tetapi aku menghindar dari ciumannya. Kugelengkan kepala ke kiri dan ke kanan, sampai akhirnya Mas Ton bisa menangkap mulutku dengan mulutnya. Saat itu aku sudah tidak dapat lagi menahan kuasa nafsu birahi dari dalam tubuhku yang masih perawan ini.

Itulah pertama kalinya aku dicium oleh seorang laki-laki, aku masih bodoh ketika dia menyedot dan menjilat bibirku. Aku tidak memberikan tanggapan yang seharusnya wanita berikan ketika dicumbu seorang lelaki, aku masih kaget, nafasku tidak beraturan, tetapi nafsuku bangkit kembali. Tanpa sadar kupeluk pundaknya erat-erat ketika tangannya meremas-remas buah dadaku. Kurasakan payudaraku mulai mengeras, apalagi ketika puting susuku dipelintir ke kanan dan ke kiri berulang-ulang dengan lembut. Sensasinya sungguh diluar dugaanku.

Ketika bibirnya mulai menjalar ke leherku, tangannya pindah dari dada ke arah selangkangan, kubiarkan Mas Ton membuka ujung bawah daster dan menelusup ke bawah celana dalam. Diusap-usapnya rambut kemaluanku untuk beberapa lama, dan kemudian jari tangannya mulai terasa menggesek dinding vagina dan kemudian ke atas ke arah klitoris. Aaahhh.., ada rasa ngilu yang sangat nikmat. Beberapa lama jarinya mengelus dan menggeletarkan klitorisku, tanpa sadar kuikuti iramanya dengan menggoyang pingulku. Kenikmatan sudah menjalar ke seluruh kelamin, ke pinggul dan bahkan ke bagian pantatku. Aduh nikmat sekali.

Aku merintih dan mendesah pelan penuh kenikmatan. Ketika Mas Ton menarik tangannya dari dalam celana, aku merasa kecewa, ternyata tidak, ia ternyata melepaskan celananya ke bawah sehingga batang kejantanannya yang telah berdiri dengan kokoh menyeruak keluar. Kepala yang membesar telah mengkilat. Dibimbingnya dengan lembut tangan kiriku ke arah batang kejantanannya dan aku tidak kuasa lagi menolaknya. Kugenggam dan kuremas-remas dengan lembut batang panjangnya. Inilah pertama kalinya aku melihat sekaligus menyentuh alat kelamin seorang laki-laki. Dadaku bergetar penuh birahi, kemudian ketika jarinya kembali memainkan klitorisku, sedang jari lainnya semakin masuk ke dalam liang senggamaku, maka kukocok batang kejantanannya semakin cepat.

Kudengar nafasnya memburu disertai desis yang pendek dari mulutnya. Dinding dalam liang kewanitaanku berdenyut semakin dalam. Kujepit jarinya dengan bibir bawahku, aku tidak tahan lagi, kenikmatan sudah menjalar hingga ujung rambut. Tiba-tiba denyutan yang kuat datang dari arah liang rahimku. Aku menahan nafas, aku menggelinjang dan kujepit jarinya dengan kuat. Aku telah mencapai puncak, liang kewanitaanku berkedut-kedut dengan kuat. Aahhh.., dan pada saat yang hampir bersamaan, Mas Ton menekankan pinggulnya ke pahaku, dan batang kemaluan yang berada dalam genggamanku terasa berkedut-kedut dengan kuat, dan kurasakan air maninya memancar dan membasahi pahaku.

“Aaahhh..,” hanya desisan yang dapat kukeluarkan dari mulutku.
Beberapa detik aku tergeletak dengan lemas berdampingan dengan tubuh hangatnya Mas Ton. Dengan malas aku bangun, kubuka pintu kamar dan segera aku ke kamar mandi. Aku takut bertemu Mbak Rani yang masih sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi kami.

Saat di kamar mandi, aku sempat membayangkan sensasi kenikmatan yang berlangsung beberapa menit yang lalu. Ada perasaan senang bercampur dengan perasaan takut bergejolak di dalam diriku saat kubersihkan kemaluanku di kamar mandi. Mas Ton masih telentang di tempat tidur sambil tersenyum menatap wajahku ketika aku keluar dari kamar mandi dan langsung menuju ke dapur membantu Mbak Rani yang tidak mengetahui adanya sensasi indah di kamar itu.

Hari itu juga kuputuskan aku harus kembali ke kotaku, aku tidak mau hal itu terjadi lagi. Bukan aku tidak menyukainya, tetapi aku tidak ingin rumah tangga kakakku menjadi berantakan gara-gara kehadiranku yang membangkitkan birahi suaminya. Mbak Rani kaget ketika aku pamitan untuk pulang. Aku memberikan alasan bahwa ada tugas kuliah yang lupa kuselesaikan.

Meskipun apa yang kulalui saat itu tidak merusak keperawanan yang kumiliki, tetapi itu merupakan pengalaman pertamaku dalam menikmati sensasi seks yang sebenarnya.

Susu Perawan Bundar Mungil

Posted: 22 Jan 2014 08:36 AM PST

Susu Perawan Bundar Mungil – Cewek abg yang sedang mandi ini nekat memamerkan tetek mungil nya dengan berpakaian transparan. Sehingga terlihat bentuk toket bundar dengan puting susu mungil.

Toket Perawan Mungil

Toket Perawan Mungil

Toket Perawan Mungil

Toket Perawan Mungil

Foto Panas ABG Pamer Dada Montok

Posted: 22 Jan 2014 08:34 AM PST

Foto Panas ABG Pamer Dada Montok tak ada yang lebih indah dari pada Dada Montok ABG yang cantik dan besar pasti deh semua ingin meremas abg yang cantik dan hot seperti yang ada pada

Foto Panas ABG Pamer dada Montok ini




Cerita Dewasa Mesum Di Wc

Posted: 20 Jan 2014 08:51 AM PST

http://www.copasindo.com/2014/01/cerita-dewasa-mesum-di-wc.html

Cerita Dewasa Mesum Di Wc. Aku adalah seorang laki-laki & tinggal di Kota T, Ini adalah kisah nyata petualangan ku sewaktu SMA dulu, tepatnya tahun 1999 saat itu usiaku beranjak 19 thn tinggiku 170 dgn BB 55Kg dan wajah sekilas Mirip christian Sugiyono minus agak kurus porsi badan ku.Aku adalah seorang yg agak pendiam & kurang bergaul dlm lingkungan sekolah, boleh dibilang aku adalah seorang kutu buku & itu dpt kubuktikan dengan keberhasilanku yg selalu masuk ranking 3 besar dikelas. semua ini berawal dari kedekatanku dgn teman wanita sekelasku Sebut saja namanya "Amel" Usia nya beranjak 18 thn tinggi 155 & BB 48 dan sekilas mirip dengan Jane Shalimar. Porsi tubuh TOGE PASAR ( untuk ukuran ank sekolah TOGE nya ini cukuplah matang dgn uk Bra 36 B+). Singkat cerita awalnya aku pacaran juga tidak ada pikiran tuk berbuat yg tidak-tidak dgnnya krn murni aku sangat menyanyangi & mencintai dia. semua ini berawal dari obrolan amel dgn tmn dekatnya widya yg terdengar samar olehku : " Mel kemarin loe nonton di 21 ngapain aja ? ahk ngk ngapa-ngapain kok wid !!! abis si IS diam aja tuh sambil ngemil ( mksd nya aku ). yach….loe nya juga diem aja gitu…., yach gw malu donk wid masa wanita yg mulai duluan…Akh loe ber 2 payah…ngk kaya gw ama roy…!

akupun bergegas keluar kelas sejenak tuk ke WC dan cuci muka sejenak…, didlm wc ku berfikir " apa maksud pembicaraan mereka tadi yach ??? bel masuk istirahat pun berbunyi & bergegas ku kembali ke kelas.
jam 13.30 teng bel pulang berbunyi, segera ku dekati amel & menanyakan maksud dan arti semua pembicaraan yg tadi aku dengar. Amel pun menjelaskan klo aku tuh dibilang payah ama widya krn didalam 21 ngk ngapa-ngapain !!!!! akupun balik bertanya maksudnya ngapain itu apa ??? Amel pun menjawab + berlari dariku " ngk megang, raba & nyium "
Aku pun terdiam sejenak mengartikan sendiri perkataan amel. nurani laki-laki ku pun berontak tak terima aku di bilang payah & ngk punya nafsu selain ama buku. ku berlari dan menghampiri amel tuk minta maaf atas kejadian kemarin !!! dan amel pun menjawab seakan menantangku " Emang nya klo km minta maaf trus km berani mencium aku " di tantang seperti itu semakin membuatku marah + horny " ayo siapa takut….!!! akhirnya ku gandeng dia pulang sekolah & melewati belakang sebuah Hall basket dekat sekolah ku, di sinilah semuanya di mulai setelah melihat situasi yg cukup sepi ku beranikan untuk memeluk & merabanya serta mencium bibirnya ( gila inilah pertama kalinya aku merasakan meraba seluruh tubuh wanita walaupun msh berpakaian lengkap) ada sekitar 5 menit aku meraba tubuh amel yg montok serta permainan bibir amel yang sangat liar hampir ngos-ngosan aku meladeni permainan bibir amel yg selalu berusaha menarik lidahku dengan sedotan bibirnya. setelah kami terpuaskan walaupun hanya 5 menit akupun bergegas pulang tuk mengantar amel pulang.

keesokan harinya hubungan ku & amel pun semakin mesra dan akupun semakin dekat dgn nya. hari ini pulang sekolah agak sore krn aku dan amel hrs mengikuti Pendalaman materi tuk persiapan EBTANAS. bel pulang berbunyi akupun segera menghampiri amel "yuk kita pulang" kata amel !!! aku pun jawab ntar aja mel ada yg ingin aku bicarakan…. yach udah sekalian kita pulang aja kan bisa…., aku pun mengulur waktu sekalian liat situasi kelas yg sdh sepi…, setelah semua kondisi terasa aman langsung aja aku tubruk amel dan langsung memeluk serta merabanya secara liar dan amel pun berusaha berontak "apa-apaan sih yang jgn disini ahk kan terbuka gini tempatnya" aku ngk pedulikan ucapannya, Darah berdesir semakin kencang ingin melampiaskan nafsu yg sudah kupendam, Ku raba & ku cium bibirnya terus menerus walaupun ada perlawanan darinya berusaha melepaskan diri dari dekapanku. semakin berontak semakin membabi buta kuhasratkan nafsuku pada amel, langsung aja ku remas toket besarnya dan ku usapkan selangkangan dan perlawanan pun semakin kendor, aku merasa amel sdh mulai bisa menerima dan ikut terbawa nafsu akibat seranganku. trus ku buka kancing seragam sekolahnya dan mulai merasuki toketnya yg terasa sangat empuk dan ku usap dan kujilati ujung pentilnya yg lumayan besar seukuran kelereng yg paling kecil, amel pun semakin mengelinjang ketika ku jilati penti & kuangkat roknya serta tanganku mulai mengusap memeknya yg terasa sangat basah ketika ku usap celana dalam nya. ku bisikan ke telinga amel tuk membuka celana dalam nya " jgn disini yang…. nanti ketauan katanya " akupun berinisiatif tuk mengiring amel ke WC sekolah ( setelah liat kanan-kiri oke) aku & amel pun bergegas msk ke dlam WC sekolah…., entahlah apa yg ada dibenak ku & amel saat itu yg ada hanyalah kenikmatan yg ingin segera tertuntaskan. (padahal WC disekolahan kami terkenal dgn angkernya & sering siswi perempuan kesurupan setelah memasuki Wc di sekolah kami tsB) ahkk… peduli setan krn kami berdua juga setan…hahahahahaha…!!!!! lanjut Gan.., Langsung aku kunci dr dalam wc itu dan aku pun msk ke kamar mandinya & kembali aku kunci dr dalam ku buka kembali kancing seragam amel dan ku angkat Cup Bra nya dan kuremas dan kujilati dgn nikmat ( gila gede bgt nih toket ku raba dgn kedua tangan ku tak dapat menutupi besarnya toket amel) semakin leluasaku aku bergerak & amel pun tdk tinggal diam, kembali dia memainkan bibirnya tuk mencium dan menarik lidahku dgn buas…, aku pun semakin panas ku usapkan kembali dan segera melorotkan celana dalam amel tanpa meminta ijin dulu…, kuusap memeknya yg ditumbuhi bulu agak lebat, segera ku berpaling kebawah ( oh ini tuh bentuk memek…. gila semakin terangsang ku melihatnya…, tanpa ba,,bo,,bu langsung ku raba & jilati memek amel ( Amel tersentak kaget & berusaha ngedorong mukaku dari memeknya ) ihhkkkk… Gw mau ahkk yang..!!!! akupun sontak berhenti, ada apa gerangan & bertanya ( knp mel..??? sakit yach…) amel pun menjawab ( enak kok yang…, tapi aku kan malu…!! mang km ngk jorok apa ngejilati memek aku..???) aku pun jawab dgn lembut " mel aku kan pacar km & aku sayang ama km " jadi aku hrs bisa buat km senang & bahagia dan aku juga ngk merasa jorok menjilati memek km… aku suka kok…( Boleh di bayangin gan….. Gimana aroma memek yg satu hari penuh belum di bersihin….agak asem dgn aroma yg agak bacin…wkwkw) tapi klo yg namanya nafsu dah di ubun-ubun pake aja istilah "tai kucing aja berasa coklat" hehehehehehe…….Lanjut Gan ????

Amel pun segera menarik Rok nya ke atas dan membiarkan aku menjilati kembali memeknya ( dgn posisi amel bersandar di tembok dan aku berjongkok dan ku sandarkan satu kakinya ke punggung ku biar sedikit terbuka selangkangannya) lidahku pun tak henti menjilati & menyeruput seluruh bagian memek amel dan kedua tanganku bertumpu di kedua toketnya meraba serta menarik pentiknya dengan sedikit liar dan amel pun terasa sangat menukmati permaianan ku dengan nafasnya yg sdh tidak beraturan " ohhh…ohh…enak yank….trussssss. yank…., 15 mnt berselang amel seperti berhenti bernafas & terasa kejang badannya, amel pun segera menarik kepalaku dari memeknya dan bilang Cukup yank….(aku pun kaget kenapa lagi nih…???? apa tak sengaja mengigit memeknya ) amel pun bilang dia puas " aku sdh keluar yank…" amel pun segera menarik aku tuk berdiri & memeluk aku dgn sangat lembut…. terima kasih yach yank.

Justru aKu tambah bingung !!!! ( lah ini kontolku msh tegak berdiri ) aku pun segera mengarahkan kontolku ke mulut amel…, tapi ternyata amel menolak katanya jijik….yach udah aku arahkan lagi aja ke memeknya…, kembali dia menolak…"jgn yank…aku msh perawan " !!!! gila….. kentang nih….!!!!! langsung aja aku inisiatif yach udah km kocokin aja pake ludah kamu…, " ( amel mengangguk tanda setuju ) ternyata 5 mnt berlalu tak ada kunjung nih jalantol mo muncrat ( amel mulai ngeluh cape..) yach udah km menghadap tembok aja deh " km mo ngapain yank….jgn dimasukin ke memek aku yach ????" aku jawab "yach udah ngk !!!! ( dgnm posisi berdiri membelakangi ku ku arahkan kontolku ke belahan paha amel yg montok ) ku sodok maju mundur sambil kedua tanganku memegangi pinggulnya agar sodokannya terasa nikmat dan pas !!!! kembali 5 mnt tdk ada tanda jalantol nih mo muncrat aku pun bersikeras meminta amel tuk sepongbob kontolku ( bersamaan dgn itu terdengar suara Adzan magrib ) gilaa….. tak terasa sdh Pkl 18.15wib) aku pun sontak kaget dan amel pun terlihat sedikit mengeluarkan air mata (kami pun segera membereskan kembali seragam sekolah dan nergegas meningalkan Wc sekolah tuk pulang. di perjalanan pulang ku meminta maaf sm amel dgn apa yg terjadi tadi…., tapi dia hanya diam saja ( aku tdk tahu mungkin dia marah sama ku) sampai ku antar pulang pun dia hanya diam dan membisu.

Cerita Dewasa : Bercinta saat Kuliah

Posted: 20 Jan 2014 08:48 AM PST

Cerita Dewasa : Bercinta saat Kuliah –  Hai para Mupenger… Dibawah ini ada sedikit cerita dari masa kuliahan…

Patut dibaca ya… dan jangan lupa komentar dan inputnya ya…

Cerita ini berawal pada saat aku masih di kuliah di Universitas M, kota X.

http://www.copasindo.com/2014/01/cerita-dewasa-bercinta-saat-kuliah.html

Pada saat itu, aku masih jomblo karena memang sejak dari SMP aku ga pernah berani mengungkapkan rasa cinta atau sayang kepada cewek, entah kenapa ya??
Nah, pada saat di bangku kuliah lah kemampuanku untuk melihat cewek dan berani mengungkapkan perasaan kami mulai terasah.

Aku kenal dengan seorang cewek yang kuliah di fakultas Ekonomi Universitas M, sedangkan aku kuliah di fakultas teknik. Kami kenal secara ga sengaja. Perkenalan dimulai waktu Universitas kami mengadakan Kemah bersama. Wuiihhh, rame banget. Kami kenal saat acara bebas.

“Hai…” sapaku ke cewek itu, dan dia balas menjawab “Hai juga.”
“Fakultas Ekonomi ya?” “Kenalkan Rendi.” Aku mencoba untuk tetap PD walaupun sebenarnya sudah mulai ga kuat nahan badan yang panas dingin .

Tak diduga, dia menjawab “Namaku Sherly, kamu dari Fakultas Teknik kan?”. Aku udah sering lihat kamu kok waktu lewat depan gedung Ekonomi.”

“Bagus, berarti tahap perkenalan bisa dilanjut nich!!”, aku berteriak dalam hati.

Selanjutnya, setelah perkenalan itu, kami semakin akrab. Namun, ada hal yang memang masih menjadi penghalangku untuk lebih dekat dan mencoba intim dengan Sherly. Ternyata dia sudah punya gebetan, kebetulan temen dia waktu SMA dulu yang kuliah di Fakultas yang sama. “Aduuuuhhhh!!!” Aku protes dalam hati, mengapa aku baru menemukan sesosok cewek yang okey pada saat dia sudah dimiliki orang lain. FYI, cewek itu berbadan proporsional, dengan tinggi badan sekitar 168 cm, dengan ukuran dada + 36B. Waaaaw… keren banget deh.

Sehingga kami hanya dapat berteman saja. Walaupun begitu, aku sering mencuri – curi melihat dadanya yang ranum dibalik bajunya saat kami bertemu, tanpa diketahui pacarnya tentunya.

Seringkali pula, aku melihat dia melihat sesuatu di balik celanaku, ga tahu tuh, dia lihat apaan, tapi saat aku tanya, dia selalu menjawab celana panjang lo bagus (hihihihihi, jujur ga sich???).

Hingga suatu ketika, saat kami pergi berdua untuk cari makan malam (maklum, kami berdua kebetulan anak kost, dan rumah kost kami lumayan dekat), dia bercerita tentang permintaan pacarnya untuk segera menikah. DHUEEERRRR!!!! Kepalaku terasa berat dan mataku terasa pedih. Pada saat itu pulalah, aku kemudian memberanikan mengungkapkan perasaanku dan mengatakan menyayanginya. Sebenarnya aku menyangka kalau Sherly akan marah dengan keterusteranganku. Tapi, ternyata… dia malah terharu dan juga berkata, “Gue sebenarnya juga sayang sama elo, tapi pacar gue ga mungkin mutus gue.”

Waduh, aku jadi kebingungan, dan sementara terdiam, tapi kemudian Sherly tersenyum dan bilang, “Kita jadi temen mesra aja, dan akses bisa bebas, karena pacar gue juga udah bebas akses badan gue.” Nahhh loooo, hati ku berteriak gembira namun juga agak BT juga. Ternyata tubuhnya sudah ada yang nimbrung.

Tapi sudah lah, aku sanggupi saja permintaan dia, dan mulai saat itu, aku pun bebas mengakses tubuhnya. Pada malam itu pula, kami langsung praktek hehehhe…

Setelah makan malam, kami pun langsung pulang dan aku mampir ke kostnya. Karena kost Sherly sangat bebas akses dan waktu berkunjung ga pernah dibatasi. Kami pun memiliki waktu yang sangat luas. Kami pun langsung masuk ke kamar Sherly, cepat – cepat dia membersihkan diri di kamar mandi, ternyata ada kamar mandi dalamnya.

Setelah dia mandi, aku pun bergantian mandi. Aku bertanya dalam hati, kok ga mandi bareng aja ya? Ahh, paling itu kebiasaan dia aja kali ya?

Setelah kami berdua telah bersih, ternyata dia ga memakai kembali pakainnya. Tapi memakai piyama handuk warna kuning cerah, aduh kaya jeruk aja pikirku . Selanjutnya, aku langsung mendekat ke Sherly dan mulai menciumi wajahnya dan berhenti lama untuk menikmati manisnya bibir Sherly. Wooowww… udah lama aku ingin merasakan bibir ini, ternyata aku bisa!!!

Kami semakin panas, dan secara perlahan aku merasakan tekanan di bagian bawahku, ternyata tangan Sherly udah meraba – raba bagian luar selangkangan ku. Oooohhh… ahhhhh… kami semakin terangsang dan saling meraba, aku mulai meraba dada kanannya di depan piyamanya, aku goyangkan sedikit dan usap usap. Uuuuhhhh, enak… Sherly mulai berkicau… ga berhenti. Supaya ga terlalu mencurigakan, Sherly berhenti sebentar dan menyetel musik Pop Barat, sepertinya lagu kompilasi. Ternyata lagu yang distel justru lebih merangsang libido kami. Tanpa banyak bicara, aku mulai melucuti piyama Sherly, tanpa banyak komentar pun, Sherly membuka kaos dan celana panjangku lalu menyerbu dadaku dan menghisap putingku.. Ahhhh sensasi yang luar biasa, karena memang aku belum pernah merasakan hal ini. Ternyata Sherly sangat berpengalaman, aku pun berpikir apakah dia sudah sering beginian dengan pacarnya? Pikiran macam ini lah yang kemudian memacuku untuk dapat memuaskan nafsunya.

Segera aku pegang dadanya, dan aku usap usap putingnya yang berwarna merah muda. Terus aku usap dan kemudian aku hisap.. slurp slurp slurp dan aku gigit sedikit untuk memberi sensasi kepada Sherly. Uaaaahhhh, dia mengerang, “Terus sayang.. isep terus… enak.. ahhhh.” Saat itu juga aku mulai meraba pangkal pahanya, Sherly masih memakai celana dalam warna merah muda. Dengan penuh keyakinan aku mulai mengelus gundukan yang muncul dibagian bawah celana dalamnya. Dia semakin mengerang… dan aku terus meraba, hingga aku rasakan gundukan itu terasa sedikit basah.. Aku bingung juga sich… (maklum… ).

Sherly pun, tak mau kalah dengan aksi ku, dia mulai menyelipkan tangannya ke balik celana dalamku, dan langsung memegang Mr. P ku dan mulai meremas dan menarik maju mundur. Aku sangat terangsang.. terasa sesuatu yang bergetar di tubuhku, dan aku semakin berani membuka celana dalam Sherly dan mengusap Mrs. V nya, lama – lama, kami semakin asyik, tanpa sadar aku mulai memasukkan tanganku ke Mrs. V Sherly, penuh dengan kenikmatan yang aku ga tahu seperti apa, Sherly berkata, “Kamu tiduran Ren, aku mau servis kamu…”

Aku pun langsung tiduran, dan terasa Mr. P ku menjadi hangat dan basah… saat aku lihat.. Wooooowwww… Sherly menjilat dan mengulum P ku dengan penuh semangat.. Ohhhh ahhhh uhhh.. aku mulai meracau ga menentu.. lagu yang diputar sejak tadi semakin menambah romantisme suasana. Setelah Sherly puas menjilat dan mengkulum P ku, aku pun mencium bibirnya lagi, dan menjilat puting susunya.. terus aku lanjutin menjilat seluruh tubuhnya sama seperti yang Sherly instruksikan.

Saat mendekati Mrs. V nya, aku berhenti sebentar, karena ragu, namun Sherly berkata, “Lanjutin aja Ren, lo bakal keenakan ntar”. Aku pun menjilat Mrs. V nya dan sedikit maju mundur, karena secara naluri seperti itu. Sherly meracau ahhhhh…..oooojjjjjhhhhh… terus Ren…. jangan berhenti…. enyakkkk….

Aku pun terus menjilati V nya, dan tiba tiba aku berpikir, gimana kalo P ku bertemu langsung dengan V nya. Aku pun segera meminta hal ini ke Sherly, dia sedikit melihatku lalu, tersenyum dan mengangguk. Wahhhh.. terasa sesuatu yang luar biasa terjadi, aku semakin terangsang. Sherly membantu memegang P ku dan mengarahkan menuju V nya. Posisi yang kami pakai adalah Sherly di bawah dan aku di atas. Saat P ku mulai masuk lubang V nya, aku merasakan sedikit linu dan geli. Tapi semakin kedalam, semakin hangat dan enak.. Ahhh ohhh… uhhh… terus sayang.. terus… jangan berhenti…. ahhhh… Aku pun semakin tergoda untuk terus menyodok. Bunyi srox.. sroxxx…sroxx… mulai terdengar dan kami berciuman dan saling meraba, aku semakin terangsang dan memegang kedua susu Sherly yang besar itu, dan mengusap pentilnya. Sherly pun mencengkeram punggungku dan menarik pinggulku untuk semakin masuk ke tubuhnya.

Setelah beberapa saat, kami berganti posisi, Sherly berada diatasku dan aku memangku dia diatas ranjangnya. Sherly semakin mudah mengatur posisinya. Srok..srok..srokk..srokk… Sherly meracau… ouch..ah…uh…ach…. Enak… Ren…
Aku menjilat susunya dan mengulum pentilnya… dan terkadang mencium bibirnya.

Setelah sekitar 20 menit, aku mulai merasakan sesuatu yang bergetar di dalam tubuhku, dan siap untuk meledak… aku pun merasakan Sherly beberapa kali merinding…. Hingga akhirnya Sherly berteriak kecil dan tubuhnya menjadi tegang dan saat itu pulalah aku juga menegang dan sesuatu muncrat dari P ku di dalam V nya… Beberapa detik kemudian kami berciuman dan aku mencium pentilnya.

Setelah itu, aku berkata kalau ada sesuatu yang muncrat tadi, dan Sherly tertawa lepas.. “Hahahahahha… itu nama sperma Ren”, kamu ga pernah ML ya?”

“Ya ngga lah..” Aku membalasnya sambil kembali berpakaian, setelah membersihkan diri kami. “Kalau itu sperma, berarti kamu bisa hamil dong Sher? Terus gimana dong?” Aku menjadi takut. Sherly dengan gampang menjawab… “Tenang aja Ren, aku sering kok ML ama pacarku dan sering keluar di dalam. Tapi aku cegah dengan pil KB biar ga hamil, dan sampai sekarang masih efektif kok hehehehe.” Dia terkekeh… aku pun senyum aja, dan mencium bibirnya sebelum pulang.

Sejak saat itu, kami selalu meluangkan waktu untuk ML, bisa di kamar kost-ku atau di kamar kostnya. Pokoknya di tempat yang kami lihat memungkinkan, tentunya tanpa meninggalkan kesan yang mencurigakan dengan pacar Sherly.

Demikian cerita ku… Semoga menjadi cerita yang bikin kita semakin okey…
• TAMAT •

Majalahunik.com : Cerita Dewasa Ngentot Guruku Yang Cantik Tubuh Montok

Posted by : metalover on :Rabu, 24 Desember 2014 With 0komentar

Majalahunik.com : Cerita Seks Desahan di Dalam Mobil

| Rabu, 10 Desember 2014
Baca selengkapnya »

Majalahunik.com : Cerita Seks Desahan di Dalam Mobil


Cerita Seks Desahan di Dalam Mobil

Posted: 09 Dec 2014 08:37 PM PST

kXFp2

Obrakabrik.com - Nama saya Citra (samaran), dan saya adalah mahasiswa semester 5 di salah satu universitas swasta ternama di bilangan Jakarta Pusat , dan apa yang akan saya ceritakan disini adalah kisah yang terjadi sekitar beberapa tahun yang lalu.

Hari Rabu adalah hari yang paling melelahkan bagiku ketika semester lima, bagaimana tidak, hari itu aku ada tiga mata kuliah, dua yang pertama mulai jam 9 sampai jam tiga dan yang terakhir mulai jam lima sampai jam 7 malam, belum lagi kalau ada tugas bisa lebih lama deh. Ketika itu aku baru menyerahkan tugas diskusi kelompok sekitar jam 7 lebih. Waktu aku dan teman sekelompokku, si Dimas selesai, di kelas masih tersisa enam orang dan Pak Didi, sang dosen.

"Bareng yuk jalannya, parkir dimana Citra ?" ajak Dimas "Jauh nih, di deket psikologi, rada telat sih tadi"

Dimas pulang berjalan kaki karena kostnya sangat dekat dengan kampus. Sebenarnya kalau menemaniku dia harus memutar agak jauh dari jalan keluar yang menuju ke kostnya, mungkin dia ingin memperlihatkan naluri prianya dengan menemaniku ke tempat parkir yang kurang penerangan itu. Dia adalah teman seangkatanku dan pernah terlibat one night stand denganku. Orangnya sih lumayan cakep dengan rambut agak gondrong dan selalu memakai pakaian bermerek ke kampus, juga terkenal sebagai buaya kampus.

Malam itu hanya tinggal beberapa kendaraan saja di tempat parkir itu. Terdengar bunyi sirine pendek saat kutekan remote mobilku. Akupun membuka pintu mobil dan berpamitan padanya. Ketika aku menutup pintu, tiba-tiba aku dikejutkan oleh Dimas yang membuka pintu sebelah dan ikut masuk ke mobilku.

"Eeii… mau ngapain kamu ?" tanyaku sambil meronta karena Dimas mencoba mendekapku.

"Ayo dong Citra, kita kan sudah lama nggak melakukan hubungan badan nih, saya kangen sama vagina kamu nih" katanya sambil menangkap tanganku.

"Ihh… nggak mau ah, saya capek nih, lagian kita masih di tempat parkir gila !" tolakku sambil berusaha lepas.

Karena kalah tenaga dia makin mendesakku hingga mepet ke pintu mobil dan tangan satunya berhasil meraih payudaraku lalu meremasnya. "Dimas… jangan… nggak mmhhh!" dipotongnya kata-kataku dengan melumat bibirku.

Jantungku berdetak makin kencang, apalagi Dimas menyingkap kaos hitam ketatku yang tak berlengan dan tangannya mulai menelusup ke balik BH- ku. Nafsuku terpancing, berangsur-angsur rontaanku pun melemah. Rangsangannya dengan menjilat dan menggigit pelan bibir bawahku memaksaku membuka mulut sehingga lidahnya langsung menerobos masuk dan menyapu telak rongga mulutku, mau tidak mau lidahku juga ikut bermain dengan lidahnya. Nafasku makin memburu ketika dia menurunkan cup BH ku dan mulai memilin-milin putingku yang kemerahan. Teringat kembali ketika aku ML dengannya di kostnya dulu. Kini aku mulai menerima perlakuannya, tanganku kulingkarkan pada lehernya dan membalas ciumannya dengan penuh gairah. Kira-kira setelah lima menitan kami ber-French kiss, dia melepaskan mulutnya dan mengangkat kakiku dari jok kemudi membuat posisi tubuhku memanjang ke jok sebelah. Hari itu aku memakai bawahan berupa rok dari bahan jeans 5 cm diatas lutut, jadi begitu dia membuka kakiku, langsung terlihat olehnya pahaku yang putih mulus dan celana dalam pink-ku.

"Kamu tambah nafsuin aja Citra, saya sudah tegangan tinggi nih" katanya sambil menaruh tangannya dipahaku dan mulai mengelusnya.

Ketika elusannya sampai di pangkal paha, diremasnya daerah itu dari luar celana dalamku sehingga aku merintih dan menggeliat. Reaksiku membuat Dimas makin bernafsu, jari-jarinya mulai menyusup ke pinggiran celana dalamku dan bergerak seperti ular di permukaannya yang berbulu. Mataku terpedam sambil mendesah nikmat saat jarinya menyentuh klistorisku. Kemudian gigitan pelan pada pahaku, aku membuka mata dan melihatnya menundukkan badan menciumi pahaku. Jilatan itu terus merambat dan semakin jelas tujuannya, pangkal pahaku. Dia makin mendekatkan wajahnya ke sana sambil menaikkan sedikit demi sedikit rokku.

Dan… oohh… rasanya seperti tersengat waktu lidahnya menyentuh bibir vaginaku, tangan kanannya menahan celana dalamku yang disibakkan ke samping sementara tangan kirinya menjelajahi payudaraku yang telah terbuka.

Aku telah lepas kontrol, yang bisa kulakukan hanya mendesah dan menggeliat, lupa bahwa ini tempat yang kurang tepat, goyangan mobil ini pasti terlihat oleh orang di luar sana. Namun nafsu membuat kami terlambat menyadari semuanya. Di tengah gelombang birahi ini, tiba- tiba kami dikejutkan oleh sorotan senter beserta gedoran pada jendela di belakangku. Bukan main terkejutnya aku ketika menengok ke belakang dan melihat dua orang satpam sampai kepalaku kejeduk jendela, begitu juga Dimas, dia langsung tersentak bangun dari selangkanganku. Satu dari mereka menggedor lagi dan menyuruh kami turun dari mobil. Tadinya aku mau kabur, tapi sepertinya sudah tidak keburu, lagian takutnya kalau mereka mengejar dan memanggil yang lain akan semakin terbongkar skandal ini, maka kamipun memilih turun membicarakan masalah ini baik-baik dengan mereka setelah buru-buru kurapikan kembali pakaianku.

Mereka menuduh kami melakukan perbuatan mesum di areal kampus dan harus dilaporkan. Tentu saja kami tidak menginginkan hal itu terjadi sehingga terjadi perdebatan dan tawar-menawar di antara kami. Kemudian yang agak gemuk dan berkumis membisikkan sesuatu pada temannya, entah apa yang dibisikkan lalu keduanya mulai cengengesan melihat ke arahku. Temannya yang tinggi dan berumur 40-an itu lalu berkata,

"Gini saja, bagaimana kalau kita pinjam sebentar cewek kamu buat biaya tutup mulut ?"

Huh, dasar pikirku semua laki-laki sama saja pikirannya tak jauh dari selangkangan. Rupanya dalam hal ini Dimas cukup gentleman juga, walaupun dia bukan pacarku, tapi dia tetap membelaku dengan menawarkan sejumlah uang dan berbicara agak keras pada mereka. Di tengah situasi yang mulai memanas itu akupun maju memegangi tangan Dimas yang sudah terkepal kencang.

"Sudahlah Mas, nggak usah buang-buang duit sama tenaga, biar saya saja yang beresin" kataku

"Ok, bapak-bapak saya turuti kemauan kalian tapi sesudahnya jangan coba ungkit-ungkit lagi masalah ini !"

Walaupun Dimas keberatan dengan keputusanku, namun dia mau tidak mau menyerah juga. Aku sendiri meskipun kesal tapi juga menginginkannya untuk menuntaskan libidoku yang tanggung tadi, lagipula bermain dengan orang-orang seperti mereka bukan pertama kalinya bagiku. Singkat cerita kamipun digiring mereka ke gedung psikologi yang sudah sepi dan gelap, di ujung koridor kami disuruh masuk ke suatu ruangan yang adalah toilet pria. Salah seorang menekan sakelar hingga lampu menyala, cukup bersih juga dibanding toilet pria di fakultas lainnya pikirku.

"Nah, sekarang kamu berdiri di pojok sana, perhatiin baik-baik kita ngerjain cewek kamu !" perintah yang tinggi itu pada Dimas.

Di sudut lain mereka berdiri di sebelah kanan dan kiriku menatapi tubuhku dalam pakaian ketat itu. Sorot mata mereka membuatku nervous dan jantungku berdetak lebih cepat, kakiku serasa lemas bak kehilangan pijakan sehingga aku menyandarkan punggungku ke tembok.

Kini aku dapat melihat nama-nama mereka yang tertera di atas kantong dadanya. Yang tinggi dan berusia sekitar pertengahan 40 itu namanya Egy, dan temannya yang berkumis itu bernama Romli. Pak Egy mengelusi pipiku sambil menyeringai mesum.

"Hehehe… cantik, mulus… wah beruntung banget kita malam ini !" katanya

"Kenalan dulu dong non, namanya siapa sih ?" tanya Pak Romli sambil menyalami tanganku dan membelainya dari telapak hingga pangkalnya, otomatis bulu-buluku merinding dan darahku berdesir dielus seperti itu.

"Citra" jawabku dengan agak bergetar.

"Wah Citra yah, nama yang indah kaya orangnya, pasti dalemnya juga indah" Pak Egy menimpali dan disambut gelak tawa mereka.

"Non Citra coba sun saya dong, boleh kan ?" pinta Pak Romli memajukan wajahnya

Aku tahu itu bukan permintaan tapi keharusan, maka kuberikan satu kecupan pada wajahnya yang tidak tampan itu.

"Ahh…non Citra ini di mobil lebih berani masak di sini cuma ngecup aja sih, gini dong harusnya" Kata Pak Egy seraya menarik wajahku dan melumat bibirku.

Aku memejamkan mata mencoba meresapinya, dia makin ganas menciumiku ditambah lagi tangannya sudah mulai meremas-remas payudaraku dari luar. Lidahnya masuk bertemu lidahku, saling menjilat dan berpilin, bara birahi yang sempat padam kini mulai terbakar lagi, bahkan lebih dahsyat daripada sebelumnya. Aku makin berani dan memeluk Pak Egy, rambutnya kuremas sehingga topi satpamnya terjatuh. Sementara dibawah sana kurasakan sebuah tangan yang kasar meraba pahaku. Aku membuka mata dan melihatnya, disana Pak Romli mulai menyingkap rokku dan merabai pahaku.

Pak Egy melepas ciumannya dan beralih ke sasaran berikutnya, dadaku. Kaos ketatku disingkapnya sehingga terlihatlah buah dadaku yang masih terbungkus BH pink, itupun juga langsung diturunkan.

"Wow teteknya montok banget non, putih lagi" komentarnya sambil meremas payudara kananku yang pas di tangannya.

Pak Romli juga langsung kesengsem dengan payudaraku, dengan gemas dia melumat yang kiri. Mereka kini semakin liar menggerayangiku. Putingku makin mengeras karena terus dipencet-pencet dan dipelintir Pak Egy sambil mencupangi leher jenjangku, dia melakukannya cukup lembut dibandingkan Pak Romli yang memperlakukan payudara kiriku dengan kasar, dia menyedot kuat-kuat dan kadang disertai gigitan sehingga aku sering merintih kalau gigitannya keras. Namun perpaduan antara kasar dan lembut ini justru menimbulkan sensasi yang khas.

Tak kusadari rokku sudah terangkat sehingga angin malam menerpa kulit pahaku, celana dalamku pun tersingkap dengan jelas. Pak Romli menyelipkan tangannya ke balik celana dalamku sehingga celana dalamku kelihatan menggembung. Tangan Pak Egy yang lainnya mengelusi belakang pahaku hingga pantatku. Nafasku makin memburu, aku hanya memejamkan mata dan mengeluarkan desahan-desahan menggoda. Aku merasakan vaginaku semakin basah saja karena gesekan-gesekan dari jari Pak Romli, bahkan suatu ketika aku sempat tersentak pelan ketika dua jarinya menemukan lalu mencubit pelan biji klitorisku. Reaksiku ini membuat mereka semakin bergairah. Pak Romli meraih tangan kiriku dan menuntunnya ke penisnya yang entah kapan dia keluarkan.

"Waw…keras banget, mana diamaternya lebar lagi" kataku dalam hati "bisa mati orgasme nih saya"

Aku mengocoknya perlahan sesuai perintahnya, semakin kukocok benda itu makin membengkak saja.

Pak Romli menarik tangannya keluar dari celana dalamku, jari-jarinya basah oleh cairan vaginaku yang langsung dijilatinya seperti menjilat madu. Kemudian aku disuruh berdiri menghadap tembok dan menunggingkan pantatku pada mereka, kusandarkan kedua tanganku di tembok untuk menyangga tubuhku.

"Asyik nih, malam ini kita bisa ngerasain pantat si non yang putih mulus ini" celoteh Pak Romli sambil meremasi bongkahan pantatku yang sekal.

Aku menoleh ke belakang melihat dia mulai menurunkan celana dalamku, disuruhnya aku mengangkat kaki kiri agar bisa meloloskan celana dalam. Akhirnya pantatku yang sudah telanjang menungging dengan celana dalamku masih menggantung di kaki kanan.

"Pak masukin sekarang dong" pintaku yang sudah tidak sabar marasakan batang-batang besar itu menjejali vaginaku.

"Sabar non, bentar lagi, bapak suka banget nih sama vagina non, wangi sih !" kata Pak Romli yang sedang menjilati vaginaku yang terawat baik.

ak Usep mendorong penisnya pada vaginaku, walaupun sudah becek oleh lendirku dan ludahnya, aku masih merasa nyeri karena penisnya yang tebal tidak sebanding ukurannya dengan liang senggamaku. Aku merintih kesakitan merasakan penishku sambil mengenyot dan meremas payudaraku yang tergantung persis anak sapi yang sedang menyusu dari induknya. Pak Romli terus menggenjotku dari belakang sambil sesekali tangannya menampar pantatku dan meninggalkan bercak merah di kulitnya yang putih. itu melesak hingga amblas seluruhnya. Tanpa memberiku waktu beradaptasi, dia langsung menyodok-nyodokkan penisnya dengan kecepatan yang semakin lama semakin tinggi. Pak Egy sejak posisiku ditunggingkan masih betah berjongkok diantara tembok dan tubu Genjotannya semakin mambawaku ke puncak birahi hingga akupun tak dapat menahan erangan panjang yang bersamaan dengan mengejangnya tubuhku.

Tak sampai lima menit dia pun mulai menyusul, penisnya yang terasa makin besar dan berdenyut-denyut menggesek makin cepat pada vaginaku yang sudah licin oleh cairan orgasme.

"Ooohh… oohh… di dalam yah non… sudah mau nih" bujuknya dengan terus mendesah "Ahh… iyahh… di dalam aja… ahh" jawabku terengah-engah di tengah sisa-sisa orgasme panjang barusan.

Akhirnya diiringi erangan nikmat dia hentikan genjotannya dengan penis menancap hingga pangkalnya pada vaginaku, tangannya meremas erat-erat pinggulku. Terasa olehku cairan hangat itu mengalir memenuhi rahimku, dia baru melepaskannya setelah semprotannya selesai. Tubuhku mungkin sudah ambruk kalau saja mereka tidak menyangganya kuhimpun kembali tenaga dan nafasku yang tercerai-berai. Setelah mereka melepaskan pegangannya, aku langsung bersandar pada tembok dan merosot hingga terduduk di lantai. Kuseka dahiku yang berkeringat dan menghimpun kembali tenaga dan nafasku yang tercerai- berai, kedua pahaku mengangkang dan vaginaku belepotan cairan putih seperti susu kental manis.

"Hehehe…liat nih, air sperma saya ada di dalam vagina wanita kamu" kata Pak Romli pada Dimas sambil membentangkan bibir vaginaku dengan jarinya, seolah ingin memamerkan cairan spermanya pada Dimas yang mereka kira pacarku.

Opps…omong-omong tentang Dimas, aku hampir saja melupakannya karena terlalu sibuk melayani kedua satpam ini, ternyata sejak tadi dia menikmati liveshow ini di sudut ruangan sambil mengocok-ngocok penisnya sendiri. Kasihan juga dia pikirku cuma bisa melihat tapi tidak boleh menikmati, dasar buaya sih, begitu pikirku. Sekarang, Pak Romli menarik rambutku dan menyuruhku berlutut dan membersihkan penisnya, Pak Egy yang sudah membuka celananya juga berdiri di sebelahku menyuruhku mengocok penisnya.

Hhmmm…nikmat sekali rasanya menjilati penisnya yang berlumuran cairan kewanitaanku yang bercampur dengan sperma itu, kusapukan lidahku ke seluruh permukaannya hingga bersih mengkilap, setelah itu juga kuemut-emut daerah helmnya sambil tetap mengocok milik Pak Egy dengan tanganku. Aku melirik ke atas melihat reaksinya yang menggeram nikmat waktu kugelikitik lubang kencingnya dengan lidahku.

"Hei, sudah dong saya juga mau disepongin sama si non ini" potong Pak Egy ketika aku masih asyik memain-mainkan penis Pak Romli.

Pak Egy meraih kepalaku dan dibawanya ke penisnya yang langsung dijejali ke mulutku. Miliknya memang tidak sebesar Pak Romli, tapi aku suka dengan bentuknya lebih berurat dan lebih keras, ukurannya pun pas dimulutku yang mungil karena tidak setebal Pak Romli, tapi tetap saja tidak bisa masuk seluruhnya ke mulut karena cukup panjang. Aku mengeluarkan segala teknik menyepongku mulai dari mengulumnya hingga mengisap kuat-kuat sampai orangnya bergetar hebat dan menekan kepalaku lebih dalam lagi. Waktu sedang enak-enak menyepong, tiba- tiba Dimas mengerang, memancingku menggerakkan mata padanya yang sedang orgasme swalayan, spermanya muncrat berceceran di lantai. Pasti dia sudah horny banget melihat adegan-adegan panasku.

Merasa cukup dengan pelayanan mulutku, Pak Egy mengangkat tubuhku hingga berdiri, lalu dihimpitnya tubuhku ke tembok dengan tubuhnya, kaki kananku diangkat sampai ke pinggangnya. Dari bawah aku merasakan penisnya melesak ke dalamku, maka mulailah dia mengaduk-aduk vaginaku dalam posisi berdiri. Berulang-ulang benda itu keluar-masuk pada vaginaku, yang paling kusuka adalah saat-saat ketika hentakan tubuh kami berlawanan arah, sehingga penisnya menghujam vaginaku lebih dalam, apalagi kalau dengan tenaga penuh, kalau sudah begitu wuihh… seperti terbang ke surga tingkat tujuh rasanya, aku hanya bisa mengekspresikannya dengan menjerit sejadi-jadinya dan mempererat pelukanku, untung gedung ini sudah kosong, kalau tidak bisa berabe nih. Sementara mulutnya terus melumat leher, mulut, dan telingaku, tanganya juga menjelajahi payudara, pantat, dan pahaku. Gelombang orgasme kini mulai melandaku lagi, terasa sekali darahku bergolak, akupun kembali menggelinjang dalam pelukannya. Saat itu dia sedang melumat bibirku sehingga yang keluar dari mulutku hanya erangan- erangan tertahan, air ludah belepotan di sekitar mulut kami. Di sudut lain aku melihat Pak Romli sedang beristirahat sambil merokok dan mengobrol dengan Dimas.

Pak Egy demikian bersemangatnya menyetubuhiku, bahkan ketika aku orgasmepun dia bukannya berhenti atau paling tidak memberiku istirahat tapi malah makin kencang. Kakiku yang satu diangkatnya sehingga aku tidak lagi berpijak di tanah disangga kedua tangan kekar itu. Tusukan-tusukannya terasa makin dalam saja membuat tubuhku makin tertekan ke tembok. Sungguh kagum aku dibuatnya karena dia masih mampu menggenjotku selama hampir setengah jam bahkan dengan intensitas genjotan yang stabil dan belum menunjukkan tanda-tanda akan klimaks. Sesaat kemudian dia menghentikan genjotannya, dengan penis tetap menancap di vaginaku, dia bawa tubuhku yang masih digendongnya ke arah kloset. Disana barulah dia turunkan aku, lalu dia sendiri duduk di atas tutup kloset.

"Huh…capek non, ayo sekarang gantian non yang goyang dong" perintahnya

Akupun dengan senang hati menurutinya, dalam posisi seperti ini aku dapat lebih mendominasi permainan dengan goyangan-goyangan mautku. Tanpa disuruh lagi aku menurunkan pantatku di pangkuannya, kuraih penis yang sudah licin itu dan kutuntun memasuki vaginaku. Setelah menduduki penisnya, aku terlebih dahulu melepaskan baju dan bra-ku yang masih menggantung supaya lebih lega, soalnya badanku sudah panas dan bemandikan keringat, yang masih tersisa di tubuhku hanya rokku yang sudah tersingkap hingga pinggang dan sepasang sepatu hak di kakiku. Aku menggoyangkan tubuhku dengan gencar dengan gerakan naik- turun, sesekali aku melakukan gerakan meliuk sehingga Pak Egy mengerang karena penisnya terasa diplintir. Kedua tangannya meremasi payudaraku dari belakang, mulutnya juga aktif mencupangi pundak dan leherku.

Tiba-tiba aku dikejutkan oleh tangan besar yang menjambak rambutku dan mendongakkan wajahku ke atas. Dari atas wajah Pak Romli mendekat dan langsung melumat bibirku. Dimas yang sudah tidah bercelana juga mendekatiku, sepertinya dia sudah mendapat ijin untuk bergabung, dia menarik tanganku dan menggenggamkannya pada batang penisnya.

"Mmpphh… mmmhh !" desahku ditengah keroyokan ketiga orang itu. Toilet yang sempit itu menjadi penuh sesak sehingga udara terasa makin panas dan pengap.

"Ayo dong Citra… emut, sepongan kamu kan mantep banget"

Dimas menyodorkan penisnya kemulutku yang langsung kusambut dengan kuluman dan jilatanku, aku merasakan aroma sperma pada benda itu, lidahku terus menjelajah ke kepala penisnya dimana masih tersisa sedikit cairan itu, kupakai ujung lidah untuk menyeruput cairan yang tertinggal di lubang kencingnya. Ini tentu saja membuat Dimas blingsatan sambil meremas-remas rambutku. Aku melakukannya sambil terus bergoyang di pangkuan Pak Egy dan mengocok penisnya Pak Romli, sibuk sekali aku dibuatnya.

Sesaat kemudian penisnya makin membesar dan berdenyuk-denyut, lalu dia menepuk punggungku dan menyuruhku turun dari pangkuannya. Benar juga dugaanku, ternyata dia ingin melepaskan maninya di mulutku. Sekarang dengan posisi berlutut aku memainkan lidahku pada penisnya, dia mulai merem-melek dan menggumam tak jelas. Seseorang menarik pinggangku dari belakang membuat posisiku merangkak, aku tidak tahu siapa karena kepalaku dipegangi Pak Egy sehingga tidak bisa menengok belakang. Orang itu mendorongkan penisnya ke vaginaku dan mulai menggoyangnya perlahan. Kalau dirasakan dari ukurannya sih sepertinya si Dimas karena yang ini ukurannya pas dan tidak menyesakkan seperti milik Pak Romli. Ketika sedang enak-enaknya menikmati genjotan Dimas penis di mulutku mulai bergetar

"Aahhkk… saya mau keluar… non"

Pak Egy kelabakan sambil menjambaki rambutku dan creett…creett, beberapa kali semprotan menerpa menerpa langit-langit mulutku, sebagian masuk ke tenggorokan, sebagian lainnya meleleh di pinggir bibirku karena banyaknya sehingga aku tak sanggup menampungnya lagi.

Aku terus menghisapnya kuat-kuat membuatnya berkelejotan dan mendesah tak karuan, sesudah semprotannya berhenti aku melepaskannya dan menjilati cairan yang masih tersisa di batangnya. Dengan klimaksnya Pak Egy, aku bisa lebih berkonsentrasi pada serangan Dimas yang semakin mengganas. Tangannya merayap ke bawah menggerayangi payudaraku. Dimas sangat pandai mengkombinasikan serangan halus dan keras, sehingga aku dibuatnya melayang-layang. Gelombang orgasme sudah diambang batas, aku merasa sudah mau sampai, namun Dimas menyuruhku bertahan sebentar agar bisa keluar bersama. Sampai akhirnya dia meremas pantatku erat-erat dan memberitahuku akan segera keluar, perasaan yang kutahan-tahan itu pun kucurahkan juga. Kami orgasme bersamaan dan dia menumpahkannya di dalamku. Vaginaku serasa banjir oleh cairannya yang hangat dan kental itu, sperma yang tidak tertampung meleleh keluar di daerah selangakanganku.

Aku langsung terkulai lemas di lantai dengan tubuh bersimbah peluh, untung lantainya kering sehingga tidak begitu jorok untuk berbaring di sana. Vaginaku rasanya panas sekali setelah bergesekan selama itu, dengan 3 macam penis lagi. Lututku juga terasa pegal karena dari tadi bertumpu di lantai. Setelah merasa cukup tenaga, aku berusaha bangkit dibantu Dimas. Dengan langkah gontai aku menuju wastafel untuk membasuh wajahku, lalu kuambil sisir dari tasku untuk membetulkan rambutku yang sudah kusut. Aku memunguti pakaianku yang berserakan dan memakainya kembali. Kami bersiap meninggalkan tempat itu.

"Lain kali kalau melakukan hubungan badan hati-hati, kalau ketangkap kan harus bagi-bagi" begitu kata Pak Egy sebagai salam perpisahan disertai tepukan pada pantatku.

"Citra… Citra… sori dong, kamu marah ya !" kata Dimas yang mengikutiku dari belakang dalam perjalananku menuju tempat parkir.

Dengan cueknya aku terus berjalan dan menepis tangannya ketika menangkap lenganku, dia jadi tambah bingung dan memohon terus. Setelah membuka pintu mobil barulah aku membalikkan badanku dan memberi sebuah kecupan di pipinya seraya berkata

"Saya nggak marah kok, malah enjoy banget, lain kali kita coba yang lebih gila yah, see you, good night"

Dimas hanya bisa terbengong di tengah lapangan parkir itu menyaksikan mobilku yang makin menjauh darinya.

TAMAT

Cerita Seks Fantasi Liarku Akhirnya Tercapai

Posted: 09 Dec 2014 08:33 PM PST

ak8

 

Aku memiliki fantasi seks yang tidak bisaa dan bisa dikatakan agak menyimpang. Berhubungan seks di tempat umum dengan orang yang asing dan belum dikenal dan dalam posisi terikat. Tapi itu hanya sebatas fantasiku saja dan aku juga tak terbayangkan untuk melakukannya.

Sampai akhirnya aku bertemu secara tidak sengaja dengan Andre. Aku kenal dengan Andre di sebuah situs jejaring sosial Facebook. Awalnya kami hanya sebatas ngobrol, berbagi cerita dan pengalaman sampai akhirnya aku bercerita bahwa aku memiliki fantasi yang cukup aneh, dan uniknya lagi dia bersedia untuk mewujudkan fantasiku itu.

Sebelumnya perkenalkan dulu,namaku Sandra. Dengan ukuran dada 34B dan tinggi 165 cm dan wajah yang lumayan cantik dan body yang aduhai wajar bila semua orang pasti senang melihatku.

Kemudian kami bersepakat untuk bertemu. Sekitar setengah jam aku menunggu akhirnya Andre datang juga. Kemudian kami ngobrol di kafe yang letaknya tidak jauh dari rumahku.

"wah body kamu ternyata oke juga lho!",goda Andre saat pertama kali bertemu
"ah bisaa aja deh",jawabku malu-malu.
"udah nunggu lama ya?"
"gak juga kok,baru setengah jam?",jawabku
"gimana udah siap mewujudkan fantasimu?",Tanya Andre
"eh gimana ya?, ya siap gak siap sih. Deg-degan tapi juga penasaran".
"Trus?" sanggah Andre dengan wajah yang agak kecewa
"Oke deh boleh juga di coba", aku mengiyakan
"kalau gitu kita ke rumahku dulu ya, buat persiapan biar tambah oke acaranya",ajak Andre.

Kemudian kami bergegas menuju rumah Andre yang berjarak sekitar 2 kilometer dari kafe dimana tadi kami bertemu. Sesampai di rumah Andre, aku agak terheran-heran karena rumah Andre lebih mirip Museum kuno. Lalu aku diajak masuk ke dalam rumahnya.

"untuk terakhir kalinya aku bertanya sama kamu, udah siap dengan segala resikonya?", Andre meyakinkanku.
"Iya aku sudah siap banget".

Sebelum kami menuju tempat yang akan dijadikan tempat "pengorbananku". Aku diminta Andre untuk melepas bajuku, kemudian Andre mengikat tubuhku dengan tali. Tidak Setelah selesai mengikat badanku kembali dia memakaikan bajuku. Kali ini aku memakai baju tanktop warna putih dan memakai celana yang cukup pendek. Untuk menjaga keamanan dari hal yang tidak diinginkan, Andre menutup mataku dengan kain hitam agar aku tidak mengetahui lokasi tempat "pengorbananku".

Kemudian aku dibawa ke tempat "pengorbananku". Rupanya Andre membawaku ke bioskop. Setelah masuk ke dalam ikatan mataku dibuka lalu kami memilih kursi yang berada di tengah. Kemudian Andre mulai mencium bibirku sambil membuka bajuku. Aku sudah merasa terangsang dan desahan akhirnya keluar dari mulutku. Dan sudah bisa ditebak pengunjung yang berada di depanku langsung melihat kami. Kemudian Andre meremas payudaraku. Dan kali ini vaginaku yang jadi sasaran rabaan Andre, dan hanya desahan yang bisa keluar dari mulutku.

Lalu Andre menyuruhku berdiri dan kemudian baju dan celanaku dilepas. Akhirnya aku sudah telanjang bulat. Kemudian Andre menyuruhku untuk berjalan di dalam bioskop itu. Bak seorang peragawati aku berjalan, dan hal itu tentu saja menjadi perhatian pengunjung yang lain.

Dan Andre kemudian menarik rambutku untuk terlentang dilantai. Dengan posisi kaki yang terbuka, praktis vaginaku menjadi tontonan para pengunjung.

"Tolong puaskan aku",seruku kepada pengunjung yang lain.

Tak henti-hentinya Andre terus mempermainkan vaginaku yang sudah mulai agak basah. Kemudian Andre menuntunku ke seorang penonton laki-laki. Lalu tanpa disuruh penonton itu langsung meraba vaginaku. Tak hanya meraba, jarinya bahkan dimasukkan ke dalam liang vaginaku. Sekitar lima menit kemudian aku pindah ke penonton yang lain. Dan kali ini penontonnya adalah perempuan. Dengan ragu-ragu tangannya diarahkan ke vaginaku, tapi akhirnya dia meraba juga.

Kamudian aku jongkok di depan wanita itu, tiba-tiba wanita itu langsung melumat bibirku tanpa ampun. Dan dengan refleks aku langsung mengimbangi ciuman wanita itu. Hal ini menjadi pengalaman pertamaku saat harus berciuman dengan wanita yang sama sekali tidak aku kenal.

Belum selesai aku berciuman dengan wanita itu Andre kembali menarikku ke tempat lain. Awalnya aku tidak ingin mengakhiri ciuman itu, tapi karena Andre menarikku terpaksa aku menurutinya.

Di antara penonton bahkan ada yang sudah mengeluarkan penisnya. Kemudian Andre membawaku ke penonton itu dan aku disuruh untuk mengulum penis pria itu. Dengan posisi membungkuk aku mengulum penis laki-laki itu karena tanganku memang terikat. Aku terus mengulumnya dan dari belakang Andre memukul pantatku dengan tangannya. Itu berlangsung sekitar lima menit.

Lalu aku ditarik Andre sampai posisi bersimpuh dan kembali aku disuruh untuk mengulum penis laki-laki itu. Ingin muntah rasanya, karena penis itu keluar masuk mulutku sampai rasanya menyentuh tenggorokan.

"Bagaimana,kamu senang?," Tanya Andre
"iya aku sangat senang sekarang".
"Mau lagi?"
"iya tolong teruskan"

Sekitar sepuluh menit aku terus mengulum penis laki-laki itu dan sesekali penis laki-laki itu dipukulkan ke wajahku. Tidak lama kemudian laki-laki itu orgasme dan sperma disemburkan ke wajahku.

Lalu aku ditarik ke pengunjung lain yang rupanya sedari tadi sudah mengocok sendiri penisnya. Kembali aku mengocoknya dengan posisi membungkuk. Tiba-tiba dari belakang ada yang memegang payudaraku dan langsung memasukkan penisnya ke vaginaku. Terus aku mengulum penis dan vaginaku juga dikocok tanpa henti, dan crot akhirnya sperma laki-laki itu keluar dan membanjiri vaginaku.

Kembali dengan posisi bersimpuh aku terus mengulum penis beberapa penis pengunjung yang lain. Kira-kira sudah sekitar 4 orang yang penisnya aku kulum. Dan semuanya memuntahkan lahar panasnya ke wajahkku.

Andre kemudian menarikku ke depan bioskop dan menidurkanku di lantai yang posisinya agak tinggi. Kemudian putingku dijepit dengan jepitan baju yang dibawa dari rumah tadi. Kembali Vaginaku dimasuki penis yang kali ini ukurannya cukup besar. Dia terus mengocokku tanpa ampun. Sesekali payudaraku juga dipukul, dan itu menciptakan sensasi yang luar bisa.

Dan akhirnya datang juga orgasmeku untuk yang pertama kali. Dan kembali Andre menarikku dan kini aku berjalan dengan menggunakan lulut.

Kini di depanku ada seorang laki-laki paruh baya yang sedari tadi sudah mengocok penisnya dan aku kini mengulum penis laki-laki itu dan dari belakang kembali seorang laki-laki negro memasukkan penisnya ke vaginaku dan mengocok tiada ampun. Aku terus mengulum penis di depanku tanpa memperhatikan entah sudah berapa orang yang sudah mengocok vaginaku.

Setelah hampir semua orang mengocok vaginaku kini datang Andre dengan membawa sebuah alat yang mirip dildo vibarator dan alat yang dialiri listrik dengan daya kecil. Secara bergantiaan dildo vibarator dan alat itu dimainkan divaginaku. Secara langsung tubuhku mengejang merasakan sensasi yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

Setelah itu Andre melepas semua ikatan di tubuhku. Tapi rupanya setelah ikatanku dilepaskan bukan berarti "penderitaanku" berakhir.

Andre lalu mengambil sebuah benda yang cukup aneh, rupanya alat itu adalah pasung tangan. Dengan tiga lubang di pasung itu, yang tengah dilekatkan dileherku dan kanan kirinya berukuran pas dengan pergelangan tanganku. Lalu pasug itu dipasang gembok. Kemudian kedua putingku dipasang sebuah penjepit yang tersabung dengan rantai kecil.

Lalu aku diajak ke toilet yang letaknya tidak jauh dari bisakop itu dan semua pengunjung mengikuti kami. Sesampainya di toilet, Andre kemudian memasang belenggung di kakiku.Kini lengkaplah sudah "penderitaanku". Kami dan tangan dalam kondisi terbelenggu, lalu aku jongkok dan ternyata pada dinding sebelah kanan terdapat sebuah lubang yang cukup besar.

Dari lubang itu muncul penis yang berukuran cukup panjang dan besar. Tanpa ragu-ragu aku segera mengulumnya. Rasanya mulutku seperti tidak cukup untuk menampung semua penis itu. Penis itu rasanya masuk sampai menekan ke dalam tenggorokanku. Dan aku terus menikmati menu yang ada di depanku tanpa henti.

Kemudian Andre memasukkan vibrator kecil ke vaginaku dan menyalakannya. Dan tentu saja kini aku dalam kondisi yang sangat menegangkan, aku semakin mempercepat kulumanku dan vibrator itu terus saja bergetar, seakan berlomba untuk membuatku orgasme untuk yang kedua kalinya. Tapi aku mencoba untuk menahan selama mungkin untuk tidak orgasme dulu. Semakin aku mecoba menahan semakin rasa orgasme datang. Akhirnya aku menyerah juga, orgasme datang dengan sangat hebatnya. Cairan orgasmeku membanjiri lantai toilet itu.

Di lubang yang sama muncul penis yang baru dan membuatku ingin mencobanya. Aku berdiri dan dengan posisi membelakangi penis itu pelan-pelan aku memasukkannya ke vaginaku dan pelan-pelan mengocoknya. Semakin lama semakin cepat goyanganku yang membuat aku semakin membara. Dan sekali lagi datang orgasmeku dengan sensasi yang luar bisaa.

Wow sungguh pengalaman yang baru pertama kali kualami dan ingin sekali untuk mengulanginya lagi. Namun dengan orang dan lokasi yang berbeda. Dan Andre juga berjanji untuk selalu mewujudkan fantasi liarku itu.

Cerita Seks Dewi, Budak Nafsu Sugito dan Parmin

Posted: 09 Dec 2014 08:29 PM PST

333

Obrakabrik.com - Malam itu Dewi sendirian menonton TV diruangan keluarga, suaminya belum kembali dari tugas luarkotanya, sementara Doni sedang pergi kerumah temannya, malam ini Dewi mengenakan daster 1 tali berwarna pink dengan belahan berbentuk V dibagian dadanya sehingga belahan payudaranya putih mulus terlihat dengan jelas, kedua putingnya terbayang dengan jelas dari balik dasternya, sementara bayangan hitam di selangkangannya terlihat dengan jelas dari balik dasternya yang berbahan satin dan agak tipis itu.

Sayup-sayup Dewi mendengar suara ketukan dipintu rumahnya, dengan sedikit malas Dewi beranjak dari tempat duduknya menuju kepintu depan untuk melihat siapa yang datang, sesampainya di depan pintu Dewi membuka kunci pintu dan membukanya, ternyata Sugito (Baca: Dewi – Sugito Satpam Perumahannya) dan temannya yang datang.

"Ada apa, pak Sugi?" Dewi bertanya maksud kedatangan Sugito.

"Ini, Bu, maaf kalau kedatangan kami mengganggu waktu istirahat ibu," Sugito memohon maaf atas kedatangannya malam-malam.

"Ini, teman saya Parmin sedang ada sedikit masalah dengan keuangan, siapa tahu ibu bisa membantunya," lanjut Sugito menjelaskan kedatangannya.

"Oh, untuk apa dan berapa banyak, " Dewi bertanya kembali

"Gak banyak kok, Bu, si Parmin ini butuh 500ribu untuk ngongkosin istrinya pulang kampong karena orang tua istrinya sakit, " Sugito kembali menjelaskan

"Oh, kalau segitu sich ada, ayo masuk dulu pak, saya ambilkan uangnya" Dewi berkata kepada mereka.

Sementara Dewi masuk kedalam kamarnya untuk mengambil uang, Sugito dan Parminpun masuk kedalam rumah Dewi, merekapun duduk diruang tamu menunggu Dewi kembali.

Tak lama berselang Dewi kembali dari dalam, lembaran uang terlihat digenggaman tangannya.

"Ini pak uangnya, mudah-mudahan cukup untuk ongkos istri bapak," Dewi berkata kepada Parmin sambil menyerahkan uangnya.

"Terima kasih banyak, bu, atas bantuannya," kata Parmin.

"Sama-sama, Pak," kata Dewi.

"Oh iya Bu Dewi, ada satu lagi, saya hampir lupa menyampaikannya," Sugito berkata kepada Dewi.

"Apa tuch, pak Sugi," Dewi bertanya kepada Sugito.

Bukan menjawab pertanyaan Dewi tapi malahan Sugito tersenyum dengan penuh arti, tingkahnya ini membuat Dewi menjadi bingung.

"Ini pak Sugi, ditanya malah tersenyum," Dewi mengomel melihat tingkah Sugito.

Dengan senyuman yang tetap tersungging di wajahnya, Sugito menghampiri Dewi yang sedang berdiri didekat Parmin, kemudian dengan gerakan yang cepat tubuh Dewi dipeluknya dan mulutnya memagut bibir Dewi yang saat itu terbuka karena terperangah atas tindakan Sugito, sementara itu Parmin tanpa perlu diperintah langsung menutup pintu depan rumah Dewi dan menguncinya, setelah itu iapun ikut memeluk tubuh Dewi dari arah belakang.

Dewi betul-betul terkejut mendapat serangan seperti ini dari mereka berdua, apalagi tidak pernah terbersit dalam pikirannya bahwa kedua orang ini akan menyerang dia.

"Hmmmhhhh….hmmhhhh…." Dewi menggumam sambil berusaha berontak dari sekapan Sugito dan Parmin, tapi apa daya tenaga Dewi tidak dapat menandingi kedua orang ini, Dewipun tidak dapat berteriak karena mulutnya sedang dilumat oleh mulut Sugito.

"Sssstttt….tenang Bu, jangan berteriak, kita akan buat ibu merasakan surga dunia," Parmin berbisik ditelinga Dewi.

"Hmmhhhh…hmmmhhh…," Dewi tetap meronta-ronta sambil bergumam.

"Sssttt….gak usah takut Bu, bukannya kemaren ini malah ibu yang minta dipuasin ama siGito," kembali Parmin berbisik ditelinga Dewi.

"Sekarang ini bukan hanya si Gito yang bakalan muasin ibu, tapi saya juga akan muasin ibu, dijamin pasti ibu ketagihan nantinya, " lanjut Parmin sambil kedua tangannya mulai beraksi, tangan kirinya mulai meremas kedua belah payudara Dewi, sementara tangan kanannya mulai meluncur kebawah keselangkangan Dewi dan mulai mengelus-ngelus lembah kenikmatan Dewi.

Sementara Parmin asyik bergerilya ditubuh Dewi, Sugito asyik mencumbu Dewi, serangan kedua orang ini akhirnya membuat pertahanan Dewi runtuh, rontaan-rontaannya berhenti, pagutan Sugito sekarang dibalasnya dengan penuh nafsu, gumamannya berubah menjadi desahan-desahan.

"Nah, gitu Bu, kita jamin kok, ibu bakalan ketagihan sama kita berdua," Parmin berbisik lagi, sambil menjilati telinga Dewi, sementara kedua tangannya semakin menjadi-jadi beraksi ditubuh Dewi.

Kedua tangan Sugito mulai beraksi di tali daster Dewi, diturunkannya kedua tali daster Dewi dari bahu Dewi perlahan-lahan menuruni kedua tangan Dewi, Kedua bukit kembar Dewi perlahan-lahan mulai terlihat oleh mata Sugito, aksi Sugito ditingkahi oleh Parmin dengan memegangi pundak Dewi yang sudah telanjang dan menciuminya, membuat Dewi menggelinjang kegelian karena merasakan kumis Parmin bergesekan dengan kulit pundaknya, Sugito terus menurunkan tali daster itu sampai terlepas dari tangan Dewi sehingga membuat tubuh bagian atas Dewi terpampang dengan jelas, tidak berhenti sampai disitu saja, daster yang sudah setengah jalan itu dia turunkan terus sehingga kekaki Dewi, sehingga lembah kenikmatan Dewi yang tertutupi oleh semak-semak hitam terlihat dengan jelas oleh Sugito.

Sugito dengan penuh nafsu mulai menciumi, menjilati dan menghisap-hisap lubang kenikmatan Dewi, slrrpppp…sslrpppp…..terdengar bunyi hisapan-hisapan Sugito di kemaluan Dewi, ditimpali oleh desahan-desahan Dewi, tubuh Dewi semakin menggelinjang mendapat serangan atas-bawah dari kedua orang ini.

"Ooohhhh…..sssshhhhh…aaagghhhh……" lenguhan dan desahan keluar dari mulut Dewi….

"Hmmmmhhh…ssllrrppp…enaaakkk..memek bu Dewi nich, harum…," gumam Sugito sambil asyik menjilati dan menghisap-hisap memek Dewi.

"Tubuhnya juga harum, dan ini toketnya…hhhmmmm…ranum betul….," Parmin ikut mengomentari, sambil kedua tangannya asyik meremas-remas toket Dewi, sementara mulutnya bergerilya menciumi telinga, tengkuk, dan leher Dewi…

Sementara itu Sugito semakin menggila dengan perbuatannya, bukan saja mulutnya yang beraksi tapi sekarang jari-jari tangannya mulai beraksi dilubang kemaluan Dewi, pertama hanya jari tengahnya saja yang Sugito masukkan kedalam lubang kemaluan Dewi dan dikocok-kocokannya, lama-lama jari telunjuknyapun ikut keluar masuk di memek Dewi, membuat memek Dewi semakin basah oleh cairan kenikmatannya, desahan dan lenguhan Dewi semakin menjadi-jadi, gelinjangan tubuh Dewipun menggila, kelihatannya Dewi akan segera mencapai puncak kenikmatannya, terlihat kedua tangan Dewi meremas-remas kepala Sugito, sementara kepala Dewi bergerak liar kekanan dan kekiri, pantatnya kadang-kadang ditekan kebawah menyambut sodokan-sodokan jari tangan Sugito, merasakan gerakan tubuh Dewi yang semakin tak beraturan Parmin mengalihkan ciuman-ciumannya ke payudara Dewi, kedua payudara dan puting susunya bergantian dihisap dan dijilati oleh Parmin, tangan kirinya memeluk punggung Dewi sementara tangan kanannya bergantian meremas-remas payudara Dewi.

"Ooogghhhh…..aaaagghhhhh…aaakhhuuu…gaakkk..tahan laagiiii….,,oohhh…aku keluaarr… sssshhhh aaaacchhh," Dewi melenguh dan mendesah saat mencapai puncak kenikmatannya.

Ssseerrrr……ssseeeerr…..lahar kenikmatan Dewi menyembur dari lubang senggamanya…Sugito merasakan hangatnya cairan kenikmatan Dewi, tanpa segan-segan Sugito menghisapnya dalam-dalam…semua cairan kenikmatan Dewi tertelan oleh Sugito…tubuh Dewi mengejang menikmati pencapaian puncak kenikmatannya ini.

Setelah ombak kenikmatannya mereda, Dewi mengajak Sugito dan Parmin untuk meneruskan aksi mereka diruang tidurnya, sesampainya ditempat tidur Dewi berduduk dipinggir tempat tidur dan menyuruh kedua orang itu untuk membuka pakaian yang mereka kenakan, Dewi terperangah saat melihat tubuh telanjang Parmin, kontol Parmin ternyata lebih besar dari punya Sugito sementara panjangnya hanya lebih panjang sedikit dari punya Sugito.

Melihat kontol Parmin yang sudah ngaceng tanpa sabar lagi Dewi segera meraih kontol Parmin itu dan mulai menciumi, menjilati dan mengulum-ngulumnya, lenguhan dan desahan Parmin bersahutan dengan decakan mulut Dewi yang sedang asyik bermain dikontolnya.

Melihat Dewi mulai beraksi dengan kontol Parmin, Sugito tidak mau membuang waktu lagi, didorongnya tubuh Dewi sehingga Dewi terlentang diatas tempat tidur, sambil merebahkan tubuhnya diatas ranjang Dewi tidak mau melepaskan pegangan dan kulumannya di kontol Parmin, sehingga membuat Parmin sedikit kelabakan mengikuti tarikan tangan Dewi di kontolnya, dengan bertumpu diatas kedua lututnya Parmin bersujud disamping kepala Dewi, sementara tangannya mengangkat kepala Dewi dan menahan posisi kepala Dewi sehingga Dewi dengan leluasa bermain dikontolnya.

Sugitopun segera beraksi dengan mengangkangkan kaki Dewi, diselipkannya kepala kontolnya dibelahan bibir kemaluan Dewi, slleeeppp….dengan perlahan-lahan Sugito mulai menekan kontolnya, kontol Sugito mulai merangsek masuk kedalam lubang kemaluan Dewi…. Bleeessss…..ssrrrttttt….blleeesss….sssrtttt…..akhi rnya kontol Sugito terbenam seluruhnya didalam lubang kenikmatan Dewi.

Saat lesakan kontol Sugito di dalam lubang kemaluannya Dewi merasakan kenikmatan yang sangat, lenguhannya terdengar ditengah-tengah suara kulumannya dikontol Parmin, sementara matanya merem-melek merasakan kenikmatan gesekan kontol Sugito dimemeknya.

"ssllruppp…hhhmmmhhh…aaaagghhhh…..sssshhsss…sssllr rpppp….ooohhh….hhhmmmm," Dewi melenguh saat merasakan kontol Sugito mulai menerobos lubang kenikmatannya sambil mengulum-ngulum kontol Parmin.

Sugito mulai memaju-mundurkan kontolnya, ssssrrrttt….bleeesss…..sssrttttt….bleeesssss… kontol Sugito mulai keluar masuk di memek Dewi, Sugito bergerak dengan perlahan-lahan ia ingin betul-betul merasakan geseran dinding vagina Dewi di batang kontolnya, lama-lama ritme gerakannya mulai meningkat, seiring dengan memuncaknya nafsu birahi Sugito.

Biarpun kali ini untuk kedua kalinya Sugito merasakan jepitan memek Dewi dikontolnya, tapi Sugito merasakan memek Dewi betul-betul sempit, sempitnya lubang kenikmatan Dewi membuat Sugito merem-melek, lenguhan dan dengusan terdengar dari mulutnya, bersahutan dengan lenguhan dan desahan Dewi dan Parmin yang juga sedang sama-sama menikmati persetubuhan ini, sementara Dewi betul-betul merasakan kenikmatan senggama yang baru.

Baru sekali ini Dewi merasakan mulut dan memeknya penuh dengan kontol secara berbarengan, tak lama berselang saat Dewi sedang asyik-asyiknya merasakan kedua kontol itu keluar masuk di mulut dan di memeknya, Sugito menghentikan gerakannya dan mencabut keluar kontolnya, kemudian Dewi melihat Sugito merangkak keatas tempat tidur lalu duduk bersandar disandaran tempat tidur lalu Sugitopun mengangkangkan kakinya.

"Aku udah mau keluar…tapi aku ingin ibu memuaskan kontolku dengan mulut ibu, Min, giliranmu sekarang menggenjot memek ibu tuch," kata Sugito sesaat setelah ia duduk bersandar.

Mendengar itu Parmin menarik kontolnya yang sedang berada digenggaman tangan dan dikuluman mulut Dewi, Parmin menarik bangun Dewi dan menyuruh Dewi untuk merangkak, dan Parmin mengarahkan kepala Dewi tepat berhadapan dengan kontol Sugito, ditekannya kepala Dewi sehingga kepala kontol Sugito bersentuhan dengan mulut Dewi, Dewi mengerti keinginan mereka, kemudian Dewi mulai membuka mulutnya dan mulai mengulum-ngulum kontol Sugito, Sugito mulai mengerang-ngerang merasakan hisapan dan kuluman mulut Dewi dikontolnya, sementara itu Parmin mulai beralih kebelakang Dewi dan mulai mengarahkan kontolnya kelubang memek Dewi, diselipkannya kepala kontolnya di bibir vagina Dewi, dan perlahan-lahan Parmin mulai mendorong masuk kontolnya.

Sleeepppp….bleessss…. kontol Parmin yang lebih besar ukurannya dari punyanya Sugito mulai menerobos masuk kedalam lubang vagina Dewi.

"Uuggghhhh…..peelaaannn….hhmmmhhh…ssshhhh…ssssllrr rpppp..," Dewi melenguh saat kontol Parmin mulai melesak masuk, ia merasakan memeknya seperti robek saat kontol Parmin mulai melesak masuk itu.

Mendengar itu Parmin mendiamkan gerakannya, ia memberikan kesempatan kepada lubang vagina Dewi untuk beradaptasi dengan ukuran kontolnya, beberapa saat kemudian dengan sekali sentakan Parmin menekan kontolnya dalam-dalam dilubang vagina Dewi, perbuatannya membuat Dewi menjerit, tapi yang terdengar dari mulut Dewi hanya gumaman saja karena gerakan Parmin tadi membuat tubuhnya terdorong kedepan dan akibatnya kontol Sugito masuk hampir seluruhnya kedalam mulut Dewi.

"Hhhhmmppphhhh……sssssllrrrpppppp.."Dewi menjerit tertahan.

Dewi merasa memeknya seperti sobek, tapi ia juga merasakan kenikmatan yang sangat, Dewi merasakan denyutan di batang kontol Parmin yang terjepit erat oleh dinding vaginanya, dan ia sendiri merasakan otot dinding vaginanya berdenyut juga.

Dewi mulai merasakan Parmin dengan perlahan-lahan menarik kontolnya…gesekan batang kontol Parmin didinding vaginanya membuat Dewi merem-melek karena kenikmatan yang sangat, sementara karena gerakan menarik Parmin membuat tubuh Dewipun tertarik kebelakang dengan sendirinya mulutnya mulai bergerak juga, kontol Sugito yang hampir terbenam semuanya didalam mulutnya perlahan-lahan mulai keluar sedikit-demi sedikit dari kuluman mulut Dewi, kemudian Parmin mulai mendorong kembali kontolnya masuk kedalam lubang senggama Dewi sehingga membuat kontol Sugito mulai melesak masuk lagi kedalam mulut Dewi, Sugito merasakan kenikmatan yang luarbiasa saat kontolnya tergesek-gesek oleh mulut Dewi, lenguhan-dengusan dan desahan dari mereka bertiga kembali terdengar, keringatpun mulai mengalir keluar dari tubuh mereka.

Gerakan maju-mundur Parmin mulai tidak beraturan, sementara pantat Sugitopun semakin terangkat, kedua tangannya memegangi kepala Dewi, tubuhnya mengejang, Dewipun mulai merasakan hal yang sama dengan Sugito dan Parmin, puncak kenikmatan dari persetubuhan mereka hampir mereka raih, lenguhan dan desahan Dewi semakin sering terdengar, kepala Dewi semakin cepat naik turun dan tidak seirama lagi dengan gerakan maju mundur Parmin, sementara Dewipun mulai menggerakkan pantatnya untuk menyambut sodokan Parmin.
Akhirnya puncak kenikmatan itu mereka raih hampir berbarengan, dimulai dengan Sugito yang melenguh panjang lalu Dewi dan terakhir Parmin yang melepaskan lahar kenikmatannya.

"Ooohhhhh…..aaaakkuuuu….keeellluaaaarrr….,' Sugito melenguh panjang.

Creeeetttt…..ccccreeeetttt…cccreeet….. kontol Sugito menyemprotkan cairan kenikmatannya di mulut Dewi, disambut dengan lenguhan Dewi yang juga merasakan puncak kenikmatannya.

"Akkhuuuu…juuuggaaa….ooohhhhh…sssssllrppppp….sslll rpppp….," Dewipun melenguh sambil menelan sperma Sugito yang keluar dalam mulutnya.

Sssseeerrr….ssseeerrr….ssseerrrr….. vagina Dewi menyemburkan lahar kenikmatannya, Parmin merasakan semburan hangat dibatang kontolnya.

"Akkuuuu….kheeellluaaaarr….juuggaaaa….aaaaggghhhh… .eeenaaakkk ssekalii…," lenguhan Parmin terdengar merasakan puncak kenikmatannya.

Creeeettt….creettt…creettt…..kontol Parmin menyemburkan lahar kenikmatannya didalam lubang vagina Dewi, Dewi merasakan kehangatan sperma Parmin didinding vaginanya.

Nampak tubuh mereka bertiga mengejang menikmati puncak kenikmatan dari persetubuhan ini. Setelah badai nafsu mereka mereda serta tetesan terakhir dari lahar kenikmatan mereka telah menetes, akhirnya tubuh merekapun terkapar kelelahan, nafas mereka terlihat masih memburu, mata mereka terpejam merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka raih.

Bagian 2

Jam di dinding kamar Dewi menunjukkan pukul 02.00 pagi, saat itu Dewi terbangun dari tidurnya dan ia baru menyadari bahwa sehabis pergumulan semalam dengan Sugito dan Parmin yang cukup menguras tenaganya, ia jatuh tertidur begitu pula dengan Sugito dan Parmin yang ikutan jatuh tertidur dengan posisi keduanya memeluk tubuhnya, hawa dingin AC di kamarnya membuat Dewi kembali bergairah ingin disetubuhi kembali oleh kedua orang ini, nafsu birahinya kembali bangkit membayangkan kejadian semalam, perlahan-lahan kedua tangannya menggapai kebawah mencari kedua batang kemaluan Sugito dan Parmin.

Kemudian setelah kedua batang kemaluan itu berada dalam genggamannya, dengan lembut kedua kontol itu diremas-remasnya, perlahan-lahan kedua batang kemaluan itu bangun, seiring dengan semakin menegangnya kedua batang kemaluan itu, siempunya barangpun mulai melenguh menikmati remasan-remasan tangan halus Dewi, mata mereka masih terpejam tapi naluri lelaki mereka sudah bangun terlebih dahulu, Dewi yang mendengar lenguhan mereka semakin bernafsu meremas-remas kedua batang kemaluan mereka.

Kedua batang kemaluan mereka sudah betul-betul tegang dan siap untuk berperang dengan kemaluan Dewi yang sudah mulai basah, setelah merasakan bahwa kedua batang kemaluan mereka betul-betul tegang Dewi mulai bangkit dari posisi tidurnya kemudian Dewi mulai berjongkok diatas tubuh Parmin, perlahan-lahan batang kemaluan Parmin diarahkan kelubang kemaluannya, dioles-oleskannya kepala kontol Parmin dengan bibir vagina dan kelentitnya, Dewi melenguh kegelian merasakan gesekan kepala kontol Parmin dikelentit dan dibibir vaginanya, selang beberapa saat kepala kontol Parmin ia selipkan di lubang kemaluannya…sleepp…, kemudian perlahan-lahan Dewi mulai menurunkan pantatnya…bleessss… srrttt…bleesss…., kontol Parmin mulai masuk perlahan-perlahan dilubang kemaluan Dewi.

"Aaggghhh…sssshhhh…oouughhh…" terdengar Dewi melenguh menikmati terobosan kontol Parmin dilubang kenikmatannya.

"Ouuuuggghhh……….." Parminpun melenguh menikmati jepitan vagina Dewi di batang kemaluannya, kedua matanya mulai perlahan-lahan terbuka.

kontol Parmin akhirnya terbenam seluruhnya di lubang kenikmatan Dewi, Dewi merasakan kembali lubang kenikmatannya penuh sesak oleh jejalan batang kemaluan Parmin yang besar, sesaat Dewi tidak melakukan gerakan, ia ingin merasakan denyutan-denyutan batang kemaluan Parmin didinding lubang kenikmatannya, Dewi merasakan sensasi yang luar biasa saat batang kemaluan Parmin berdenyut-denyut sehingga membuat dinding lubang kenikmatannyapun berdenyut juga menimpali denyutan yang dibuat batang kemaluan Parmin, Parmin sendiri merasakan batang kemaluannya seperti diremas-remas dengan lembut.

"Aagghhhh….ssshhhh…aaaaahhh..kooontolllmmuu enak sekaliiii…" Dewi mengerang keenakan.

"Memeeeekk..ibuu…ssshhhh…aaaahhhh…juga enaakkk….bissaaa…ngempoot…" Parmin juga merintih keenakan.

Erangan mereka berdua membuat Sugito terbangun, dan ia melihat Dewi sudah menduduki Parmin dan tangan Dewi sedang memegangi kontolnya yang sudah tegang, tidak menunggu diperintah Sugito mulai bangun dan mulai menyerbu tubuh Dewi, mulutnya mulai menyerang kedua payudara Dewi bergantian dengan tangannya, saat mulutnya menjilati dan menghisap payudara yang kiri, tangannya meremas-remas dan memilin-milin payudara yang kanan, aksi Sugito membuat rintihan dan erangan Dewi semakin menjadi.

"Ouugghhh…ssshhhh…aaaahhh…ggeeeliii….ouughhh..teru sss…yaaa….hisaaappp..putingku….ooohhh…niikkmmaatt… " Dewi merintih keenakan dan kegelian.

Melihat itu Parmin tidak mau diam, kedua tangannya memegang pantat Dewi menyangga posisi Dewi yang sedang berjongkok diatas tubuhnya, lalu Parminpun memulai gerakannnya, perlahan-lahan pantatnya mulai naik turun ssrrtttt…bleesss…ssssrrrttt…bleesss, kontolnya keluar masuk dilubang kenikmatan Dewi, aksi Sugito dan gerakan Parmin membuat rintihan Dewi semakin menjadi-jadi, Dewi dibuat merem-melek oleh aksi mereka berdua, Dewi merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa berbeda dari yang ia rasakan semalam.

Dewi tidak dapat bertahan lama menghadapi serangan kedua orang ini, puncak kenikmatannya sudah hampir diraihnya, lenguhannya semakin sering terdengar, tubuhnya mulai bergetar menikmati serangan kedua orang ini, tiba-tiba tubuh Dewi mengejang, tangannya memeluk erat Parmin sementara pantatnya ia tekan dalam-dalam menyambut sodokan Parmin, kemudian gerakan tubuhnya terdiam,

"Ouuugghhhh….aaagghhhh…..nniikkmaat…aakuuu…keeellu uaaarr…sssssshhhh…aagghhhhh" Dewi mengerang menikmati puncak kenikmatannya yang berhasil ia raih.

Creet…sssssrrrr…ccreett…sssrrr…

Dinding vaginanya berdenyut-denyut kencang saat lubang kenikmatannya memuntahkan lahar kenikmatannnya, Parmin merasakan hangatnya cairan kenikmatan Dewi yang menyembur membasahi batang kontolnya, dan Parmin merasakan denyutan-denyutan yang sangat kuat meremas-remas batang kontolnya.

Sesaat Dewi tengkurap diatas tubuh Parmin, nafasnya memburu, matanya terpejam merasakan kenikmatan yang baru saja ia rengkuh, Parmin dan Sugito membiarkan Dewi menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja direngkuhnya.

"Oohh…nikmat sekali..hhmmmh…"Dewi bergumam sambil matanya masih terpejam, sementara bongkahan pantatnya terlihat mengejut-ngejut, nampaknya lubang kenikmatan Dewi masih menyemburkan sisa-sisa cairan kenikmatannya.

Parmin dengan lembut mulai menciumi Dewi, bibir Dewi dipagutnya dengan lembut yang dibalas oleh Dewi, kedua lidah mereka bertautan, melihat kedua orang itu berpagutan Sugito perlahan-lahan memulai kembali aksinya dengan menciumi punggung Dewi sementara tangannya mulai meremas-remas kedua bongkahan pantat Dewi dengan lembut, ciuman-ciuman Sugito dan remasan-remasan tangan Sugito dikedua bongkahan pantatnya membuat Dewi menggelinjang kegelian, sementara Parmin tidak melepaskan lumatan-lumatan dibibir Dewi.

"Hhhhhmmmmhhh…slllllrrppp….hhhhmmm…sssllrrppp…" Dewi dan Parmin bergumam dan melenguh bersamaan.

Saat itu ciuman Sugito perlahan-lahan semakin menurun kebawah kearah pantat Dewi, Dewi semakin menggelinjang kegelian, entah apa yang merasuki Sugito atau karena Sugito pernah melihat film BF yang ada "Double Penetration", ciuman Sugito mulai beralih ke pantat Dewi, lubang pantat Dewi yang terpampang dimata Sugito tanpa merasa jijik mulai Sugito ciumi, aksi Sugito semakin membuat Dewi menggelinjang, entah kenapa Dewi merasakan nafsunya perlahan-lahan mulai bangkit kembali, tak lama berselang Sugito menghentikan ciuman dilubang pantat Dewi, Sugitopun mulai memposisikan tubuhnya dengan dibelakang tubuh Dewi yang masih tengkurap diatas tubuh Parmin, kemudian Sugito mulai mengoles-oleskan kepala kontolnya dilubang pantat Dewi, aksinya ini membuat Dewi menggelinjang karena geli dan kaget, tapi Dewi tidak dapat berbuat banyak karena tubuhnya sedang dipeluk dengan eratnya oleh Parmin, Dewi hanya bisa pasrah merasakan gesekan-gesekan kepala kontol Sugito dilubang pantatnya.

"Eeehhh….Git!..aaapppaa..yang kamu lakukan…ooohhh…..geelii….jjanggaan..dimasukkan kontolmu kesitu…sssshhh…" Dewi merintih kegelian dan ketakutan, Dewi takut kalau Sugito memasukkan kontolnya kelubang pantatnya.

"Tenang bu, nanti juga enak..ibu pasti ketagihan…" Sugito menjawab dengan tenang.

Sleeppp….Sugito menyelipkan kepala kontolnya dilubang pantat Dewi, Dewi mengerang saat lubang pantatnya mulai disesaki kepala kontol Sugito, Dewi tidak dapat berbuat banyak, karena pelukan Parmin yang erat ditubuhnya dan tangan Sugito yang memegangi pinggangnya, yang hanya Dewi bisa lakukan hanya menggerakkan kepalanya, Dewi merasakan perih saat kepala kontol Sugito mulai menerobos lubang pantatnya.

Srrttttt…bleeesss…ssssrrrttt….bleessss…ssssrttt…bl leessss….perlahan-lahan Sugito mulai mendorong masuk kontolnya dilubang pantat Dewi, Sugito merasakan jepitan lubang pantat Dewi sangat ketat sekali melingkari batang kemaluannya, dan Sugito merasakan ketatnya gesekan dinding lubang pantat Dewi dibatang kemaluannya, sementara Sugito merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa dengan jepitan lubang pantat Dewi, Dewi sendiri merasakan kesakitan dan perih yang luar biasa dilubang pantatnya.

"Ouugghhh….sssshhhhh…sssaaakkkitttt..peeriihhh…uuu gghhh….amppuunn..Git..cabut kontolmu …peeriihh..ssshhh…saakiittt…" Dewi menjerit kesakitan.

"Shhh…aaggghh…sssebeeentar bu,…nanti perihnya juga hiilllaang…nnantiii..ibu juga akan merasakan eenaaakkk…" Sugito menjawab.

Bleessss…..Dengan sekali hentakan akhirnya seluruh batang kemaluan Sugito terbenam seluruhnya di lubang pantat Dewi, hentakan Sugito membuat Dewi melenguh kesakitan, sementara Sugito sendiri dan Parmin merasakan kenikmatan yang sangat luarbiasa, mereka merasakan jepitan dikontol mereka sangat erat sekali, baik Sugito maupun Parmin merasakan kedutan-kedutan yang tiada taranya, selain kedutan-kedutan dari dinding kedua lubang Dewi mereka masing merasakan kedutan-kedutan batang kemaluan mereka, Sugito merasakan kedutan batang kemaluan Parmin, Parmin sendiri merasakan kedutan batang kemaluan Sugito.

Tak lama berselang Sugito dan Parmin mulai memaju-mundurkan kontol mereka, mereka tidak memperdulikan jeritan kesakitan Dewi, yang mereka pikirkan saat ini adalah kenikmatan yang sangat luar biasa, nampak kontol mereka keluar masuk dengan perlahan dikedua lubang Dewi.

Ssrrrttt…bleess….ssrrtttt…bleesss….ssrttt…bleeess…

"Ouughh….aaagghhh..enak..sekallii…." Sugito melenguh keenakan.

"Iyaaahh…memeknya …jaddiii.,..ttaammbah seempitt…mememang.,…eenaakk.." Parminpun mengerang keenakan.

"Ouughh….ssaakiiit…sudaaaahh…akkuu….tidddakk..kkua tt…pperiihhh…ooouughhh..ampunn.." Dewi merintih kesakitan.

Sugito dan Parmin mendengar rintihan Dewi bukannya menghentikan gerakan mereka, tapi malah menambah ritme gerakan mereka… gerakan kontol mereka semakin cepat keluar masuk dilubang kemaluan dan pantat Dewi. Gerakan keluar masuk kontol mereka semakin lancar dikarenakan lubang kemaluan Dewi yang semakin banyak mengeluarkan cairan pelican ini, dan kedua kontol mereka yang juga semakin banyak mengeluarkan cairan pelicinnya.

Perlahan-lahan rintihan kesakitan Dewi berganti menjadi erangan dan lenguhan kenikmatan, rasa perih yang tadi dirasakan oleh Dewi berganti menjadi rasa nikmat yang belum pernah Dewi alami selama ini, Dewi mulai bisa merasakan gesekan-gesekan kedua batang kontol Sugito dan Parmin pada dinding lubang kemaluan dan pantatnya. Terlebih Dewi merasakan sensasi yang sangat luarbiasa pada dinding yang membatasi antara lubang vagina dan lubang pantatnya, karena didinding itu ia merasakan pergesekan yang sangat luar biasa. Dewi merasakan kontol Parmin dan Sugito menggesek-gesek dinding tersebut dengan eratnya, mata Dewipun dibuat merem-melek, lenguhan-lenguhan kenikmatannya semakin kuat.

"Ouughhh….sssshhh…aaaaghhh…enaakk…sssshhh..terusss ….aaaagghhh….oouughhh….kontoooolll…kalian mmeemmbuuaatkkkuu….mellaaayang….oougghh….terusss…. .jjangaan..berhenti.." Dewi meracau keenakan.

"Akkuu…ssudah…bbillanng…tadi…pasti ….. ibuuuu…akaaaann..keeenakaann…hhhhmmmm… lubang pantat ibu gaaakkk…kalahh..dengan…hhmmm….aaaggg…mmeemek ibu…enaakknya..' Sugito menjawab sambil mengerang keenakan..merasakan sempitnya lubang pantat Dewi.

"Iyaaahhh…akuu juggaaa…keeenakaan..memeknya tambah seeempiitt…niiihhh…aaaagghhh… ooughhh…aakuu juga pengen nyobaaiiinnn…anusssnya …nanti…" Erang Parmin yang juga sedang merasakan kenikmatan yang sangat luarbiasa.

Keringat mereka semakin banyak keluar, bunyi beradu tubuh mereka yang penuh dengan keringat menambah nafsu mereka semakin memuncak, lenguhan dan erangan mereka semakin sering terdengar, gerakan kontol Parmin dan Sugito semakin cepat keluar masuk di kedua lubang Dewi, tak lama berselang gerakan tubuh Sugito dan Parmin semakin tidak beraturan, nafas mereka semakin memburu.

"Ouugghhh…akuuu…tidakk..tahhaan…lagi…akku…mmaaaau. .keluuaaarr…aarrrgghhh…sshhss …..eenaaakkk…memmekkmm…ibbuuu…." Parmin mengerang keenakan saat merasakan puncak kenikmatan yang berhasil ia rengkuh kembali.

"Iyyyaaaa….aargghhhh…akuuu…jugga..tidak….taahhhaan n…llagii…aakuuu…juga..mau..keluar…oouggghh…eenaaak kk..betul…ngentooottt….sssaaama..ibuuu….." Sugito pun mengerang menimpali erangan Parmin, iapun merasakan puncak kenikmatannya yang berhasil direngkuhnya kembali.

"Akkkuuu……jugggaaa….oouggghhh….aaaaaaarrghhh…..kon tooooll…kaliiiaaannn…mmemang.. betulll….eenaaakkk…..aaaaahhhh..sssshhh….akkuuu…be tuuulll…pppuuaaasss…oohhhh.." Dewi melenguh keenakan menyambut penggapaian dari puncak pendakian kenikmatanya yang untuk kedua kalinya ia capai di dinihari ini.

Creeettt…ssrrrrr….creetttt…ssssrr….ccrreettt..sssr r….ccreettt….lahar kenikmatan mereka menyembur berbarengan, kemaluan mereka mengejut-ngejut bersamaan menembakkan cairan kenikmatan mereka, tubuh mereka mengejang bersamaan, erangan dan lenguhan mereka terdengar bersahutan.

Akhirnya setelah tetes terakhir dari lahar kenikmatan mereka keluar dari kemaluan mereka, dan badai nafsu mereka mereda, ketiganya terkapar, tubuh mereka terlentang berdampingan sementara nafas mereka masih memburu, dan mata mereka terpejam menikmati sisa-sisa dari pergulatan birahi mereka yang baru saja mereka raih sampai kepuncaknya.

Pergulatan mereka bertiga masih dilanjutkan terus sampai matahari terbit, dengan berbagai perubahan posisi, kadang Parmin yang menggarap lubang pantat Dewi sementara Sugito menggenjot memek Dewi dari bawah, atau Sugito menggenjot anus Dewi dengan gaya doggie style sementara Parmin didepan memaju-mundurkan kontolnya dimulut Dewi, berbagai posisi mereka coba dan nafsu Dewi betul-betul terlampiaskan oleh aksi Parmin dan Sugito.

Majalahunik.com : Cerita Seks Desahan di Dalam Mobil

Posted by : metalover on :Rabu, 10 Desember 2014 With 0komentar
Next Prev
▲Top▲