Koran Muslim

| Kamis, 03 November 2011

Koran Muslim


Amalan di Hari Tasyriq

Posted: 03 Nov 2011 05:00 PM PDT

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.

Hari tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijjah) adalah hari penuh kemuliaan, hari di mana jama'ah haji melaksanakan ritual melempar jumrah dan di negeri lainnya sibuk dengan menyembelih qurban. Berbagai keutamaan hari tasyriq dan amalan mulia yang bisa dilaksanakan saat itu diterangkan dalam tulisan sederhana berikut ini.

Hari 'Ied Kaum Muslimin

Hari Arofah, hari Idul Adha dan hari Tasyriq termasuk hari 'ied kaum muslimin. Disebutkan dalam hadits,

يَوْمُ عَرَفَةَ وَيَوْمُ النَّحْرِ وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الإِسْلاَمِ وَهِىَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

"Hari Arofah, hari Idul Adha dan hari-hari Tasyriq adalah 'ied kami -kaum muslimin-. Hari tersebut (Idul Adha dan hari Tasyriq) adalah hari menyantap makan dan minum."[1]

Hari Idul Adha dan Hari Tasyriq, Hari Yang Paling Mulia

Mengenai keutamaan hari Idul Adha dan hari tasyriq (11, 12 dan 13 Dzulhijah) disebutkan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Abu Daud,

إِنَّ أَعْظَمَ الأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ

"Sesungguhnya hari yang paling mulia di sisi Allah Tabaroka wa Ta'ala adalah hari Idul Adha dan yaumul qorr (hari tasyriq)."[2] Hari tasyriq disebut yaumul qorr karena pada saat itu orang yang berhaji berdiam di Mina. Hari tasyriq yang terbaik adalah hari tasyriq yang pertama, kemudian yang berikutnya dan berikutnya lagi.[3]

Hari Idul Adha dan Hari Tasyriq, Hari Bersenang-senang untuk Menyantap Makanan

Begitu pula Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan bahwa Idul Adha dan hari tasyriq adalah hari kaum muslimin untuk menikmati makanan. Nabi  shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

"Hari-hari tasyriq adalah hari menikmati makanan dan minuman."[4]

Dalam lafazh lainnya, beliau bersabda,

وَأَيَّامُ مِنًى أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

"Hari Mina (hari tasyriq) adalah hari menikmati makanan dan minuman."[5]

Yang dimaksud dengan hari Mina di sini adalah ayyam ma'dudaat sebagaimana yang disebutkan dalam ayat,

وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ

"Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang." (QS. Al Baqarah: 203) Yang dimaksud hari yang terbilang adalah hari-hari setelah hari Idul Adha (hari an nahr) yaitu hari-hari tasyriq. Inilah pendapat Ibnu 'Umar dan pendapat kebanyakan ulama. Namun Ibnu 'Abbas dan 'Atho' mengatakan bahwa hari yang terbilang di situ adalah empat hari yaitu hari Idul Adha dan tiga hari sesudahnya. Hari-hari tersebut disebut hari Tasyriq. Namun pendapat pertama yang menyatakan bahwa hari yang terbilang adalah tiga hari sesudah Idul Adha adalah pendapat yang lebih tepat.[6]

Hari Tasyriq, Hari Berdzikir

Sebagaimana disebutkan dalam surat Al Baqarah ayat 203 di atas (yang artinya), "Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang." Ini menunjukkan adanya perintah berdzikir di hari-hari tasyriq.

Lalu apa saja dzikir yang dimaksudkan ketika itu? Beberapa dzikir yang diperintahkan oleh Allah di hari-hari tasyriq ada beberapa macam:

Pertama: berdzikir kepada Allah dengan bertakbir setelah selesai menunaikan shalat wajib. Ini disyariatkan hingga akhir hari tasyriq sebagaimana pendapat mayoritas ulama. Hal ini juga diriwayatkan dari 'Umar, 'Ali dan Ibnu Abbas.

Kedua: membaca tasmiyah (bismillah) dan takbir ketika menyembelih qurban. Dan waktu menyembelih qurban adalah sampai akhir hari tasyriq (13 Dzulhijah) sebagaimana pendapat mayoritas ulama. Pendapat ini juga menjadi pendapat Imam Asy Syafi'i dan salah satu pendapat dari Imam Ahmad. Namun mayoritas sahabat berpendapat bahwa waktu menyembelih qurban hanya tiga hari yaitu hari Idul Adha dan dua hari tasyriq setelahnya (11 dan 12 Dzulhijah). Pendapat kedua ini adalah pendapat yang masyhur dari Imam Ahmad, juga termasuk pendapat Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan kebanyakan ulama.

Ketiga: berdzikir memuji Allah Ta'ala ketika makan dan minum. Yang disyari'atkan ketika memulai makan dan minum adalah membaca basmallah dan mengakhirinya dengan hamdalah.

Keempat: berdzikir dengan takbir ketika melempar jumroh di hari tasyriq. Dan amalan ini khusus untuk orang yang berhaji.

Kelima: Berdzikir pada Allah secara mutlak karena kita dianjurkan memperbanyak dzikir di hari-hari tasyriq. Sebagaimana 'Umar ketika itu pernah berdzikir di Mina di kemahnya, lalu manusia mendengar. Mereka pun bertakbir dan Mina akhirnya penuh dengan takbir.[7]

Dianjurkan Memperbanyak Do'a Sapu Jagad

Allah Ta'ala berfirman,

فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ, وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina 'adzaban naar" [Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka]." (QS. Al Baqarah: 200-201)

Dari ayat ini kebanyakan ulama salaf menganjurkan membaca do'a "Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina 'adzaban naar" di hari-hari tasyriq. Sebagaimana hal ini dikatakan oleh 'Ikrimah dan 'Atho'.

Do'a sapu jagad ini terkumpul di dalamnya seluruh kebaikan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam paling sering membaca do'a sapu jagad ini.  Anas bin Malik mengatakan,

كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً ، وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً ، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ »

"Do'a yang paling banyak dibaca oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam "Allahumma Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina 'adzaban naar" [Wahai Allah, Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka]."[8]

Di dalam do'a telah terkumpul kebaikan di dunia dan akhirat. Al Hasan Al Bashri  mengatakan, "Kebaikan di dunia adalah ilmu dan ibadah. Kebaikan di akhirat adalah surga." Sufyan Ats Tsauri mengatakan, "Kebaikan di dunia adalah ilmu dan rizki yang thoyib. Sedangkan kebaikan di akhirat adalah surga."

Dan do'a juga termasuk dzikir, bahkan do'a termasuk dzikir yang paling utama.

Diriwayatkan dari Al Jashshosh, dari Kinanah Al Qurosy, dia mendengar Abu Musa Al Asy'ariy berkata ketika berkhutbah di hari An Nahr (Idul Adha), "Tiga hari setelah hari An Nahr (yaitu hari-hari tasyriq), itulah yang disebut oleh Allah dengan ayyam ma'dudat (hari yang terbilang). Do'a pada hari tersebut tidak akan tertolak (pasti terkabul), maka segeralah berdo'a dengan berharap pada-Nya."[9]

Banyak Bersyukurlah pada Allah di Hari Tasyriq

Pada hari tasyriq terkumpullah berbagai macam nikmat badaniyah dengan makan dan minum, juga terdapat nikmat qolbiyah (nikmat hati) dengan berdzikir kepada Allah. Dan sebaik-baik hati adalah yang sering berdzikir dan bersyukur. Dengan demikian nikmat-nikmat tersebut akan menjadi sempurna.

Jika kita diberi taufik untuk mensyukuri nikmat, maka syukur yang baru itu sendiri adalah nikmat. Sehingga perintah syukur selamanya tidak akan usai.

Seorang penyair mengatakan:

Idza kana syukri ni'matallah ni'matan, 'alayya lahu fi mitsliha yajibusy syukr

Jika mensyukuri nikmat Allah adalah nikmat, maka karena nikmat semisal inilah, kita wajib bersyukur pula.[10]

Makan dan Minum di Hari Tasyriq untuk Memperkuat Ibadah

Hari tasyriq disebut dengan hari makan dan minum, juga dzikir pada Allah. Hal ini pertanda bahwa makan dan minum di hari raya seperti ini dapat menolong kita untuk berdzikir dan melakukan ketaatan pada-Nya. Dengan inilah semakin sempurna rasa syukur terhadap nikmat dapat menolong dalam ketaatan pada Allah. Oleh karena itu, barangsiapa menggunakan nikmat Allah untuk bermaksiat, berarti dia telah kufur pada nikmat.

Maksiat inilah yang nantinya akan menghilangkan nikmat. Sedangkan bersyukur pada Allah itulah nanti yang akan menghilangkan bencana.[11]

Semoga kita dimudahkan untuk beramal sholeh dan selalu dimudahkan mendapat ilmu yang bermanfaat, juga semoga kita termasuk hamba Allah yang bersyukur atas segala nikmat.

***

Diselesaikan di Panggang-GK, pada yaumun nahr, 10 Dzulhijah 1430 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.muslim.or.id

 

 


[1] HR. Abu Daud no. 2419, Tirmidzi no. 773, An Nasa-i no. 3004, dari 'Uqbah bin 'Amir. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

[2] HR. Abu Daud no. 1765, dari 'Abdullah bin Qurth. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

[3] Lihat Latho-if Al Ma'arif, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 503, Al Maktab Al Islamiy, cetakan pertama, tahun 1428 H.

[4] HR. Muslim no. 1141, dari Nubaisyah Al Hudzali.

[5] HR. Muslim no. 1142.

[6] Lihat Latho-if Al Ma'arif, hal. 502-503.

[7] Lihat Latho-if Al Ma'arif, hal. 504-505.

[8] HR. Bukhari no. 2389 dan Muslim no. 2690.

[9] Lihat Latho-if Al Ma'arif, 505-506.

[10] Lihat Latho-if Al Ma'arif, 507.

[11] Lihat Latho-if Al Ma'arif, 507.

Sumber

Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

Puasa Ayyamul Bidh pada Hari Tasyriq
Filipina Rayakan Idul Adha Hari Ini
Alhamdulillah, MA Rusia Tetapkan Idul Fitri dan Idul Adha Hari Libur
Hari Raya Idul Adha Berpotensi Berbeda
Empat hari, Libur Idul Adha di Arab Saudi
Kerajaan Arab Saudi Belum Putuskan Hari Raya Idul Adha
Pengikut Naqsyabandiyah Rayakan Idul Adha Hari Ini
Pengikut Naqsyabandiyah Raykan Idul Adha Hari Ini
Din: Perbedaan Hari Raya Idul Adha Jangan Dibesar-besarkan!
Bila Hari Raya Bertepatan Dengan Hari Jumat?

Judul Tulisan Baru

Posted: 03 Nov 2011 03:00 PM PDT

Judul Tulisan Baruisinya adalah macem-macem………………

Berita Lain Yang Berhubungan:

  • Semangat Baru Ditahun Ajaran Baru
  • SEMANGAT BARU DI TAHUN AJARAN BARU
  • Semangat Baru di SMP
  • CATATAN BARU DI MOP 2010 (1)
  • CATATAN BARU DI MOP 2010 (2)
  • Sumber

    Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

    Apel Pagi Untuk Tahun Ajaran 2011/2012
    خريجو دار النجاح شيبينينج عقدوا مؤتمرا في المعهد
    89 Santri Nihai Ikuti Pembekalan Amaliyah Tadris
    "كونوا لاعبين، لا مجرد مشاهدين"أكد مدير مكتب شؤون التربية و التعليم بمعهد دار النجاح التربوي الإسلامي شيبينينج بوجور جاوى الغربية الأستاذ فاروق أبصاري أهمية اشتراك كل طالب في الأنشطة التي برمجها المعهد. ألقى الأستاذ فاروق تلك الكلمة صباح الخميس، 21 يوليو 2011 الموافق 19 شعبان 1432 في مناسبة مراسم افتتاح أسبوع الرياضة و الفن و الكشافة في المعهد. و أعرب مدير و مربي المعهد فضيلة الشيخ الحاج جمهاري عبد الجلال في كلمته و توصيته أن هذه الأنشطة ذات أهمية عظمى و أغراض قصوى، حيث ينبه المعهد على ضرورة انغماس الناشئين في الأنشطة المفيدة المثمرة، علما بأن "الشباب و الفراغ و الجدة مفسدة للمرء أي مفسدة". إضافة إلى ذلك فإن الأنشطة التي برمجها المعهد يرمى بها إلى مساعدتهم لتحقيق رؤية المعهد، و هي إعداد الطلاب ليكونوا أئمة متقين علماء مبلغين عاملين (IMAMA) في مستقبلهم. هذه الرؤية –كما بينها الشيخ جمهاري- مقتبسة من قول الله عز و جل في القرآن الكريم سورة الفرقان الآية 74. حضر هذا المراسم كذلك مفتش شؤون التربية الإسلامية بمكتب وزارة الشؤون الدينية بوجور السيد حنفي، و شاهده بعض والدي الطلاب لاسيما المستجدين منهم. أسبوع الرياضة و الفن و الكشافة برنامج سنوي يعقده المعهد في أول السنة الدراسية. و في هذه السنة الدراسية (2011/2012) يعقد النشاط ابتداء من 21 يوليو و حتى 28 يولو. اشترك في هذا المراسم حوالي ألف و ثلاثمائة طالب -بنين و بنات، مقيمين و غير مقيمين، مستجدين و قدماء. و هؤلاء يتكونون من طلاب المدرسة المتوسطة الخاصة (MTs)، و المتوسطة العامة (SMP)، و الثانوية الخاصة (MA)، و الثانوية المهنية (SMK). و استعرض في آخر برامج المراسم جميع أنواع الأنشطة الرياضية و الفنية و الكشفية الموجودة في المعهد تعريفا للطلاب المستجدين و تشجيعا لهم. [تغطية أبي مجاهد محمد مفتي/التحرير].
    Banyak Harapan Untuk Koordinator Pramuka Baru
    Santri Tahfizh Dapatkan Ketua Baru
    Al Quran
    MOP Jadikan Santri Baru 'At Home' Di Pesantren
    Go For LDK………..
    مائة ولد اشتركوا في "الختان الجماعي" في المعهد

    Zionis Israel Juga Ikut Bekukan Bantuan ke UNESCO

    Posted: 03 Nov 2011 03:00 PM PDT

    1000 Kebaikan dalam Sehari

    Posted: 03 Nov 2011 03:00 PM PDT

    "Bagaimana salah seorang di antara kami bisa menghasilkan seribu kebaikan?". Beliau menjawab, "Yaitu dengan bertasbih (membaca subhanallah) seratus kali, maka dengan itu akan dicatat seribu kebaikan atau dihapuskan darinya seribu kesalahan."

     

    Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan :

    حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا مَرْوَانُ وَعَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ عَنْ مُوسَى الْجُهَنِيِّ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا مُوسَى الْجُهَنِيُّ عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَكْسِبَ كُلَّ يَوْمٍ أَلْفَ حَسَنَةٍ فَسَأَلَهُ سَائِلٌ مِنْ جُلَسَائِهِ كَيْفَ يَكْسِبُ أَحَدُنَا أَلْفَ حَسَنَةٍ قَالَ يُسَبِّحُ مِائَةَ تَسْبِيحَةٍ فَيُكْتَبُ لَهُ أَلْفُ حَسَنَةٍ أَوْ يُحَطُّ عَنْهُ أَلْفُ خَطِيئَةٍ

    Abu Bakr bin Abi Syaibah menuturkan kepada kami. Dia berkata: Marwan dan Ali bin Mus-hir menuturkan kepada kami dari Musa al-Juhani. Sedangkan dari jalan yang lain Imam Muslim mengatakan: Muhammad bin Abdullah bin Numair menuturkan kepada kami dengan lafaz darinya, dia berkata: Musa al-Juhani menuturkan kepada kami dari Mush'ab bin Sa'd. Dia mengatakan: Ayahku menuturkan kepadaku, dia berkata: Dahulu kami berada di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian beliau mengatakan, "Apakah salah seorang di antara kalian tidak mampu untuk menghasilkan pada setiap hari seribu kebaikan?". Lalu ada seorang yang duduk bersama beliau bertanya, "Bagaimana salah seorang di antara kami bisa menghasilkan seribu kebaikan?". Beliau menjawab, "Yaitu dengan bertasbih (membaca subhanallah) seratus kali, maka dengan itu akan dicatat seribu kebaikan atau dihapuskan darinya seribu kesalahan." (HR. Muslim dalam Kitab adz-Dzikr wa ad-Du'a wa at-Taubah wa al-Istighfar)

    Hadits yang agung ini mengandung pelajaran:

    1. Betapa luasnya rahmat Allah ta'ala sehingga dengan amal yang sedikit seorang bisa mendapatkan balasan yang begitu banyak
    2. Manusia bisa melakukan seribu kebaikan setiap hari, bahkan lebih dari itu pun mampu, dengan izin dari Allah tentunya
    3. Salah satu cara mengajar yang diajarkan oleh Nabi adalah dengan metode tanya-jawab
    4. Keutamaan membaca tasbih
    5. Amal salih merupakan sebab bertambahnya keimanan
    6. Amal salih merupakan sebab terhapusnya dosa
    7. Iman tentang adanya pencatatan amal
    8. Keutamaan berkumpul dengan orang-orang salih
    9. Pentingnya dzikir kepada Allah dan besarnya keutamaannya
    10. Dan faidah lainnya yang belum saya ketahui, wallahu a'lam. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil 'alamin.

    Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

    Artikel www.remajaislam.com


    Sumber

    Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

    Sosok Teladan dalam Kebaikan
    Buah dari Mengikuti Kebaikan dengan Kebaikan Lainnya
    Antara Kebaikan Vs Derajat Dalam Al Qur’an
    Tanda Kebaikan Muslim Dalam Pernikahan Hindu
    Doa Kebaikan Dunia – Akhirat
    Do’a Mohon Kebaikan Tempat Masuk dan Keluar (Rumah)
    Ikhlas dalam beramal
    Puasa 21 Jam dalam Sehari di Greenland
    Do’a Mohon Kebaikan Dunia Akhirat
    1000 Roket Buatan Anak Bangsa Penuhi Kebutuhan Pertahanan RI

    Nilaimu berdasarkan tantanganmu

    Posted: 03 Nov 2011 01:02 PM PDT

    “Nilaimu berdasarkan tantanganmu”, semakin hebat godaan, semakin kuat gelora nafsu dan semakin banyak kesempatan untuk maksiyat, tetapi tetap bahkan semakin bertakwa kepada Allah, sungguh semakin besar dan mulia kedudukanmu… Sumber

    Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

    Puasa Khusus di Bulan Rajab berdasarkan Hadits Dhoif dan Palsu
    Daftar Ancaman Penyakit Berdasarkan Usia
    Hamas Tertarik Rekonsiliasi Berdasarkan Kemitraan Politik
    Pesan Terbaru Gaddafi: “Sistem Politik Libya Berdasarkan Kehendak Rakyat”
    Perang Inggris di Afghanistan, Irak dan Libya Berdasarkan Kebohongan
    Berdasarkan UU, Anjing akan Jadi Hewan Terlarang di Iran
    MMI: Regulasi Pornografi Berdasarkan Syariat Islam Solusi Free Sex
    "Singa Narnia Berdasarkan Nabi Muhammad"
    Intelektual dan Seniman Zionis Dukung Negara Palestina Berdasarkan 1967
    Bertakwa Kepada Allah

    Menag: Jamaah Haji Tahun Depan Banyak Lanjut Usia

    Posted: 03 Nov 2011 01:02 PM PDT

    REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH–Jamaah calon haji Indonesia yang akan diberangkatkan ke Tanah Suci akan diprioritaskan yang lanjut usia, khususnya berusia di atas 60 tahun, kata Menteri Agama Suryadharma Ali. "Jumlah jamaah calon haji… Sumber

    Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

    Alhamdulillah…Calon Haji Usia Lanjut Dapat Prioritas Keberangkatan
    Pemerintah Akan Prioritaskan Jamaah Haji Usia Lanjut
    Sudah Renta, MUI Diminta Keluarkan Fatwa Jamaah Haji Usia Lanjut
    Jamaah Haji Tertua Tahun Ini Berusia 115 Tahun
    Jamaah Lanjut Usia dan Jarang Bepergian Menjadi Kendala Pelayanan
    Kuota Haji Tambahan Prioritas Bagi Calhaj Usia Lanjut
    Menag Janji Fasilitas Pemondokan Haji Tahun Ini Lebih Dekat
    Menag Minta Jamaah Haji Waspadai Perampokan di Tanah Suci
    Usia Lanjut dan Minimnya Pengalaman Treveling Jamaah Menjadi Kendala Pelayanan
    Menag: Hati-hati Penjahat Incar Jamaah Haji Indonesia

    Hukum Qurban

    Posted: 03 Nov 2011 01:01 PM PDT

    Kirim komentar

    At Tauhid edisi VII/41

    Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

    Menyembelih qurban adalah suatu ibadah yang mulia dan bentuk pendekatan diri pada Allah, bahkan seringkali ibadah qurban digandengkan dengan ibadah shalat. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya),  "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berqurbanlah." (QS. Al Kautsar: 2). Dalam ayat lain, Allah Ta'ala berfirman (yang artinya),  "Katakanlah: sesungguhnya shalatku, nusuk-ku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam." (QS. Al An'am: 162). Di antara tafsiran an nusuk adalah sembelihan, sebagaimana pendapat Ibnu 'Abbas, Sa'id bin Jubair, Mujahid dan Ibnu Qutaibah. Az Zajaj mengatakan bahwa bahwa makna an nusuk adalah segala sesuatu yang mendekatkan diri pada Allah 'azza wa jalla, namun umumnya digunakan untuk sembelihan. (Lihat Zaadul Masiir, 2/446)

    Ikhlas dan Raih Ketakwaan

    Ketahuilah, yang ingin dicapai dari ibadah qurban adalah keikhlasan dan ketakwaan, dan bukan hanya daging atau darahnya. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya), "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya." (QS. Al Hajj: 37)

    Ingatlah, bukanlah yang dimaksudkan hanyalah menyembelih saja dan yang Allah harap bukanlah daging dan darah qurban tersebut karena Allah tidaklah butuh pada segala sesuatu dan dialah yang pantas diagung-agungkan. Yang Allah harapkan dari qurban tersebut adalah keikhlasan, ihtisab (selalu mengharap-harap pahala dari-Nya) dan niat yang sholih. Oleh karena itu, Allah katakan (yang artinya), "ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapai ridho-Nya". Inilah yang seharusnya menjadi motivasi ketika seseorang berqurban yaitu ikhlas, bukan riya' atau berbangga dengan harta yang dimiliki, dan bukan pula menjalankannya karena sudah jadi rutinitas tahunan. (Lihat penjelasan Syaikh As Sa'di dalam Taisir Al Karimir Rahman)

    Hukum Qurban

    Menyembelih qurban adalah sesuatu yang disyari'atkan berdasarkan Al Qur'an, As Sunnah dan Ijma' (konsensus kaum muslimin). Namun apakah menyembelih tersebut wajib ataukah sunnah? Di sini para ulama memiliki beda pendapat.

    Pendapat pertama: Diwajibkan bagi orang yang mampu

    Yang berpendapat seperti ini adalah Abu Yusuf dalam salah satu pendapatnya, Rabi'ah, Al Laits bin Sa'ad, Al Awza'i, Ats Tsauri, dan Imam Malik dalam salah satu pendapatnya.

    Di antara dalil mereka adalah firman Allah Ta'ala (yang artinya), "Dirikanlah shalat dan berkurbanlah (an nahr)." (QS. Al Kautsar: 2). Hadits ini menggunakan kata perintah dan asal perintah adalah wajib. Jika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam diwajibkan hal ini, maka begitu pula dengan umatnya.

    Yang menunjukkan wajibnya pula adalah hadits Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang memiliki kelapangan (rizki) dan tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami." (HR. Ibnu Majah, hasan)

    Pendapat kedua: Sunnah dan Tidak Wajib

    Mayoritas ulama berpendapat bahwa menyembelih qurban adalah sunnah mu'akkad. Pendapat ini dianut oleh ulama Syafi'iyyah, ulama Hambali, pendapat yang paling kuat dari Imam Malik, dan salah satu pendapat dari Abu Yusuf (murid Abu Hanifah). Pendapat ini juga adalah pendapat Abu Bakr, 'Umar bin Khottob, Bilal, Abu Mas'ud Al Badriy,  Suwaid bin Ghafalah, Sa'id bin Al Musayyab, 'Atho', 'Alqomah, Al Aswad, Ishaq, Abu Tsaur dan Ibnul Mundzir.

    Di antara dalil mayoritas ulama adalah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Jika masuk bulan Dzulhijah dan salah seorang dari kalian ingin menyembelih qurban, maka hendaklah ia tidak memotong sedikitpun dari rambut dan kukunya." (HR. Muslim) Yang dimaksud di sini adalah dilarang memotong rambut dan kuku shohibul qurban itu sendiri.

    Hadits ini mengatakan, "dan salah seorang dari kalian ingin", hal ini dikaitkan dengan kemauan. Seandainya menyembelih qurban itu wajib, maka cukuplah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, "maka hendaklah ia tidak memotong sedikitpun dari rambut dan kukunya", tanpa disertai adanya kemauan.

    Begitu pula alasan tidak wajibnya karena Abu Bakar dan 'Umar tidak menyembelih selama setahun atau dua tahun karena khawatir jika dianggap wajib sebagaimana riwayatnya disebutkan oleh Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro. Mereka melakukan semacam ini karena mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri tidak mewajibkannya. Ditambah lagi tidak ada satu pun sahabat yang menyelisihi pendapat mereka.  (Lihat Mawsu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, 5/76-77)

    Dari dua pendapat di  atas, kami lebih cenderung pada pendapat kedua (pendapat mayoritas ulama) yang menyatakan menyembelih qurban sunnah dan tidak wajib. Di antara alasannya adalah karena pendapat ini didukung oleh perbuatan Abu Bakr dan Umar yang pernah tidak berqurban. Seandainya tidak ada dalil dari hadits Nabi yang menguatkan salah satu pendapat di atas, maka cukup perbuatan mereka berdua sebagai hujjah yang kuat bahwa qurban tidaklah wajib namun sunnah (dianjurkan). "Jika kalian mengikuti Abu Bakr dan Umar, pasti kalian akan mendapatkan petunjuk." (HR. Muslim)

    Namun sudah sepantasnya seorang yang telah berkemampuan untuk menunaikan ibadah qurban ini agar ia terbebas dari tanggung jawab dan perselisihan yang ada. Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi mengatakan, "Janganlah meninggalkan ibadah qurban jika seseorang mampu untuk menunaikannya. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri memerintahkan, "Tinggalkanlah perkara yang meragukanmu dan ambil perkara yang tidak meragukanmu." Selayaknya bagi mereka yang mampu agar tidak meninggalkan berqurban. Karena dengan berqurban akan lebih menenangkan hati dan melepaskan tanggungan. Wallahu a'lam." (Adhwa-ul Bayan, 1120)

    Syarat Diwajibkan atau Disunnahkannya Qurban

    Jika kita memilih pendapat wajib atau sunnah, ada beberapa syarat yang bisa jadi alasan seseorang diwajibkan atau disunnahkan untuk berqurban. Berikut syarat-syarat tersebut:

    1. Muslim. Orang kafir tidak diwajibkan atau disunnahkan untuk berqurban karena qurban adalah bentuk qurbah (pendekatan diri pada Allah). Sedangkan orang kafir bukanlah ahlul qurbah.
    2. Orang yang bermukim. Musafir tidaklah wajib untuk berqurban.  Ini bagi yang menyatakan bahwa berqurban itu wajib. Namun bagi yang tidak mengatakan wajib, maka tidak berlaku syarat ini. Karena kalau dinyatakan wajib, maka itu jadi beban. Jika dikatakan sunnah, tidaklah demikian.
    3. Kaya (berkecukupan). Ulama Syafi'iyah menyatakan bahwa qurban itu disunnahkan bagi yang mampu, yaitu yang memiliki harta untuk berqurban, lebih dari kebutuhannya di hari Idul Adha, malamnya dan selama tiga hari tasyriq juga malam-malamnya.
    4. Telah baligh (dewasa) dan berakal. (Lihat Mawsu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, 5/79-80)

    Demikian syarat diwajibkan atau disunnahkannya berqurban. Jika kita memiliki kelebihan harta dan sedang mukim, hendaklah kita berqurban karena qurban adalah sebaik-baik qurbah (pendekatan diri pada Allah) dan moga harta kita pun semakin berkah. Wallahu waliyyut taufiq. [Muhammad Abduh Tuasikal]

    Sumber

    Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

    Qurban atau Membantu Korban Bencana Alam
    Hukum Berhutang untuk Qurban
    Doa Menyembelih Qurban yang Shahih
    Doa Shahih Ketika Menyembelih Qurban
    Sudah Qurban Kok Malah Dijual
    Rumah Zakat Salurkan Qurban di 11 Desa
    Qurban untuk orang tua
    Bolehkah Menjual Kulit Hewan Qurban Untuk Kepentingan Masjid?
    Bolehkah Satu Sembelihan Untuk Qurban dan Aqiqah
    Berniat Qurban Atas Nama Ibu yang Telah Tiada

    Amalan Ringan yang Besar Pahalanya

    Posted: 03 Nov 2011 01:01 PM PDT

    Kirim komentar

    At Tauhid edisi VII/40

    Oleh: Ammi Nur Baits

    Alhamdulillah washshalatu wassalaamu 'ala Rasulillah. Kaum muslilmin yang dirahmati Allah, diantara yang diajarkan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam pada kita adalah rutin mengamalkan amalan shalih meskipun amalan itu sedikit dan ringan, atau bahkan dipandang remeh oleh sebagian orang. Namun ternyata tanpa kita sangka, ternyata amalan tersebut mengandung pahala yang besar.

    Berikut adalah beberapa amalan yang mudah dan ringan untuk dilakukan, namun besar pahalanya, berdasarkan hadits yang shahih:

    Pertama, membaca : subhaanallaahi wa bihamdihi subhaanallaahil 'adzim

    Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ada dua kalimat yang dicintai oleh Allah, ringan di lisan, dan berat ditimbangan: (yaitu bacaan) subhaanallaahi wa bihamdihi subhaanallaahil 'adzim [Mahasuci Allah dan dengan memujiNya, Mahasuci Allah Yang Mahaagung]" (HR. Al Bukhari)

    Kedua, wudhu dengan sempurna dan membaca do'a, sebagaimana hadits berikut:

    Dari Umar bin Khattab, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang berwudhu dengan sempurna, kemudian selesai wudlu dia membaca: asyhadu allaa ilaha illallah wa anna muhammadan abdullahi wa rasuuluh [aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, dan bahwasanya Muhammad adalah hamba Allah dan RasulNya], maka akan dibukakan untuknya pintu surga yang jumlahnya delapan, dan dia boleh masuk dari pintu mana saja yang dia sukai." (HR. Muslim)

    Ketiga, menghadiri shalat jumat di awal waktu, dengan memperhatikan adabnya.

    Dari Aus bin Aus Ats Tsaqafi, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang membasuh (kepalanya) dan mencuci (seluruh tubuhnya) di hari jum'at (mandi besar, ed.), lalu berangkat ke masjid pagi-pagi, dan dia mendapatkan khutbah dari awal, dia berjalan dan tidak naik kendaraan, dia mendekat ke khatib, konsentrasi mendengarkan khutbah dan tidak berbicara maka setiap langkahnya (dinilai) sebagaimana pahala puasa dan shalat malam selama setahun." (HR. Abu Dawud, At tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan dinilai shahih oleh Al Albani)

    Abu Zur'ah mengatakan: "Saya tidak pernah menjumpai satu hadits yang menceritakan pahala yang besar dengan amal yang sedikit yang lebih shahih dari hadits ini."

    Keempat, shalat dhuha dua rakaat

    Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Setiap ruas tulang kalian wajib disedekahi, setiap tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir bernilai sedekah, amar ma'ruf nahi munkar bernilai sedekah, dan semua kewajiban sedekah itu bisa ditutupi dengan dua rakaat shalat dhuha." (HR. Muslim & Abu Dawud)

    Kelima, berdzikir di masjid setelah shubuh.

    Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian tetap duduk di masjid sampai terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat maka dia mendapat pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna." (HR. At Tirmidzi dan dinilai hasan oleh Al Albani)

    Keenam, membaca Al Qur'an.

    Dari Abdullah bin Mas'ud, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur'an maka dia mendapat satu pahala kebaikan. Dan setiap satu pahala itu dilipatkan menjadi 10 kali…." (HR. At Tirmidzi, At Thabrani dan dinilai shahih oleh Al Albani)

    Ketujuh, membaca dzikir ketika masuk pasar atau tempat keramaian.

    Dari Abdillah bin Amr bin 'Ash, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang masuk pasar kemudian dia membaca: laa ilaha illallahu wahdahu laa syarikalahu lahul mulku wa lahul hamdu yuhyi wa yumiit wa huwa hayyun laa yamuutu, biyadihil khair, wa huwa 'ala kulli syai'in qadiir [tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah tiada sekutu bagiNya, milikNyalah seluruh kerajaan. Dan milikNyalah seluruh pujian, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahahidup dan tidak mati, di TanganNyalah segala kebaikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu] maka Allah catat untuknya sejuta kebaikan, Allah hapuskan sejuta kesalahan, dan Allah angkat untuknya satu juta derajat." (HR. At Tirmidzi, Al Hakim, Ad Darimi dan dinilai hasan oleh Al Albani)

    Kedelapan, shalat berjama'ah di masjid.

    Dari Abu Umamah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang keluar dalam keadaan suci, menuju masjid untuk melaksanakan shalat jama'ah maka pahalanya seperti pahala seperti orang yang sedang haji dalam keadaan ihram." (HR. Abu Dawud dan dinilai hasan oleh Al Albani)

    Kesembilan, berdzikir ketika terbangun dari tidur (nglilir -bhs. jawa)

    Dari Ubadah bin Shamit, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang terbangun (nglilir) ketika tidur malam kemudian dia membaca: laa ilaha illallahu wahdahu laa syarikalahu lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai'in qadiir. Alhamdulillah, wa subhanallah, wa laa ilaha illallah wallahu akbar wa laa haula wa laa quwwata illa billah [tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata tiada sekutu bagiNya, milikNyalah seluruh kerajaan, milkNyalah segala pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Segala puji milik Allah, Mahasuci Allah, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, Allah Mahabesar. Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah] kemudian dia beristighfar atau berdo'a maka akan dikabulkan. Jika dia berwudhu kemudian shalat dua rakaat maka shalatnya diterima." (HR.  Bukhari & Abu Dawud)

    Kesepuluh, Shalat sunnah dua rakaat sebelum subuh.

    Dari 'Aisyah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dua rakaat sebelum subuh lebih baik dari pada dunia dan seisinya." (HR. Muslim)

    Kesebelas, membaca shalawat.

    Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang membaca shalawat untukku sekali, maka Allah akan memberikan shalawat kepadanya sepuluh kali." (HR. Muslim)

    Dalam riwayat lain: "Barangsiapa yang membaca shalawat untukku sekali, maka Allah akan memberikan shalawat kepadanya sepuluh kali, dihapuskan sepuluh kesalahan, dan diangkat sepuluh derajat." (HR. An Nasa'i, shahih)

    Kedua-belas, menjawab adzan dan membaca do'a setelah adzan.

    Dari Jabir bin Abdillah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang mendengarkan adzan kemudian dia membaca do'a: Allahumma rabba hadzihid da'watittammah washshalatil qa'imah, ati muhammadanil wasilata wal fadhilah wab'ats-hu maqamam mahmudanilladzi wa'adtahu [Ya Allah, Rabb pemilik panggilan yang sempurna dan shalat wajib yang ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad wasilah dan fadhilah. Bangkitkanlah beliau ke tempat terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya.] maka dia berhak mendapat syafaatku pada hari kiamat." (HR. Bukhari)

    Ketiga-belas, membaca dzikir setiap pagi dan sore. Diantara dzikir yang disyariatkan adalah membaca : 'subahanallah wa bihamdihi''

    Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa di waktu pagi dan sore membaca: 'subahanallah wa bihamdihi' seratus kali maka tidak ada seorang pun yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala yang lebih baik dari pahala yang dia bawa, kecuali orang yang membaca seperti yang dia baca atau lebih banyak." (HR. Muslim)

    Keempat-belas, mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan

    Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang mengajak orang lain untuk melakukan kesesatan dan maksiat maka dia mendapat dosa sebagaimana dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun." (HR. Muslim)

    Kelima-belas, rajin beristighfar.

    Dari Ibn Abbas, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang rajin beristighfar maka Allah akan berikan jalan keluar setiap ada kesulitan, Allah berikan penyelesaian setiap mengalami masalah, dan Allah berikan rizki yang tidak disangka-sangka." (HR. Abu Dawud, hasan lighairihi)

    Selamat mengamalkan.

    [Ammi Nur Baits]

    Sumber

    Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

    Amalan & Ibadah yang Pahalanya Dapat Ditransfer ke Orang Mati
    Amalan Yang Pahalanya Tetap Mengalir Meski Sudah Meninggal
    Shalat di Roudhoh Masjid Nabawi
    3 Amalan Harian Muslim Sejati
    Hukum Shalat dengan Pakaian Najis
    Puasa Anak Kecil dan Pahalanya
    Amalan yang Bermanfaat Bagi Mayit
    11 Amalan Ketika Berbuka Puasa
    Amalan Keliru di Bulan Sya’ban
    Bagaimana Cara Orang yang Masbuk Menyempurnakan Shalatnya?

    Sabar, Syukur, dan Istighfar

    Posted: 03 Nov 2011 01:01 PM PDT

    Kirim komentar

    At Tauhid edisi VII/39

    Oleh: Ammi Nur Baits

    Ibnu Hibban meriwayatkan di dalam kitab "Ats-Tsiqat" kisah ini. Dia adalah imam besar, Abu Qilabah Al-Jarmy Abdullah bin Yazid dan termasuk diantara tabi'in yang meriwayatkan dari sahabat Anas bin malik. Kisah ini diriwayatkan dari seorang mujahid yang bertugas di daerah perbatasan (ribath), Abdullah bin Muhammad, beliau menuturkan:

    Saya keluar untuk menjaga perbatasan di Uraisy Mesir. Ketika aku berjalan, aku melewati sebuah perkemahan dan aku mendengar seseorang berdoa,

    "Ya Allah, anugerahkan aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmatMu yang telah engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai. Dan masukkanlah aku dengan rahmatMu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang shalih." (Doa beliau ini merupakan kutipan dari firman Allah di surat An-Naml, ayat 19).

    Aku melihat orang yang berdoa tersebut, ternyata ia sedang tertimpa musibah. Dia telah kehilangan kedua tangan dan kedua kakinya, matanya buta dan kurang pendengarannya. Beliau kehilangan anaknya, yang biasa  membantunya berwudhu dan memberi makan…

    Lalu aku mendatanginya dan berkata kepadanya, "Wahai hamba Allah, sungguh aku telah mendengar doamu tadi, ada apa gerangan?"

    Kemudian orang tersebut berkata, "Wahai hamba Allah. Demi Allah, seandainya Allah mengirim gunung-gunung dan membinasakanku dan laut-laut menenggelamkanku, tidak ada yang melebihi nikmat Tuhanku daripada lisan yang berdzikir ini." Kemudian dia berkata, "Sungguh, sudah tiga hari ini aku kehilangan anakku. Apakah engkau bersedia mencarinya untukku? (Anaknya inilah yang biasa  membantunya berwudhu dan memberi makan)

    Maka aku berkata kepadanya, "Demi Allah, tidaklah ada yang lebih utama bagi seseorang yang berusaha memenuhi kebutuhan orang lain, kecuali memenuhi kebutuhanmu." Kemudian, aku meninggalkannya untuk  mencari anaknya. Tidak jauh setelah berjalan, aku melihat tulang-tulang berserakan di antara bukit pasir. Dan ternyata anaknya telah dimangsa binatang buas. Lalu aku berhenti dan berkata dalam hati, "Bagaimana caraku kembali kepada temanku, dan apa yang akan aku katakan padanya dengan kejadian ini?  Aku mulai berpikir. Maka, aku teringat kisah Nabi Ayyub 'alaihis salam.

    Setelah aku kembali, aku memberi salam kepadanya.

    Dia berkata, "Apakah engkau temanku?"

    Aku katakan, "Benar."

    Dia bertanya lagi, "Apa yang selama ini dikerjakan anakku?"

    Aku berkata, "Apakah engkau ingat kisah Nabi Ayyub?"

    Dia menjawab, "Ya."

    Aku berkata, "Apa yang Allah perbuat dengannya?"

    Dia berkata, "Allah menguji dirinya dan hartanya."

    Aku katakan, "Bagaimana dia  menyikapinya?"

    Dia berkata, "Ayyub bersabar."

    Aku katakan, "Apakah Allah mengujinya cukup dengan itu?"

    Dia menjawab, "Bahkan kerabat yang dekat dan yang jauh menolak dan meninggalkannya."

    Lalu aku berkata, "Bagaimana dia menyikapinya?"

    Dia berkata, "Dia tetap sabar. Wahai hamba Allah, sebenarnya apa yang engkau inginkan?"

    Lalu aku berkata, "Anakmu telah meninggal, aku mendapatkannya telah dimangsa binatang buas di antara bukit  pasir."

    Dia berkata, "Segala puji bagi Allah yang tidak menciptakan dariku keturunan yang dapat menjerumuskan ke neraka."

    Lalu dia menarik nafas sekali dan ruhnya keluar.

    Aku duduk dalam keadaan bingung apa yang harus kulakukan. Jika aku tinggalkan, dia akan dimangsa binatang buas. Jika aku tetap berada disampingnya, aku tidak dapat berbuat apa-apa. Ketika dalam keadaan tersebut, tiba-tiba ada segerombolan perampok mendatangiku.

    Para perampok itu berkata, "Apa yang terjadi?" Maka aku ceritakan apa yang telah terjadi. Mereka berkata, "Bukakan wajahnya kepada kami!" Maka aku membuka wajahnya, lalu mereka memiringkannya dan mendekatinya seraya berkata,  "Demi Allah, ayahku sebagai tebusannya, aku menahan mataku dari yang diharamkan Allah dan demi Allah, ayahku sebagai tebusannya, tubuh orang ini menunjukkan bahwa dia adalah orang yang sabar dalam menghadapi musibah."

    Lalu kami memandikannya, mengafaninya dan menguburnya. Kemudian, aku kembali ke perbatasan. Lalu, aku tidur dan aku melihatnya dalam mimpi, beliau kondisinya sehat. Aku berkata kepadanya, "Bukankah engkau sahabatku?" Dia berkata," Benar." Aku berkata, "Apa yang Allah lakukan terhadapmu?" Dia berkata, "Allah telah memasukkanku ke dalam surga dan berkata kepadaku,

    "Keselamatan atasmu berkat kesabaranmu." (QS. Ar-Ra'd: 24).

    "Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28).

    (Dari ceramah yang ditranskrip, oleh Syaikh Abu Ishaq Al-Huwainy yang berjudul Jannatu Ridha fit Taslim Lima Qadarallah wa Qadha, hal. 2)

    Kisah nabi Ayyub sudah sering kita dengar, namun mungkin muncul komentar dalam diri kita, "Itukan Nabi, wajar jika dia mampu bersabar, sehingga membuat kita tidak terlalu terkesan dengan cerita tersebut." Tapi subhanallah.., tokoh utama kisah di atas bukan Nabi. Abu Qilabah adalah manusia biasa seperti layaknya kita. Beliau tidak mendapatkan wahyu maupun didatangi malaikat Jibril untuk bersabar. Yang ini menunjukkan sikap sabar, diiringi syukur yang luar biasa seperti kisah di atas, memungkinkan untuk ditiru setiap orang. Tidak bisa kita bayangkan, andaikan beliau diberi oleh Allah nikmat yang lebih dari itu, sehebat apa rasa syukur yang akan beliau lakukan.

    Inilah sifat yang membuat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terkagum dan memuji pribadi orang mukmin. Sebagaimana disebutkan dalam hadis, dari sahabat Suhaib bin Sinan radliallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

    "Sungguh sangat mengagumkan keadaan orang yang beriman. Semua keadaannya itu baik. Dan ini hanya ada pada diri orang yang beriman. Apabila mereka mendapat kenikmatan, mereka bersyukur, dan itu (sikap) yang baik baginya. Sementara jika dia mendapatkan musibah, dia bersabar, dan itu (sikap) baik baginya." (HR. Muslim).

    Kunci Kebahagiaan Ada Tiga

    Dalam bukunya yang sangat masyhur yang berjudul "qawaidul arba" (4 kaidah penting dalam memahami kesyirikan), Imam Muhammad bin Sulaiman at-Tamimi mengatakan:

    "Semoga Allah menjadikan anda termasuk diantara orang yang apabila dia diberi dia bersyukur, apabila diuji, dia bersabar, dan apabila melakukan dosa, dia beristighfar. Karena tiga hal ini merupakan tanda kebahagiaan." (Qowaidul Arba')

    Bersyukur ketika mendapat nikmat

    Dengan sikap ini, orang akan tetap mendapatkan tambahan nikmat dan keberkahannya. Sebagaimana janji Allah ta'ala, dalam firman-Nya:

    "Jika kalian bersyukur maka sungguh Aku akan tambahkan untuk kalian, dan jika kalian kufur, sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim: 7)

    Hanya saja perlu kita ingat. Sikap ini tidaklah mudah. Kita baru bisa bersyukur, ketika kita merasa bahwa apa yang ada pada diri kita adalah pemberian Allah yang sudah sangat banyak.  Dengan ini, kita tidak akan membandingkan kenikmatan yang ada pada diri kita dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang yang lebih 'sukses' dari pada kita. Inilah kunci yang diajarkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda :

    "Lihatlah kepada orang yang (nikmatnya) lebih bawah dari pada kalian. Jangan melihat kepada orang yang (nikmatnya) di atas kalian. Dengan ini, akan lebih memungkinkan, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah pada diri kalian." (HR. Turmudzi dan dinilai shahih oleh al-Albani)

    Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengakui bahwa manusia memiliki sifat hasad dan selalu menginginkan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain. Dengan sebab ini, orang akan melupakan nikmat yang ada pada dirinya. Karena itu, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mengarahkan kepada manusia agar menutup celah timbulnya perasaan ini, dengan membandingkan keadaan dirinya dengan keadaan orang yang lebih rendah kenikmatannya dari pada nikmat yang ada pada dirinya.

    Bersabar ketika mendapat ujian

    Ujian dan cobaan merupakan salah satu bagian dalam kehidupan manusia. Tidak ada kenikmatan mutlak di alam dunia ini. Sehebat apapun manusia, sekaya apapun dia, kenikmatan yang dia rasakan akan bercampur dengan ujian dan cobaan. Namun, orang yang beriman bisa mengkondisikan keadaan yang sejatinya pahit ini sebagai bagian dari kebahagiaan. Itulah sikap sabar dan mengharap pahala dari Allah ta'ala. Karena itu, semakin besar sikap sabar yang dilakukan, semakin besar pula kebahagiaan yang dia rasakan. Barangkali, inilah diantara rahasia bahwa semakin sempurna keimanan seseorang maka semakin besar pula ujian yang Allah berikan kepadanya. Dinyatakan dalam sebuah hadits, dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

    "Sesungguhnya besarnya pahala sepadan dengan besarnya ujian. Sesungguhnya Allah, apabila mencintai seseorang maka Allah akan mengujinya. Siapa yang ridha (dengan takdir Allah) maka dia akan mendapatkan ridha (Allah). Siapa yang marah (dengan takdir Allah) maka dia akan mendapatkan murka (Allah)" (HR. Turmudzi, Ibnu Majah, dan dinilai hasan shahih oleh al-Albani)

    Diantara hikmah Allah memberikan ujian kepada kaum mukminin adalah agar mereka tidak merasa bahwa kehidupan dunia ini sebagai kenikmatan mutlak, sehingga mereka akan senantiasa mengharapkan akhirat.

    Memohon ampunan ketika berdosa

    Bukanlah sifat orang mukmin yang bertaqwa, sama sekali tidak memiliki dosa. Hamba  beriman yang baik adalah hamba yang ketika melakukan dosa dia segera bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah. Allah berfirman:

    "(Orang yang bertaqwa) adalah orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka" (QS. Ali Imran: 135)

    Dan inilah bagian tabiat manusia yang tidak bisa dihilangkan dari diri mereka. Akan tetapi, yang lebih penting adalah bagaimana seorang mukmin bisa segera bertaubat ketika melakukan dosa. Disebutkan dalam hadits, dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

    "Demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya. Andaikan kalian sama sekali tidak melakukan dosa, Allah akan menghilangkan kalian, kemudian Allah datangkan sekelompok orang yang mereka melakukan perbuatan dosa kemudian bertaubat, lalu Allah mengampuni mereka." (HR. Muslim)

    Hal inilah yang dirasakan para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Para manusia mulia ini, khawatir, jangan-jangan termasuk orang munafik, ketika mereka merasa lebih bertaqwa pada saat di dekat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, tetapi ketika berada di rumah, mereka masih melekat dengan dunia.

    Dari Abu Hurairah rahiiallahu 'anhu, bahwa para sahabat berkata: "Wahai Rasulullah, ketika kami melihat anda, hati kami menjadi lunak, dan kami seolah menjadi penduduk akhirat. Namun ketika kami jauh dari anda, kami menginginkan dunia dan bercanda dengan para istri dan anak." Kemudian beliau bersabda:

    "Jika kalian setiap saat dalam keadaan sebagaimana ketika kalian berada di dekatku (seolah menjadi penduduk akhirat), niscaya para malaikat akan menyalami kalian dengan telapak tangan mereka dan mengunjungi kalian di rumah kalian. Andai kalian tidak pernah melakukan perbuatan dosa, niscaya Allah akan mendatangkan kaum yang berdosa (kemudian bertaubat) agar Allah mengampuni mereka" (HR. Ahmad, dan dinyatakan oleh Syu'aib al-Arnauth: Shahih dengan beberapa jalurnya). Allahu a'lam. [Ammi Nur Baits]

    Sumber

    Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

    Sabar dan Syukur
    Penghulu Bacaan Istighfar
    Do'a dan Istighfar Yang Mencakup Segala Dosa & Kesalahan
    Sakit Sebagai Lahan Sabar dan Tafakur
    Hikmah: Memaknai Syukur Nikmat
    Momentum Syukur
    Syukur Boleh, Kufur Silakan
    Kezaliman dan Kemaksiatan Mengundang Bencana
    Kurban adalah Perintah Allah
    Sabar, Menyingkap Kegelapan Penghapus Dosa

    RA Kartini pun Menolak Masuk Kristen & Menentang Politik Kristenisasi

    Posted: 03 Nov 2011 01:00 PM PDT

    RA Kartini pun Menolak Masuk Kristen & Menentang Politik Kristenisasi

    (voa-islam) – Menarik apa yang ditulis sejarawan Muslim Indonesia Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya Api Sejarah tentang penolakan Raden Ajeng (RA) Kartini terhadap politik Kristenisasi di Tanah Jawa. Tak banyak buku sejarah yang mengungkap hal ini. Boleh jadi, pihak Barat dan kaum sekuler sengaja menutup-nutupi fakta sejarah ini. Setidaknya ini membuka cakrawala baru bagi penikmat sejarah.

    Siapa nyana, RA Kartini pernah menolak ajakan sahabat penanya Ny. Van Kol —  asal Belanda itu — untuk memeluk agama Kristen. Bagi Kartini, beragama Kristen sangat merendahkan derajatnya. Ini, bukti, Kartini memiliki ketauhidan (Islam) yang sangat kokoh, ketika itu.

    Dari surat-suratnya yang dikenal dengan Habis Gelap Terbitlah Terang (Door Duisternis tot Licht), ternyata RA Kartini tidak hanya menentang adat, tetapi juga menentang politik Kristenisasi dan Westernisasi. Dari surat-surat RA Kartini terbaca tentang nilai Islam dimata rakyat terjajah saat itu. Islam dalam pandangan Kartini adalah martabat peradaban bangsa Indonesia. Sebaliknya, Kristen dinilai merendahkan derajat bangsa, karena para gerejawannya memihak kepada politik imperialisme dan kapitalisme.

    Ketika Ny. Van Kol mengajaknya untuk masuk agama Kristen, Kartini menolaknya, seraya mengatakan, "Yakinlah Nyonya, kami akan tetap memeluk agama kami yang sekarang ini (Islam)." Selanjutnya, Kartini berbalik mengingatkan Ny. Van Kol agar Barat dapat bertoleransi terhadap agama Islam.

    Suratnya kepada E.C Abendanon dalam Habis Gelap Terbitlah Terang, Kartini juga mengingatkan: "Zending Protestan jangan bekerja dengan mengibarkan panji-panji agama. Jangan mengajak orang Islam memeluk agama Nasrani. Hal ini akan membuat Zending memandang penduduk Islam sebagai musuhnya. Dampaknya, semua agama akan menjauhi Zending."

    Mengapa demikian? RA Kartini menjelaskan, "Orang Islam umumnya memandang rendah kepada orang yang tadinya seagama dengan dia, lalu melepaskan keyakinannya sendiri memeluk agama lain."

    Kartini mengatakan,"Karena yang dipeluknya agama orang Belanda, sangka dia sama tinggi derajatnya dengan orang-orang Belanda." Yang menarik, Kartini memberi petunjuk kepada Zending Protestan, agar Zending mengajarkan ketauhidan seperti yang telah melekat pada keimanan Islami di hati bangsa Indonesia. "Janganlah menasranikan orang," kata Kartini 31 Januari 1903 M.

    Kekaguman pada Al-Qur'an

    Sikap Kartini yang istiqamah, nampak setelah ia membaca Tafsir Al-Qur'an. Kekagumannya terhadap nilai ajaran Al-Qur'an dituturkan kepada E.C Abendanon: "Alangkah bebalnya, bodohnya kami, kami tiada melihat, tiada tahu, bahwa sepanjang hidup ada gunung kekayaan di samping kami".(15 Agustus 1902).

    RA Kartini menilai Al-Qur'an sebagai gunung kekayaan yang telah lama ada disampingnya. Akibat pendidikan Barat, Al-Qur'an menjadi terlupakan. Namun, setelah Tafsir Al-Qur'an dibacanya, Kartini melihat Al-Qur'an sebagai gunung keagungan hakikat kehidupan.

    RA Kartini dengan surat-suratnya memberikan gambaran, bahwa agama Kristen atau Katolik tidak mendapatkan tempat di hati rakyat Indonesia. Hal ini disebabkan Agama Protestan sebagai agama penjajah Belanda. Demikian pula Katolik dikembangkan oleh penjajah Portugis, sebelum penjajah Protestan Belanda.

    "Jika demikian faktar sejarah yang sebenarnya, timbul pertanyaan, apakah benar teks dalam Diorama Monumen Nasional, Katolik dan Protestan sebagai pemersatu bangsa?" tanya Ahmad Mansur Suryanegara, sejarawan Muslim asal Bandung itu.

    Ahmad Mansur sangat menyayangkan jika umat Islam di Indonesia belum menggali sejarah bangsanya sendiri, terutama ulamanya. Kata Mansur, Ulama hanya mampu membaca abunya sejarah, tetapi tidak dapat menangkap apinya sejarah. Para ulama selalu disibukkan oleh masalah fiqhiyah, sehingga membiarkan masalah distorsi penulisan sejarah di sekitarnya tak terjawab.

    Akibatnya, pemerintah kolonial Belanda lah yang mengadakan pemugaran dan penulisan sejarah Indonesia dengan penyimpangan-penyimpangannya. Termasuk mengagung-agungkan kisah masa jaya dan keemasan Hindu dan Buddha. Bahkan kolonial Barat berusaha memadamkan cahaya Islam melalui penulisan sejarah yang sengaja digelapkan.

    "Melalui interpretasi sejarah, pemerintah Kolonial Belanda mencoba membentuk opini public bangsa Indonesia agar berpendapat bahwa Islam sebagai agama asing dari Arab, dan kedatangan Islam dianggap merugikan bangsa Indonesia. Sebuah penulisan sejarah yang keliru besar," kata Mansur.

    Menurut Mansur, RA Kartini benar-benar memperjuangkan anak bangsa agar memperoleh kesempatan pendidikan, sekalipun bukan dari suku Jawa. Lagi pula RA Kartini bukan dari kalangan Kejawen. Kebangkitan juangnua sangat dipengaruhi oleh ajaran Al-Qur'an. Lingkungan kehidupan Kabupaten Jepara merupakan medan persemaian tumbuh kembangnya ajaran Islam di kalangan Bupati yang berpikiran maju sejalan dengan gerakan kaum muda.

    Terlepas dari kritikan yang menyebut alam pemikiran Kartini sangat bercorak Theosofi, sebuah organisasi kebatinan Yahudi yang keberadaannya sempat dilarang oleh pemerintah RI. Setidaknya apa yang diungkap sejarawan Muslim Ahmad Mansur Suryanegara adalah sisi lain sosok Kartini yang tak banyak diungkap sejarawan lain, bahwa ia pernah menolak ajakan Ny. Van Kol untuk masuk agama Kristen dan menentang politik Kristenisasi dan westernisasi di negeri ini. Wallohu'alam bisshowab. (Desastian/dbs)

     

     

    Sumber

    Baca Juga Berita Lain Yang Berhubungan Dengan Berita Ini:

    Kartini dan Perempuan dalam Islam
    Kartini: Pejuang Islam ataukah Penganut Theosofi?
    Mengapa Harus Kartini?
    Jadi, Sebenarnya Apa Agama Kartini?
    Rintihan Kartini: Mereka Injak-injak Suamiku di depan Anak-anakku
    Kartini Menggugah Wanita
    Kepahlawanan RA Kartini dan Campur Tangan Kolonial Belanda
    Kristenisasi Makin Marak, Iran Akan Gantung Pria Murtad ke Kristen
    ‘Kartini’ dan ‘Kartono’ Menyoal Feminisme Hari Kartini
    BBC Media Penghina Kristen, Padahal di Negara Mayoritas Kristen

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Next Prev
    ▲Top▲