Majalahunik.com : Cerita Seks | Ku Relakan Keparewanan Ini Di Mobil Muh

| Sabtu, 09 Agustus 2014

Majalahunik.com : Cerita Seks | Ku Relakan Keparewanan Ini Di Mobil Muh


Cerita Seks | Ku Relakan Keparewanan Ini Di Mobil Muh

Posted: 09 Aug 2014 09:33 AM PDT

Cerita Sex Perawan – Perkenalkan nama panggilanku Maya. Aku baru berusia 18 tahun (SMA kelas III). Tinggiku lumayan sekitar 168 cm dan warna kulitku kuning bersih. Rambutku pendek sebahu, dan dadaku tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil juga.

Cerita Sex Perawan
Cerita Sex Perawan

Sangat proporsional antara tinggi dan berat badanku. Kata orang-orang aku sangat cocok untuk seorang model. Dan aku belum mempunyai pacar. Aku anak ke 3 dari 4 bersaudara dan semua perempuan. Kakak-kakakku semua sudah mempunyai pacar, kecuali adikku yang paling kecil kelas dua SMP. Pengalaman ini terjadi sekitar awal bulan Februari tahun 2001. Pengalaman ini tidak kukarang sendiri tapi berdasarkan cerita asli yang kualami di tahun 2001 ini. Ceritanya begini. Bermula saat aku berkenalan dengan seorang cowok, sebut saja namanya Muki. Orangnya tampan, tinggi sekitar 170 cm, dan tubuhnya atletis. Pokoknya sesuai dengan pria idamanku. Perbedaan umur kami sekitar 8 tahun, dan dia baru saja lulus dari universitas swasta terkenal di Jakarta. Kami kenalan pada saat aku sedang mempersiapkan acara untuk perpisahan kelas III di SMA-ku. SMAku di kawasan Jakarta Barat. Dan pada saat itu Muki sedang menemani adiknya yang kebetulan panitia perpisahan SMA kami. Pada saat itu Muki hanya melihat-lihat persiapan kami dan duduk di ruangan sebelah. Akhirnya pada saat istirahat siang, inilah pertama kalinya kami ngobrol-ngobrol. Dan pada saat kenalan tersebut kami sempat menukar nomor telepon rumah. Kira -kira tiga hari kemudian, Muki menelepon ke rumahku. "Hallo selamat sore, bisa bicara dengan Maya, ini dari Muki."

 "Ada apa, kok tumben mau nelepon ke sini, aku kira sudah lupa." "Gimana kabar kamu, mana mungkin aku lupa. Hmm, May ada acara nggak malam minggu ini." Aku sempat kaget Muki mengajakku keluar malam minggu ini. Padahal baru beberapa hari ini kenalan tapi dia sudah berani mengajakku keluar. Ah, biarlah, cowok ini memang idamanku kok. "Hmmm… belum tau, mungkin nggak ada, dan mungkin juga ada," jawabku. "Kenapa bisa begitu," balas Muki. "Ya, kalaupun ada bisa dibatalin seandainya kamu ngajak keluar, dan kalo batal acaranya aku bakalan akan nggak terima telpon kamu lagi," balasku lagi. "Ooo begitu, kalau gitu aku jemputnya ke rumahmu, sabtu sore, kita jalan-jalan aja. Di mana alamat rumahmu." Kemudian aku memberikan alamat rumahku di kawasan Maruya. Dan ternyata rumah Muki tidak begitu jauh dari rumahku. Ya, untuk seukuran Jakarta, segala sesuatunya dihitung dengan waktu bukan jarak. Tepat hari sabtu sore, Muki datang dengan kendaraan dan parkir tepat di depan rumahku. Setelah tiga puluh menit di rumah, ngobrol -ngobrol dan pamitan dengan orang rumah, akhirnya kami meninggalkan rumah dan belum tahu mau menuju ke mana.

Di dalam mobil kami berdua, ngobrol sambil ketawa-ketawa dan tiba-tiba Muki menghentikan mobilnya tepat di lapangan tenis yang ada di kawasan Jakarta Barat. "May, kamu cantik sekali hari ini, boleh aku mencium kamu," bisik Muki mesra. "Muk, apa kita baru aja kenalan, dan kamu belum tau siapa aku dan aku belum tau siapa kamu sebenarnya, jangan-jangan kamu sudah punya pacar." "Kalo aku sudah punya pacar, sudah pasti malam minggu ini aku ke tempat pacarku." "Muk, terus terang semenjak pertama kali melihat kamu aku langsung tertarik." Tiba-tiba tangan Muki memegang tanganku dan meremasnya kuat -kuat."Aku juga May, begitu melihat kamu langsung tertarik." Dan Muki menarik tanganku hingga badanku ikut tertarik, lalu Muki memelukku erat-erat dan mencium rambutku hingga telingaku. Aku merinding dan tiba-tiba tanpa kusadari bibir Muki sudah ada di depan mataku. Dan pelan-pelan Muki mencium bibirku. Pertama-tama, sempat kulepaskan. Karena inilah pertama kali aku dicium seorang laki-laki.

Dan tanpa pikir panjang lagi, aku yang langsung menarik badan Muki dan mencium bibirnya. Ciuman Muki sepertinya sudah ahli sekali dan membuatku begitu bernafsu untuk menarik lidahnya. Oh.. betapa nikmatnya malam ini. Dan, lama-kelamaan tangan Muki mulai meraba sekitar dadaku. "Jangan Muk, aku tidak mau secepat ini, lagi pula kita melakukannya di depan jalan, aku malu Muk," jawabku. Sebenarnya aku ingin dadaku diremas oleh Muki karena aku sudah mengidam-idamkan dan sudah membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya. "May, bagaimana kalau kita nonton aja. Sekarang masih jam setengah delapan dan film masih ada kok." Akhirnya aku setuju. Di dalam bioskop kami mencari tempat posisi yang paling bawah. Muki sepertinya sudah sangat pengalaman dalam memilih tempat duduk. Dan begitu film diputar, Muki langsung melumat bibirku yang tipis. Lidah kami saling beradu dan aku membiarkan tangan Muki meraba di sekitar dadaku. Walaupun masih ditutupi dengan baju. Tiba-tiba Muki membisikkan sesuatu di telingaku, "May, kamu membuat nafsuku naik." "Aku juga Muk," balasku manja.

Dan Muki menarik tanganku dan mengarahkan tanganku ke arah penisnya. "Astaga," pikirku. Ternyata diluar dugaanku, penis Muki sudah sangat tegang sekali. Dan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan yang pertama kali ini. "Teruskan may, remas yang kuat dan lebih kuat lagi." Tak lama kemudian, tangan Muki sudah berhasil membuka bajuku. Kebetulan saat itu aku memakai kemeja kancing depan. Sehingga tidak terlalu susah untuk membukanya. Kebetulan aku memakai BH yang dibuka dari depan. Akhirnya tangan Muki berhasil meremas susuku yang baru pertama kali ini dipegang oleh seseorang yang baru kukenal. Muki meremasnya dengan lembut sekali dan sekali-kali Muki memegang puting susuku yang sudah keras. "Teruskan Muk, aku enak sekali.." Dan tanpa sengaja aku pun sudah membuka reitsleting celananya, yang pada saat itu memakai celana kain. "Astaga," pikirku sekali lagi, tanganku dibimbing Muki untuk memasuki celana dalam yang dipakainya. Dan sesaat kemudian aku sudah meremas-remas penis Muki yang sangat besar. Kami saling menikmati keadaan di bioskop waktu itu. "Teruskan Muk, aku enak sekali.." Tidak terasa film yang kami tonton berlalu dengan cepat. Dan akhirnya kami keluar dengan perasaan kecewa. "Kita langsung pulang ya May sudah malam," pinta Muki. "Muk, sebenarnya aku belum mau pulang, lagian biasanya kakak-kakakku kalau malam mingguan pulangnya jam 11:30 malam, sekarang masih jam 10:15, kita keliling-keliling dulu ya." bisikku mesra. Sebenarnya dalam hatiku ingin sekali mengulang apa yang sudah kami lakukan tadi di dalam bioskop. Namun rasanya tidak enak bila kukatakan pada Muki.

Mudah-mudahan Muki mengerti apa yang kuinginkan. "Ya, sudah kita jalan-jalan ke senayan aja, sambil ngeliat orang-orang yang lagi bingung juga," balas Muki dengan nada gembira. Sampai di senayan, Muki memarkirkan mobilnya tepat di bawah pohon yang jauh dari mobil lainnya. Dan setelah Muki menghentikan mobilnya, tiba-tiba Muki langsung menarik wajahku dan mencium bibirku. Kelihatannya Muki begitu bernafsu melihat bibirku. Sebenarnya inilah waktu yang kutunggu-tunggu. Kami saling melumat bibir dan permainan lidah yang kami lakukan membuat gairah kami tidak terbendung lagi. Tiba-tiba Muki melepaskan ciumannya. "May, aku ingin mencium susumu, bolehkan.." Tanpa berkata sedikit pun aku membuka kancing kemejaku dan membuka kaitan BH yang kupakai. Terlihat dua gundukan yang sedang mekar -mekarnya dan aku membiarkannya terpandang sangat luas di depan mata Muki. Dan kulihat Muki begitu memperhatikan bentuk bulatan yang ada di depan matanya. Memang susuku belum begitu tumbuh secara keseluruhan, tapi aku sudah tidak sabar lagi untuk dicium oleh seorang lelaki. "May, apa ini baru pertama kali ada yang memegang yang menciumi susumu," bisik Muki. "Iya, Muk, baru kamu yang pertama kali, aku memberikan ke orang yang benar -benar aku inginkan," balasku manja. Tak lama kemudian, Muki dengan lembutnya menciumi susuku dan memainkan lidahnya di seputar puting susuku yang sedang keras. Aduh enak sekali rasanya. Inilah waktu yang tunggutunggu sejak lama. Nafsuku langsung naik pada saat itu.

 "Jangan berhenti Muk, teruskan ya… aku enak sekali.." Dan tanganku pun dibimbing Muki untuk membuka reitsleting celananya. Dan aku membukanya. Kemudian Muki mengajak pindah tempat duduk dan kami pun pindah di tempat duduk belakang. Sepertinya di belakang kami bisa dengan leluasa saling berpelukan. Baju kemejaku sudah dilepas oleh Muki dan yang tertinggal hanya BH yang masih menggantung di lenganku. Reitsleting celana Muki sudah terbuka dan tiba-tiba Muki menurunkan celananya dan terlihat jelas ada tonjolan di dalam celana dalam Muki. Dan Muki menurunkan celana dalamnya. Terlihat jelas sekali penis Muki yang besar dan berwarna kecoklatan. Ditariknya tanganku untuk memegang penisnya. Dan aku tidak melepaskan kesempatan tersebut. Muki masih terus menjilati susuku dan sekali-kali Muki menggigit puting susuku. "Muk, teruskan ya… jilat aja Muk, sesukamu.." desahku tak karuan. Sementara aku masih terus memegang penis Muki. Dan sepertinya Muki makin bernafsu dengan permainan seksnya. Akhirnya Muki sudah tidak tahan lagi. "May, kamu isap punyaku ya… mau nggak?" "Isap bagaimana.." "Tolong keluarin punyaku di mulutmu." Sebenarnya aku masih bingung, tapi karena penasaran apa yang dimaui Muki, maka aku menurut saja apa permintaannya. Dan Muki merubah posisi duduknya, Muki menurunkan kepalaku hingga aku berhadapan langsung dengan kepunyaan Muki. "Muk, besar sekali punyamu." "Langsung aja may, aku sudah tidak tahan.." Aku langsung mengulum pelan-pelan kepunyaan Muki. Inilah pertama kali aku melihat, memegang dan mengisap dalam satu waktu. Aku menjilati dan kadang kutarik dalam mulutku kepunyaan Muki. Sekali-kali kujilati dengan lidahku.

Dan sekali-kali juga kujilati dan kuisap buah kepunyaan Muki. Aku memang menikmati yang namanya penis. Mulai dari atas turun ke bawah. Dan kuulangi lagi seperti itu. Dan kepala penis kepunyaan Muki aku jilatin terus. Ah… benar-benar nikmat. Sekitar lima menit aku menikmati permainan punya Muki, tiba-tiba, Muki menahan kepalaku dan menyuruhku mengisap lebih kuat. "Terus May, jangan berhenti, terus isap yang kuat, aku sudah tidak tahan lagi.." Dan tidak lama setelah itu, Muki mengerang keenakan dan tanpa sadar, keluar cairan berwarna putih dari penis Muki. Apakah ini yang namanya sperma, pikirku. Dalam keadaan masih keluar, aku tidak bisa melepaskan penis Muki dari mulutku, aku terus mengisap dan menyedot sperma yang keluar dari penis Muki. Ah… rasa dan aromanya membuatku ingin terus menikmati yang namanya sperma. Aku pun tidak bisa melepaskan kepalaku karena ditahan oleh Muki. Aku terus melanjutkan isapanku dan aku hanya bisa melebarkan mulutmu dan sebagian cairan yang keluar tertelan di mulutku. Dan Muki kelihatan sudah enak sekali dan melepaskan tangannya dari kepalaku.

"May, aku sudah keluar, banyak ya.." "Banyak sekali Muk, aku tidak sanggup untuk menelan semuanya, karena aku belum biasa." "Tidak apa-apa May.." Kemudian Muki mengambil cairan yang terbuang di sekitar penisnya dan menaruh ke susuku. Aku pun memperhatikan kelakuan Muki. Dan Muki mengelus-elus susuku. Akhirnya jam sudah tepat jam 11 malam. Dan aku diantar oleh Muki tepat jam 11 lewat 35 menit. Karena besoknya kami berjanji akan ketemu lagi. Malamnya entah mengapa aku sangat sulit sekali tidur. Karena pengalamanku yang pertama membuatku penasaran, entah apa yang akan kulakukan lagi bersama Muki esoknya.Dan, malam itu aku masih teringat akan penis Muki yang besar dan aroma sperma serta ingin rasanya aku menelan sekali lagi. Ingin cepat-cepat kuulangi lagi peristiwa malam itu. Besoknya dengan alasan ada pertemuan panitia perpisahan, aku akhirnya bisa keluar rumah.Akhirnya sesuai jam yang sudah ditentukan, Muki menjemputku dan Muki membawaku ke suatu tempat yang masih teramat asing buatku. "Tempat apa ini Muk," tanyaku. "May, ini tempat kencan, daripada kita kencan di mobil lebih bagus kita ke sini aja, dan lebih aman dan tentunya lebih leluasa. Kamu mau."

 "Entahlah Muk, aku masih takut tempat seperti ini." "Kamu jangan takut, kita tidak keluar dari mobil. Kita langsung menuju kamar yang kita pesan." Dan sampai di garasi mobil, kami keluar, dan di garasi itu hanya ada satu pintu. Sepertinya pintu itu menuju ke kamar. Benar dugaanku. Pintu itu menuju ke kamar yang sudah dingin dan nyaman sekali, tidak seperti yang kubayangkan. Terlihat ada kulkas kecil, kamar mandi dengan shower, dan TV 21, dan tempat tidur untuk kapasitas dua orang. "Maya, kita santai di sini aja ya… mungkin sampai sore atau kita pulang setelah magrib nanti, kamu mau.." pinta Muki. "Aku setuju saja Muk, terserah kamu." Setelah makan siang, kami ngobrol-ngobrol dan Muki membaringkan badanku di tempat tidur. "May, kamu mau kan melakukannya sekali lagi untukku." Aku setuju. Sebenarnya inilah yang membuatku berpikir malamnya apa yang akan kami lakukan berikutnya. Muki berdiri di depanku, dan melepaskan kancing kemejanya satu persatu, dan membuka celana panjang yang dipakainya. Terlihat sekali lagi dan sekarang lebih jelas lagi kepunyaan Muki daripada malam kemarin. Ternyata kepunyaan Muki lebih besar dari yang kubayangkan. Dan, dalam sekejap Muki sudah terlihat bugil di depanku. Muki memelukku erat-erat dan membangunkanku dari tempat tidur. Sambil mencium bibirku, Muki menarik ke atas baju kaos ketat yang kupakai. Dan memelukku sambil melepaskan ikatan BH yang kupakai. Dan pelan-pelan tangan Muki mengelus susuku yang sudah keras. Dan lama -kelamaan tangan Muki sudah mencapai reitstleting celanaku dan membuka celanaku. Dan menurunkan celana dalamku. Aku masih posisi berdiri, dan Muki jongkok tepat di depan vaginaku. Muki memandangku dari arah bawah. Sambil tangannya memeluk pahaku. "May, bodi kamu bagus sekali." Muki sekali lagi memperhatikan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat dan menciumi aroma vaginaku. "May, seandainya hari ini perawanmu hilang, kamu bagaimana." "Terserah kamu Muk, aku tidak peduli tentang perawanku, aku ingin menikmati hari ini, denganmu berdua, dan aku kepengen sekali melakukannya denganmu.."

Akhirnya aku pasrah apa yang dilakukan oleh Muki. Kemudian Muki meniduriku yang sudah tidak memakai apa-apa lagi. Kami sudah sama-sama bugil. Dan tidak ada batasan lagi antara kami. Muki bebas menciumiku dan aku juga bebas menciumi Muki. Kami melakukannya sama-sama dengan nafsu kami yang sangat besar. Baru pertama kali ini aku melakukannya seperti hubungan suami istri. Muki menciumi seluruh tubuhku mulai dari atas turun ke bawah. Begitu bibir Muki sampai di vaginaku yang sudah sangat basah, terasa olehku Muki membuka lebar vaginaku dengan jari-jarinya. Ah… nikmat sekali. Seandainya aku tahu senikmat ini, ingin kulakukan dari dulu. Ternyata Muki sudah menjilati klitorisku yang panjang dan lebar. Dengan permainan lidahnya di vaginaku dan tangan Muki sambil meremas susuku dan memainkan putingku, aku rasanya sudah sangat enak sekali. Sepertinya tidak kusia-siakan kenikmatan ini tiap detik. Muki sekali-kali memasukan jarinya ke vaginaku dan memasukkan lidahnya ke vaginaku. Akhirnya dengan nafsu yang sudah tidak bisa kutahan lagi, kukatakan pada Muki. "Muk, masukkan punyamu ke punyaku ya… masukannya pelan -pelan," pintaku. Muki lalu bangkit dari arah bawah. Dan menciumi bibirku.

"May, kamu sudah siap aku masukkan, apa kamu tidak menyesal nantinya." "Tidak Muk, aku tidak menyesal. Aku sudah siap melakukannya."Lalu Muki melebarkan kakiku dan terlihat jelas sekali punya Muki yang sangat besar sudah siap-siap untuk masuk ke punyaku. Vaginaku sudah basah sekali. Dan kubimbing penis Muki agar tepat masuk di lubang vaginaku. Pertama-tama memang agak sakit, tapi punyaku sepertinya sudah tidak terasa lagi akan sakit yang ada, lebih banyak nikmatnya yang kurasakan. Dengan dorongan pelan dan pelan sekali, akhirnya punya Muki berhasil masuk ke dalam lorong kenikmatanku. "Oh… enak sekali," jeritku. Terasa seluruh lorong dan dinding vaginaku penuh dengan penis besar kepunyaan Muki. Dengan sekali tekan dan dorongan yang sangat keras dari penis Muki, membuat hari itu aku sudah tidak perawan lagi. Muki membisikkan sesuatu di telingaku, "May, kamu sudah tidak perawan lagi." "Ngga apa-apa Muk, jangan dilepas dulu ya…" "Terus Muk, goyang lebih kencang, aku enak sekali.." Dengan posisi aku di bawah, Muki di atas, kami melakukannya lama sekali. Muki terus menciumi susuku yang sudah keras, penis Muki masih terbenam di vaginaku. Akhirnya puncak kenikmatanku yang pertama keluar juga. "Muki sepertinya aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar." "Keluarin terus May, aku tidak akan melepaskan punyaku." "Muk, aku tidak tahan lagi… a..ahh… aaahh.. aku keluar Muk, aku keluar.. keluar Muk..enaak sekali, jangan berhenti, teruskan… aaaa… aaaa.." Pada saat orgasme yang pertama, Muki langsung menciumi bibirku. Oh… benar -benar luar biasa sekali enaknya. Akhirnya aku menikmati kehangatan punya Muki dan aku masih memeluk badan Muki. Walaupun udara di kamar itu sangat dingin, tapi hawa yang kami keluarkan mengalahkan udara dingin. "May, aku masih mau lagi, tidak akan kulepaskan… sekarang aku mau posisi enam sembilan. Kamu isap punyaku dan aku isap punyamu." Kemudian kami berubah posisi ke enam sembilan.

Muki bisa sangat jelas mengisap punyaku. Dan kelihatan kliotorisku yang sangat besar dan panjang. "May punyamu lebar sekali." "Isap terus Muk, aku ingin mengeluarkan sekali lagi dan berkali-kali." Aku terus mengisap punya Muki sementara Muki terus menjilati vaginaku dan kami melakukannyasangat lama sekali. Penis Muki yang sudah sangat keras sekali membuatku bernafsu untuk melawannya. Dan permainan mulut Muki di vaginaku juga membuatku benar-benar terangsang dan sepertinya saat-saat seperti ini tidak ingin kuakhiri. "Muk… aku mau keluar lagi… aku tidak tahan lagi honey…" "Tahan sebentar May, aku juga mau keluar.." Tiba-tiba Muki langsung merubah posisi. Aku di bawah dan dia di atas. Dengan cepat Muki melebarkan kakiku, dan oh.. ternyata Muki ingin memasukkan penisnya ke vaginaku. Dan sekali lagi Muki memasukkan penisnya ke vaginaku. Walaupun masih agak sulit, tapi akhirnya lorong kenikmatanku dapat dimasuki oleh penis Muki yang besar. "Dorong yang keras Muk, lebih keras lagi," desahku. Muki menggoyangan badannya lebih cepat lagi.

 "Iya Muk, seperti itu… terus… aaa..aaa… enak sekali, aku mau melakukannya terusmenerus denganmu.." "May, aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar…" "Aku juga Muk, sedikit lagi, kita keluar sama -sama ya… aaa.." "May… aku keluar.." "Aku juga Muk… aaa… aa… terasa Muk, terasa sekali hangat spermamu.." "Aduh, May… goyang terus May, punyaku lagi keluar…" "Aduh Muk… enak sekali…" Bibirku langsung menciumi bibir Muki yang lagi dipuncak kenikmatan. Tak lama kemudian kami sama-sama terdiam dan masih dalam kehangatan pelukan. Akhirnya kami mencapai kenikmatan yang luar biasa. Dan sama-sama mengalami kenikmatan yang tidak bisa diukur. "May… spermaku sekarang ada di dalam punyamu." "Ia Muk…" Tidak lama kemudian, Muki membersihkan cairan spermanya di vaginaku. "May, kalo kamu hamil, aku mau bertanggungjawab." "Iya Muk.." jawabku singkat. Akhirnya kami mandi sama-sama. Di kamar mandi kami melakukannya sekali lagi, dan aku mengalami kenikmatan sampai dua kali. Sekali keluar pada saat Muki menjilati vaginaku dan sekali lagi pada saat Muki memasukkan penisnya ke vaginaku. Muki pun mengalami hal yang sama. Sorenya kami melakukannya sekali lagi. Kali melakukannya berulang kali. Dan istirahat kami hanya sebentar, tidak sampai satu jam kami sudah melakukannya lagi. Benar-benar luar biasa. Aku pun tidak tahu kenapa nafsuku begitu bergelora dan tidak mau berhenti. Kalau dihitunghitung dalam melakukan hubungan badan, aku sudah keluar 8 kali orgasme. Dan kalau hanya sekedar diisap oleh Muki hanya 3 kali. Jadi sudah 11 kali aku keluar. Sementara Muki sudah 7 kali. Malamnya tepat jam 8.30 kami keluar dari penginapan. Padahal jika dipikir-pikir, hanya dalam waktu dua hari saja aku sudah melepaskan keperawananku ke seseorang. Dan sampai sekarang hubunganku dengan Muki bukan sifatnya pacaran, tapi hanya bersifat untuk memuaskan nafsu saja. Dan, baru kali ini aku bisa merasakan tidur yang sangat pulas sesampainya di rumah.

Besoknya aku harus sekolah seperti biasa dan tentunya dengan perasaan senang dan ingin melakukannya berkali-kali. Seperti biasa setiap tanggal 20, aku datang bulan. Dan kemarin (tanggal 20 Februari 2001) ini aku masih dapat. Aku langsung menelepon Muki sepulang dari sekolah. "Muk, aku dapat lagi, dan aku tidak hamil." "Iya May… syukurlah…" "Muk, aku ingin melakukannya sekali lagi, kamu mau Muk.." Dan, ternyata kami bisa melakukannya di mana saja. Kadang aku mengisap penis Muki sambil Muki menyetir mobil yang lagi di jalan tol. Dan setelah cairan sperma Muki keluar yang tentunya semua kutelan, karena sudah biasa, setelah itu tangan Muki memainkan vaginaku. Kadang juga sebelum pulang aku tidak lagi mencium bibir Muki, tapi aku mengisap kepunyaan Muki sebelum turun dari mobil, hanya sekitar 2 menit, Muki sudah keluar. Dan aku masuk rumah masih ada sisa-sisa aroma sperma di mulutku. Di tiap pertemuan kami berdua selalu saling mengeluarkan. Jika kami ingin melakukan hubungan badan, biasanya kami menyewa penginapan dari siang sampai sore dan hanya dilakukan tiap hari sabtu karena pada saat itu sepulang sekolah Muki langsung mengajakku ke penginapan.

Cerita Sex | Permainan Mbak Sri Luar Biasa

Posted: 09 Aug 2014 09:25 AM PDT

Cerita Ngentot Janda Kembang Perawan – Cerita dewasa Telah belasan tahun berpraktek aku di kawasan kumuh ibu kota, tepatnya di kawasan Pelabuhan Rakyat di Jakarta Barat. Pasienku lumayan banyak, namun rata-rata dari kelas menengah ke bawah. Jadi sekalipun telah belasan tahun aku berpraktek dengan jumlah pasien lumayan, aku tetap saja tidak berani membina rumah tangga, sebab aku benar-benar ingin membahagiakan isteriku, bila aku memilikinya kelak,

Cerita Ngentot Janda Kembang Perawan
Cerita Ngentot Janda Kembang Perawan

 dan kebahagiaan dapat dengan mudah dicapai bila kantongku tebal, simpananku banyak di bank dan rumahku besar. Namun aku tidak pernah mengeluh akan keadaanku ini. Aku tidak ingin membanding-bandingkan diriku pada Dr. Susilo yang ahli bedah, atau Dr. Hartoyo yang spesialis kandungan, sekalipun mereka dulu waktu masih sama-sama kuliah di fakultas kedokteran sering aku bantu dalam menghadapi ujian.

Mereka adalah bintang kedokteran yang sangat cemerlang di bumi pertiwi, bukan hanya ketenaran nama, juga kekayaan yang tampak dari Baby Benz, Toyota Land Cruiser, Pondok Indah, Permata Hijau, Bukit Sentul dll. Dengan pekerjaanku yang melayani masyarakat kelas bawah, yang sangat memerlukan pelayanan kesehatan yang terjangkau, aku memperoleh kepuasan secara batiniah, karena aku dapat melayani sesama dengan baik. Namun, dibalik itu, aku pun memperoleh kepuasan yang amat sangat di bidang non materi lainnya. Suatu malam hari, aku diminta mengunjungi pasien yang katanya sedang sakit parah di rumahnya. Seperti biasa, aku mengunjunginya setelah aku menutup praktek pada sekitar setengah sepuluh malam. Ternyata sakitnya sebenarnya tidaklah parah bila ditinjau dari kacamata kedokteran, hanya flu berat disertai kurang darah, jadi dengan suntikan dan obat yang biasa aku sediakan bagi mereka yang kesusahan memperoleh obat malam malam, si ibu dapat di ringankan penyakitnya. Saat aku mau meninggalkan rumah si ibu, ternyata tanggul di tepi sungai jebol, dan air bah menerjang, hingga mobil kijang bututku serta merta terbenam sampai setinggi kurang lebih 50 senti dan mematikan mesin yang sempat hidup sebentar.

Air di mana-mana, dan aku pun membantu keluarga si ibu untuk mengungsi ke atas, karena kebetulan rumah petaknya terdiri dari 2 lantai dan di lantai atas ada kamar kecil satu-satunya tempat anak gadis si ibu tinggal. Karena tidak ada kemungkinan untuk pulang, maka si Ibu menawarkan aku untuk menginap sampai air surut. Di kamar yang sempit itu, si ibu segera tertidur dengan pulasnya, dan tinggallah aku berduaan dengan anak si ibu, yang ternyata dalam sinar remang-remang, tampak manis sekali, maklum, umurnya aku perkirakan baru sekitar awal dua puluhan. "Pak dokter, maaf ya, kami tidak dapat menyuguhkan apa apa, agaknya semua perabotan dapur terendam di bawah", katanya dengan suara yang begitu merdu, sekalipun di luar terdengar hamparan hujan masih mendayu dayu.

 "Oh, enggak apa-apa kok Dik", sahutku. Dan untuk melewati waktu, aku banyak bertanya padanya, yang ternyata bernama Sri. Ternyata Sri adalah janda tanpa anak, yang suaminya meninggal karena kecelakaan di laut 2 tahun yang lalu. Karena hanya berdua saja dengan ibunya yang sakit-sakitan, maka Sri tetap menjanda. Sri sekarang bekerja pada pabrik konveksi pakaian anak-anak, namun perusahaan tempatnya bekerja pun terkena dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan. Saat aku melirik ke jam tanganku, ternyata jam telah menunjukkan setengah dua dini hari, dan aku lihat Sri mulai terkantuk-kantuk, maka aku sarankan dia untuk tidur saja, dan karena sempitnya kamar ini, aku terpaksa duduk di samping Sri yang mulai merebahkan diri. Tampak rambut Sri yang panjang terburai di atas bantal. Dadanya yang membusung tampak bergerak naik turun dengan teraturnya mengiringi nafasnya. Ketika Sri berbalik badan dalam tidurnya, belahan bajunya agak tersingkap, sehingga dapat kulihat buah dadanya yang montok dengan belahan yang sangat dalam. Pinggangnya yang ramping lebih menonjolkan busungan buah dadanya yang tampak sangat menantang.

Aku coba merebahkan diri di sampingnya dan ternyata Sri tetap lelap dalam tidurnya. Pikiranku menerawang, teringat aku akan Wati, yang juga mempunyai buah dada montok, yang pernah aku tiduri malam minggu yang lalu, saat aku melepaskan lelah di panti pijat tradisional yang terdapat banyak di kawasan aku berpraktek. Tapi Wati ternyata hanya nikmat di pandang, karena permainan seksnya jauh di bawah harapanku. Waktu itu aku hampir-hampir tidak dapat pulang berjalan tegak, karena burungku masih tetap keras dan mengacung setelah 'selesai' bergumul dengan Wati. Maklum, aku tidak terpuaskan secara seksual, dan kini, telah seminggu berlalu, dan aku masih memendam berahi di antara selangkanganku. Aku mencoba meraba buah dada Sri yang begitu menantang, ternyata dia tidak memakai beha di bawah bajunya. Teraba puting susunya yang mungil. dan ketika aku mencoba melepaskan bajunya, ternyata dengan mudah dapat kulakukan tanpa membuat Sri terbangun. Aku dekatkan bibirku ke putingnya yang sebelah kanan, ternyata Sri tetap tertidur.

Aku mulai merasakan kemaluanku mulai membesar dan agak menegang, jadi aku teruskan permainan bibirku ke puting susu Sri yang sebelah kiri, dan aku mulai meremas buah dada Sri yang montok itu. Terasa Sri bergerak di bawah himpitanku, dan tampak dia terbangun, namun aku segera menyambar bibirnya, agar dia tidak menjerit. Aku lumatkan bibirku ke bibirnya, sambil menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Terasa sekali Sri yang semula agak tegang, mulai rileks, dan agaknya dia menikmati juga permainan bibir dan lidahku, yang disertai dengan remasan gemas pada ke dua buah dadanya. Setalah aku yakin Sri tidak akan berteriak, aku alihkan bibirku ke arah bawah, sambil tanganku mencoba menyibakkan roknya agar tanganku dapat meraba kulit pahanya. Ternyata Sri sangat bekerja sama, dia gerakkan bokongnya sehingga dengan mudah malah aku dapat menurunkan roknya sekaligus dengan celana dalamnya, dan saat itu kilat di luar membuat sekilas tampak pangkal paha Sri yang mulus, dengan bulu kemaluan yang tumbuh lebat di antara pangkal pahanya itu. Kujulurkan lidahku,

kususupi rambut lebat yang tumbuh sampai di tepi bibir besar kemaluannya. Di tengah atas, ternyata clitoris Sri sudah mulai mengeras, dan aku jilati sepuas hatiku sampai terasa Sri agak menggerakkan bokongnya, pasti dia menahan gejolak berahinya yang mulai terusik oleh jilatan lidahku itu. Sri membiarkan aku bermain dengan bibirnya, dan terasa tangannya mulai membuka kancing kemejaku, lalu melepaskan ikat pinggangku dan mencoba melepaskan celanaku. Agaknya Sri mendapat sedikit kesulitan karena celanaku terasa sempit karena kemaluanku yang makin membesar dan makin menegang. Sambil tetap menjilati kemaluannya, aku membantu Sri melepaskan celana panjang dan celana dalamku sekaligus, sehingga kini kami telah bertelanjang bulat, berbaring bersama di lantai kamar, sedangkan ibunya masih nyenyak di atas tempat tidur. Mata Sri tampak agak terbelalak saat dia memandang ke arah bawah perutku, yang penuh ditumbuhi oleh rambut kemaluanku yang subur, dan batang kemaluanku yang telah membesar penuh dan dalam keadaan tegang, menjulang dengan kepala kemaluanku yang membesar pada ujungnya dan tampak merah berkilat. Kutarik kepala Sri agar mendekat ke kemaluanku, dan kusodorkan kepala kemaluanku ke arah bibirnya yang mungil. Ternyata Sri tidak canggung membuka mulutnya dan mengulum kepala kemaluanku dengan lembutnya. Tangan kanannya mengelus batang kemaluanku sedangkan tangan kirinya meremas buah kemaluanku.

Aku memajukan bokongku dan batang kemaluanku makin dalam memasuki mulut Sri. Kedua tanganku sibuk meremas buah dadanya, lalu bokongnya dan juga kemaluannya. Aku mainkan jariku di clitoris Sri, yang membuatnya menggelinjang, saat aku rasakan kemaluan Sri mulai membasah, aku tahu, saatnya sudah dekat. Kulepaskan kemaluanku dari kuluman bibir Sri, dan kudorong Sri hingga telentang. Rambut panjangnya kembali terburai di atas bantal. Sri mulai sedikit merenggangkan kedua pahanya, sehingga aku mudah menempatkan diri di atas badannya, dengan dada menekan kedua buah dadanya yang montok, dengan bibir yang melumat bibirnya, dan bagian bawah tubuhku berada di antara kedua pahanya yang makin dilebarkan. Aku turunkan bokongku, dan terasa kepala kemaluanku menyentuh bulu kemaluan Sri, lalu aku geserkan agak ke bawah dan kini terasa kepala kemaluanku berada diantara kedua bibir besarnya dan mulai menyentuh mulut kemaluannya. Kemudian aku dorongkan batang kemaluanku perlahan-lahan menyusuri liang sanggama Sri.

Terasa agak seret majunya, karena Sri telah menjanda dua tahun, dan agaknya belum merasakan batang kemaluan laki-laki sejak itu. Dengan sabar aku majukan terus batang kemaluanku sampai akhirnya tertahan oleh dasar kemaluan Sri. Ternyata kemaluanku cukup besar dan panjang bagi Sri, namun ini hanya sebentar saja, karena segera terasa Sri mulai sedikit menggerakkan bokongnya sehingga aku dapat mendorong batang kemaluanku sampai habis, menghunjam ke dalam liang kemaluan Sri. Aku membiarkan batang kemaluanku di dalam liang kemaluan Sri sekitar 20 detik, baru setelah itu aku mulai menariknya perlahan-lahan, sampai kira-kira setengahnya, lalu aku dorongkan dengan lebih cepat sampai habis. Gerakan bokongku ternyata membangkitkan berahi Sri yang juga menimpali dengan gerakan bokongnya maju dan mundur, kadangkala ke arah kiri dan kanan dan sesekali bergerak memutar, yang membuat kepala dan batang kemaluanku terasa di remas-remas oleh liang kemaluan Sri yang makin membasah. Tidak terasa, Sri terdengar mendasah dasah, terbaur dengan dengusan nafasku yang ditimpali dengan hawa nafsu yang makin membubung. Untuk kali pertama aku menyetubuhi Sri, aku belum ingin melakukan gaya yang barangkali akan membuatnya kaget, jadi aku teruskan gerakan bokongku mengikuti irama bersetubuh yang tradisional, namun ini juga membuahkan hasil kenikmatan yang amat sangat.

Sekitar 40 menit kemudian, disertai dengan jeritan kecil Sri, aku hunjamkan seluruh batang kemaluanku dalam dalam, kutekan dasar kemaluan Sri dan seketika kemudian, terasa kepala kemaluanku menggangguk-angguk di dalam kesempitan liang kemaluan Sri dan memancarkan air maniku yang telah tertahan lebih dari satu minggu. Terasa badan Sri melamas, dan aku biarkan berat badanku tergolek di atas buah dadanya yang montok. Batang kemaluanku mulai melemas, namun masih cukup besar, dan kubiarkan tergoler dalam jepitan liang kemaluannya. Terasa ada cairan hangat mengalir membasahi pangkal pahaku. Sambil memeluk tubuh Sri yang berkeringat, aku bisikan ke telinganya, "Sri, terima kasih, terima kasih.." TAMAT

Cerita Sex | Kocokan Si Eneng Bikin Horny

Posted: 09 Aug 2014 09:19 AM PDT

Cerita Sex Janda Terbaru – Sudah kupegang tapi kepala dan leher penis ada di luar genggamanku Luar biasa sekali besarnya. Tidak sadar tanganku meremas dan memaju mundurkan penis tersebut, gemas sekali melihat ada penis begitu besar mungkin lebih 2 x dari penis Mas Imron almarhum suamiku. "Bagus Nita.. Iya begitu" kata si Abang yang sampai aku remas penisnya tapi aku belum tahu namanya.

Dengan gemas kupercepat kocokan di tanganku dan seiring dengan kocokan itu maka penis tersebut menjadi makin gemuk dan makin panjang. Urat-uratnya menonjol semua.. Besar-besar. Si Abang menghentikan kocokanku dan memencet botol yang berisi cairan seperti baby oil ke telapak tanganku, lalu aku kembali mengocok kembali penis tersebut.

Dibawah sana, celana dalamku sudah terasa basah sekali mengeluarkan cairan pelumas yang biasanya dimaksudkan untuk menyambut serangan penis.

Cerita Sex Janda Terbaru
Cerita Sex Janda Terbaru

3 bulan lebih sudah aku tidak mendapat sentuhan lelaki dan kini rasanya aku sangat butuh sekali penis. Digenggamanku sudah ada penis tapi bagaimana aku memintanya? Baru saja aku selesai berpikir demikian, seperti membaca pikiranku, tangan si Abang tiba-tiba meraih pahaku untuk ditarik mendekat kearah kepalanya.

Tidak ada perlawanan dari kakiku.. Aku dekatkan pinggulku kearah kepalanya tapi dengan posisi aku tetap berdiri. Perlahan tapi pasti, tangan si Abang kini menyelusup ke dalam rok ku dan berhenti di selangkanganku. Salah satu jarinya menerobos masuk melalui celana dalam ku..

"Auhh" teriakku menghentikan kocokanku karena jari si Abang langsung menyentuh dan menekan clitoris ku sambil diputar-putar.
"Ohh.." aku mengerang sambil menengadahkan mukaku menikmati rasa nikmat yang luar biasa menyerbuku.

Menengadah aku sambil memejamkan mata merasakan gejolak yang rasanya luar biasa ini dan rasanya ini tidak dapat dihentikan lagi. Tidak sadar, sangking merasakan nikmat, aku pun jatuh seperti tidak ada tenaga.

Si Abang cepat bangkit meraih tubuhku dan menidurkan pada spring bed-nya, walaupun demikian aku masih sadar kalau kakiku juntai berada diluar spring bed. Lalu si Abang mengangkat kedua kakiku mengangkat rok dan menurunkan celana dalamku.. Ohh aku sudah tidak bisa mundur lagi sekarang..

Tapi urat sadar dan urat malu ku masih berfungsi walaupun kecil sekali kadarnya..

"Bang.. Ehh Pak.. Jangan Pak.. Saya belum pernah begini selain dengan suamiku" kataku dengan suara pelan.
"Apa?" tanya Abang seperti tidak mendengar dan langsung terasa bibirnya ada di paha atas ku.
"Ohh" aku mengerang nikmat tidak jadi memprotes malah menikmati bibir yang menarik-narik lembut kulit pahaku.

Dan pada akhirnya kurasakan sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh clitorisku dan menariknya keluar dengan lembut. Aku penasaran sekali dengan apa yang diperbuat si Abang.. Ya ampunn terlihat mulut si Abang dengan rakusnya menarik-narik daging yang disekitar vaginaku..

Ampunn nikmattnyaa.. Kembali kepalaku roboh seperti tidak bertanaga merasakan kekuatan strom yang begitu hebat.

"Ohh.. Bangg.. Kenapa bisa nikmat begini.." aku mendesis seperti tidak percaya dengan keadaan ini.

Sejujurnya suamiku dulu, tidak pernah melakukan hal ini kepadaku sebelumnya. Jadi vaginaku dijilat sungguh-sungguh pengalaman yang baru bagiku.. Dan lahar itupun tidak dapat dibendung.. Tubuh kaku terasa pucat dan gelap semuanya ketika kurasakan cairan vaginaku deras menerjang.

"Ohh.." aku merintih sambil keluar air mata.

Crott.. Crott .. Crott.. Aku orgasme.. Ya ampun.. Kenapa aku orgasme begini hebatnya batinku. Tidak sadar beberapa detik, akhirnya aku bisa melihat cahaya lagi.. Pelan kepalaku mencari si Abang.. Ohh rupanya dia masih menjilati cairan vagina dengan rakusnya.. Ohh lidah itu.. Kenapa masuk kedalamm.. Uhh kembali aku dilanda ketegangan baru.

Lidah itu kenapa kasar sekali bagaikan amplas menjilati setiap relung kehormatanku ini.. Astaga nikmatnya tak dapat dikatakan dengan kata-kata apapun. Namun aku kecewa ketika kulihat Abang berdiri. Apakah ini akan berakhir?

Tapi.. Tidak.. Ohh ternyata Abang menarik pinggulku sehingga badanku ikut tertarik ke arahnya.. Astaga.. Apakah ini akan terjadi batinku.. Apakah persetubuhan ini akan terjadi.. Aku menduga sambil berharap. Kedua kakiku diangkat oleh si Abang sampai dengkulku menyentuh perutku. Terpampanglah sudah kehormatanku.. Berhadapan langsung dengan penis si Abang yang tegang dengan angkuhnya.

Dan..

Deekk.. Terasa kepala penis si Abang sudah bertemu bersentuhan dengan pintu vaginaku.. Keras sekali penisnya terasa. Ohh.. Nikmatnya.. Aku terpejam dan berusaha keras tidak bersuara.. Aku malu. Aku tidak mau memprotes dan juga tidak mengiyakan apa yang telah si Abang lakukan ini kepadaku. Aku ingin kejadian ini berjalan saja menurut putaran detik. Aku sudah siap dan sangat ingin melakukan persetubuhan ini. Rasanya aku sekarang sedang melaksanakan takdirku.

Pelan sekali tapi pasti kurasakan penis Abang menyeruak masuk.. Uhh besar sekali terasa kepalanya masuk.. Keras sekali bagaikan baja yang lembut. Si Abang berhenti sebentar, bibirnya terasa menyentuh bibirku.. Aku membalas ciuman Abang.. Kusedot pelan bibir atasnya sambil lidahku bermain disana.. Ahh nikmat sekali

Kurasakan kepala penis Abang di tarik sedikit.. Lalu di dorong kembali kedalam.. Uhh rasanya lebih dalam dari sebelumnya. Ada 6-7 kali penis Abang keluar masuk tapi hanya disekitar kepala dan leher penisnya saja.. Lalu ciuman Abang pindah ketelingaku.. Aku semakin terangsang..

Tak sadar pinggulku pun kutekan keatas dan bersamaan dengan itu penis si Abang masuk secara pelan namun terus.. Terus.. Dan terus.. Menembus kedalam dan kurasakan mentok lalu berhenti.. Baru lah disitu aku rasakan penuh sekali vaginaku.. Terasa ingin meledak tapi nikmatt sekali.

"Ohh bangg.." mataku sayu memandang Abang yang sudah dalam posisi mukanya hanya berjarak 15 cm dari wajahku..

Tanganku mengusap pipinya.. Terasa pinggul Abang ingin menekan terus tapi yah memang sudah mentok. Berdenyut-denyut bergantian kelamin kami didalam sana. Seakan-akan sedang berkenalan dan bertutur siapa. Aneh batinku.. Kenapa aku tidak merasakan sakit sedikitpun saat penis raksasa itu masuk kedalam vaginaku.

Luar biasa orang ini pikirku.. Pasti dia sudah berpengalaman sekali dengan wanita. Pendek saja si Abang mengangkat pinggulnya dan menekan kembali sudah membuat aku hanyut pada sesuatu yang entah apa namanya. Lalu tiba-tiba..

Si Abang berdiri.. Uhh.. Otomatis penisnya terangkat menghantam langit-langit vaginaku.. Nikmat sekalii.. Sedetik kemudian si Abang cepat menarik seluruh penisnya sehingga bisa kulihat mengkilat terkena cairanku lalu di hantam ke dalam lagi.. Keras sekali penisnya terasa.. Cepat ditarik kembali..

Dengan pandangan yang sayu, aku dapat melihat muka si Abang seperti entah dendam.. Entah gemas dia terus memacu pinggulnya dengan cepat. Tidak terasa dan tidak pernah dalam sejarah persetubuhan dalam hidupku aku mengerang keenakan diiringi kayuhan cepat pinggul Abang keluar masuk sambil tangannya memaju mundurkan pinggulku..

Dan.. Luarr biasaa.. Crett.. Crett.. Croott.. Aku kembali dilanda orgasme ke dua kalinya..

Kembali dunia gelap, tak terdengar apapun rasanya.. Yang ada hanya kenikmatan yang bergulung-gulung rasanya menerpaku.. Tapi aku masih terasa kalau tubuhku masih di maju mundurkan oleh tangan Abang dan penisnya keras masih maju mundur.. Kesadaranku hampir pulih.. Ketika kulihat Abang masih berkeringat menggenjot penisnya pada lubang surgaku.. Dan..

"Ahh.." si Abang teriak dengan kencangnya..

Sedetik kemudian kurasakan.. Crott.. Croott.. Crott.. Crott.. 4 kali tembakan keras dan panas dapat kurasakan menghantam rahimku.. Ohh.. Nikmatnya persetubuhan ini batinku.. Kuarasakan Abang yang berbadan demikian besarnya terjerembab jatuh ke dadaku. Memelukku yang masih berpakaian atas lengkap tapi sudah basah dengan keringat dan kini makin basah menyapu keringat dari badan si Abang.

"Nita.." kata Abang setelah ada setengah menit memeluk aku..
"Kamu luar biasa.. Memekmu tidak ada duanya"

Kaget juga aku dia mengucapkan milikku dengan vulgarnya.. Hehehe tapi nggak papa.. Tohh penisnya masih berada dalam memekku.. Ehh vaginaku.. Koq aku jadi ikut ngomong yang jorok.. Aku tersenyum.

"Maaf Bang, aku mau ke kamar mandi"

Aku kembali tidak menanggapi omongan Abang paling tidak harga diriku tidak runtuh total pikirku.

"Ohh iya.. Itu kamar mandinya.." kata Abang sambil menarik penisnya dari vaginaku dan berdiri.

Aku bangkit dan duduk, kulihat penisnya Abang masih meneteskan cairan kami berdua. Luar biasa penis itu. Walaupun sudah tertidur tapi sangat panjang dan gemuk jatuh kebawah dan meneteskan cairan.

Setelah membersihkan diri akupun dipersilakan pulang untuk kembali ikut trainning keesokan harinya. Tak lupa si Abang menyerahkan amplop dan menyalamkannya pada tanganku.

"Untuk anakmu" katanya.

Dan ketika kubuka di rumah ternyata amplop tersebut berisi uang sebanyak satu juta Rupiah. Ohh aku menjadi perempuan pelampiasan nafsu. Diperkosa dikasih duit pula

cerita sex | Menciumi Mem3x Tante Murni

Posted: 09 Aug 2014 09:13 AM PDT

Cerita Dewasa – Ibuku adalah 7 bersaudara, dan beliau adalah anak tertua kedua, kemudian adik-adiknya ada 4 orang, berturut-turut perempuan dan yang bungsu laki laki, adik perempuan yang terkecil tinggal bersama kami sejak aku masih kecil.

Sejak aku usia 8 tahun (kira kira kelas 3 SD), tanteku itu mulai ikut tinggal di rumah kami, sebut saja Tante Murni. Tante Murni terpaut sekitar 6 tahun denganku, jadi waktu itu usianya 14 thn. Setelah lulus SMP di K, Tante Murni tidak mau meneruskan ke SMA dan memilih ikut kakaknya di Jakarta, katanya mau tahu Jakarta. Wajah Tante Murni sangat menarik, bulat, cukup cantik, kulit sawo matang, dengan tinggi seperti anak perempuan usia 14 tahun, tetapi dalam pandanganku sepertinya tubuh Tante Murni lebih montok dibanding teman seusianya yang lain. Sebagai gadis remaja yang sedang mekar tubuhnya, tanteku ini juga agak sedikit genit. Dia senang berlama-lama jika sedang merias dirinya di depan cermin, aku sering menggodanya dan Tante Murni selalu tertawa saja.

Aku sendiri anak tertua dari tiga bersaudara (semua saudaraku perempuan). Rumahku waktu itu hanya mempunyai 3 kamar, satu kamar orang tuaku dan dua untuk anak anak. Kedua adikku tidur dalam satu kamar, dan aku menempati kamar lain yang lebih kecil. Sejak Tante Murni tinggal dengan kami, tante tidur dengan kedua adikku ini.

Pergaulan Tante Murni dengan tetangga sekitar juga sangat baik, ia cepat akrab dengan anak remaja sebayanya, antara lain tetangga kami Suli. Usianya tak jauh beda dengan tanteku kira-kira 15 tahun, tapi berbeda dengan tanteku, Suli berkulit putih bersih dan jauh lebih tinggi (kata orang bongsor), wajahnya ayu, rambutnya selalu disisir poni, murah senyum dan baik hati. Ia sangat baik terhadap semua saudaraku terlebih terhadapku, mungkin karena ia anak tunggal dan sangat mendambakan seorang adik laki-laki seperti yang sering dikatakannya kepadaku. Mbak Suli sering bermain di rumah kami, bahkan beberapa kali ikut tidur di rumah kami bila hari libur, oh ya Mbak Suli ini kelas 2 SMEA.

Sekitar dua bulan setelah Tante Murni tinggal di rumahku, suatu saat Ibu dan almarhum ayahku harus meninggalkan kami karena suatu urusan di Jawa Tengah (almarhum berasal dari sana) katanya urusan warisan atau apalah waktu itu aku tidak begitu paham. Adikku yang kecil (2,5 thn.) diajak serta, sedangkan kami dititipkan pada tetangga sebelah rumah (kami saling dekat dengan tetangga kiri-kanan) dan tentu saja pada Tante Murni.

Tante Murni orangnya sangat telaten mengurus para keponakan, mungkin karena di desa dulu memang tanteku itu orang yang "prigel" dalam pekerjaan rumah tangga. Setiap hari Tante Murni bersama adikku selalu mengantarku sekolah yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan rumah. Lalu ia pulang dan menjemputku lagi pada jam pulang sekolah (kira-kira pukul 10:30). Aku sangat senang dijemput Tante Murni, karena aku punya kesempatan untuk menggandengnya dan menepuk pantatnya yang montok itu. Entah mengapa meskipun aku saat itu masih kecil, tetapi kemontokan dada Tante Murni serta juga pinggulnya yang menonjol itu membuat aku selalu berusaha menyentuhnya terutama secara "pura pura" tidak sengaja. Semuanya itu aku lakukan secara intuitif saja, tanpa ada siapapun yang mengajari.

Pada hari keempat sejak ditinggal pergi kedua orang tuaku (hari Sabtu), Sepulang sekolah, kami bermain di ruang depan sambil nonton televisi. Aku, adikku, Tante Murni dan Mbak Suli. Orang tua Mbak Suli inilah yang dititipi oleh orang tuaku. Masa kecilku memang lebih banyak dihabiskan di dalam rumah, jarang aku bermain di luar rumah kecuali bila sekolah, dan pergaulanku juga lebih banyak dengan adikku, atau beberapa anak sebaya tetangga terdekat, itupun kebanyakan mereka perempuan.

Kami biasanya bermain mobil-mobilan atau sesekali bermain dokter-dokteran, aku jadi dokter lalu Tante Murni dan Mbak Suli menjadi pasien. Kadang-kadang bila aku sedang berpura-pura memeriksa dengan stetoskop mainanku secara mencuri-curi aku menyenggol payudara Mbak Suli atau tanteku, tapi mereka tidak marah hanya tersenyum sambil berkata, "Eh, koq dokternya nakal, ya". sambil tertawa, terkadang membalas dengan cubitan ke pipi atau lenganku, yang selalu kuhindari. Memang mulanya aku tak sengaja tapi sepertinya asyik juga menyenggol payudara mereka, maka hal itu menjadi kebiasaanku, setiap kali permainan itu. Terasa sekali payudara mereka kenyal dan empuk, setelah aku besar baru aku menyadari bahwa saat itu mereka pasti tak memakai beha, karena tak terasa ada sesuatu yang menghalangi sentuhan jariku pada daging montok itu kecuali lapisan baju mereka. Setiap kali tanganku menyentuh meremas atau menowel bukit empuk itu, aku merasakan ada getaran aneh terutama di sekitar kemaluanku, tak jarang membuatnya menegang, walaupun waktu itu masih kecil dan belum sunat. Sering aku mengkhayalkan memegang payudara mereka bila sedang sendirian di kamarku sambil memegang burung kecilku, hingga tegang walaupun tak sampai mengeluarkan sperma, hanya cairan bening, seperti cairan lem uhu tapi tidak seperti lem lengketnya.

Siang itu setelah adikku tertidur kami kembali bermain dokter-dokteran dan hal itu kulakukan lagi. Untuk diperiksa kuminta Tante Murni untuk berbaring di lantai, dia menurut saja. Yang pertama kuperiksa adalah dahinya lalu aku langsung meletakkan stetoskopku di dadanya, namun aku sengaja memposisikan tanganku sedemikian rupa sehingga tanganku berhasil menempel di dada Tante Murni, kurasakan empuk sekali dan seiring dengan napasnya, tangankupun ikut naik turun pelan-pelan. Tante Murni hanya tertawa saja, sementara Mbak Suli memperhatikan sambil tertawa, rupanya mereka geli atas kekurangajaranku ini, sepertinya Tante Murni keenakan dengan tingkahku ini, tanganku tak hanya memeriksa di satu tempat tetapi terus bergeser, dan aku tak pernah mengangkat tanganku dari gundukan kenyal itu.

Sampai tiba-tiba Tante Murni memegang tanganku dan menggosok-gosokannya di dadanya. Aku merasa senang sekali, apalagi Tante Murni juga tiba-tiba merangkul dan menciumiku dengan gemas, tapi ya cuma begitu saja. Karena selanjutnya Mbak Suli yang minta diperiksa, Mbak Suli malahan lebih gila lagi, dia sengaja membuka kancing blus-nya sehingga aku bisa melihat gundukan daging yang putih itu. Tanganku gemetar ketika meletakkan stetoskop plastikku di tepi gundukan dadanya, apalagi ketika dengan suara nyaring Mbak Suli berkata, "Mas.. (dia biasa memanggilku Mas seperti adik adikku, begitu juga Tante Murni), dingin stetoskopmu!". Tanpa mempedulikan ucapannya, stetoskopku terus bergeser sehingga tersingkaplah bajunya dan mataku terbelalak melihat puting susunya yang kecil dan berwarna coklat muda itu.

Saat itulah Mbak Suli menepis tanganku sambil tertawa, "Sudah sudah, geli!". Mereka berdua langsung berdiri dan meninggalkanku sambil berbisik-bisik, aku merengek agar mereka tetap menemaniku bermain, tetapi mereka terus keluar sambil tertawa. Aku merasakan kalau penisku kaku sekali dan juga celanaku jadi basah, entah mengapa aku jadi penasaran sekali dengan semua ini, aku bertekad kalau besok main dokter-dokteran lagi, akan aku singkap baju Tante Murni atau Mbak Suli biar aku bisa melihat lebih jelas puting susu yang menonjol bulat itu.

Malamnya sebelum tidur aku kembali membayangkan kejadian siang itu, kurasakan penis kecilku meregang sehingga kubuka celana pendekku dan kukeluarkan penisku yang sudah tegak ke atas itu. Kupegang dan kuremas pelan-pelan, sambil memejamkan mata kubayangkan kekenyalan dada Tante Murni, puting susu Mbak Suli, terasa nikmat sekali melamun sambil merasakan sesuatu yang gatal dan nikmat di sekitar penisku itu. "Hayo., lagi ngapain!, Aku jadi kaget dan terlonjak serta membuka mataku. Di depanku kulihat Tante Murni sambil tersenyum memandang bagian bawah tubuhku yang terbuka itu. Mukaku terasa panas, mungkin merah padam mukaku, sambil membetulkan celana yang hanya kupelorotkan sampai dengkul aku segera memeluk guling tanpa berkata apa apa lagi dan membelakangi tanteku.

Sambil terus tertawa tanteku ikut naik ke ranjangku dan memelukku dari belakang dan menciumku sambil berbisik, "Nggak apa apa Mas.". Jantungku deg-deg, apalagi ketika dengan lembut tanteku membelai rambutku terus tubuhku sambil berbisi, "Ehh, jangan malu, kamu senang ya pegangin burung, sini tante pegangin". Mulanya aku ragu, takut kalau tanteku hanya memancing reaksiku saja, tetapi ketika rabaannya turun ke arah selangkanganku aku jadi berubah senang. Kuberanikan diri untuk menolehnya dan kudapati wajah tanteku yang tersenyum manis sekali membuat hatiku berbunga bunga. Burungku yang tadinya sudah mengecil itu mendadak meregang lagi dan mendesak celanaku.

Tanteku kemudian menciumi wajahku dengan kasih sayang, tangannya mulai meraba lagi bagian sensitifku dari bagian luar celanaku, aku yakin tanteku bisa merasakan penisku yang meregang dan keras itu, elusan tanteku terasa kurang nikmat, aku berpikir seandainya tanteku memegang langsung burungku, tentu lebih nikmat. Belum habis aku berpikir, tiba-tiba saja Tante Murni memelorotkan celana pendekku sampai terlepas, sehingga burungku yang sudah tegang itu bebas mengacung diudara terbuka. Dengan kelima jarinya tanteku menggenggam burungku dan meremasnya pelan. Aku merasa gatal dan geli serta nikmat yang tak kumengerti tapi membuat aku merasa seperti melayang dan menggeliat serta merintih pelan.

Cerita Dewasa – Dengan memandang tajam mataku, remasan jari lentik Tante Murni di burungku menjadi semakin cepat bahkan juga dikocoknya naik turun kadang-kadang juga dielusnya buah pelirku. Aku semakin meringis merasakan kenikmatan ini, secara naluriah aku berusaha merangkul tanteku agar rasa geli itu makin terasa nikmat. Aku juga berusaha menempelkan wajahku ke wajah Tante Murni yang kulihat juga merah padam dan bibirnya gemetar, nafas Tante Murni semakin memburu dan dia makin merapatkan tubuhnya ke tubuh kecilku, tanganku diraihnya lalu dituntun ke dadanya yang montok dan kenyal itu.

Tanganku terasa menempel di puting susu Tante Murni yang terasa keras seperti kelereng itu, aku meremasnya dengan agak sulit, karena telapak tanganku yang kecil itu tak bisa meremas keseluruhan permukaan dada Tante Murni yang lebar dan keras itu Kuperhatikan tanteku saat itu mengenakan daster kaos yang tipis tanpa mengenakan apa apa lagi dibaliknya. Merasa kurang puas hanya meremas dari luar, akupun menyelusupkan tanganku ke lubang tangan daster Tante Murni sehingga tanganku secara langsung bersentuhan dengan dada yang telah lama aku kangeni itu, hangat dan licin sekali. Kalau tadinya tanteku yang asyik meremas-remas burungku, sekarang justru aku yang beringas meremas-remas payudara tanteku bahkan tanganku yang lain juga ikut ikutan meremas payudara Tante Murni yang satunya. Tante Murni hanya memejamkan matanya rapat rapat sambil menggigit bibirnya.

Aku tak mempedulikan apapun sikap Tante Murni, bagiku kesempatan emas ini harus benar-benar dinikmati dan peduli dengan tanteku. Tanganku bukan hanya meremas, tetapi juga memelintir puting susu tanteku yang kecil dan keras itu, lucu sekali melihat kedua tanganku menelinap dan bergerak-gerak di dalam daster tanteku. Kurasakan tangan tanteku sudah tak mengocok penisku, tetapi hanya kadang kadang saja dia meremasnya dengan keras membuat aku kesakitan. Dari luar dadanya yang berdaster mulutku ikut ikutan menciumi dada tanteku itu, rasanya bila memungkinkan aku ingin memanfaatkan seluruh tubuhku untuk menikmati kekenyalan dada Tante Murni ini.

Tak kusadari nafas tanteku makin lama makin memburu, rupanya dia juga sangat menikmati kekasaran tanganku ini. Tiba-tiba saja Tante Murni mengangkat dasternya sehingga dadanya tersibak, baru saat itu aku bisa melihat kemontokan payudara tanteku ini, tanganku hanya dapat menutupi sebagian ujung atas payudaranya, sedangkan bagian yang lain masih belum tersentuh oleh remasanku. Dada yang montok itu dipenuhi oleh barut-barut merah bekas remasanku. Setelah dadanya terbuka dengan gemetar Tante Murni berbisik, " Mas, isep pentilnya pelan-pelan ya". Tak perlu diperintah dua kali, aku segera melumat puting susu tanteku dan mengenyotnya sekuatku, Tante Murni mendesis desis dan menekan kepalaku kuat kuat kedadanya, aku memeluk pinggangnya dan kutindih badan Tante Murni dengan tubuhku yang telanjang bawah itu. Terasa burungku yang kaku itu menghunjam di tubuh mulus tanteku yang hanya dilapisi celana dalam itu. Tanteku makin kencang memeluk tubuhku, bahkan ia menyuruh aku untuk menjilati juga putingnya. Kulakukan semua itu dengan penuh semangat, entah apa pengaruh kepatuhanku ini pada Tante Murni, yang jelas aku sangat menikmatinya, penisku yang menggeser-geser diperut Tante Murni terasa mengeluarkan cairan yang membasahi perut Tante Murni. Saat itu Tante Murni sudah tak mempedulikan penisku lagi, dia asyik menikmati kepatuhanku itu.

Mungkin karena sudah tak tahan dengan semua itu, tiba-tiba saja Tante Murni juga melepaskan celana dalamnya. Selama ini aku hanya bernafsu pada buah dadanya saja, aku tak pernah berpikiran lebih dari itu. Ketika dengan berbisik ia menyuruhku memindahkan ciumanku, aku agak bingung juga. " Mas, ayo sekarang ciumi selangkangan Mbak ya, nanti punya kamu juga Mbak ciumi". Aku menghentikan kesibukanku di dada Tante Murni dan memandang ke selangkangannya. Aku takjub sekali melihat selangkangan Tante Murni itu karena ada rambut keriting yang tumbuh di ujung selangkangannya yang cembung itu, ini adalah pemandangan yang sama sekali baru bagiku, selama ini aku hanya pernah melihat selangkangan adikku yang aku tahu tak ada burungnya seperti aku. Namun selangkangan wanita yang berbulu, ya baru kepunyaan Tante Murni ini!

Oh, terus terang saja, meskipun aku secara naluri sudah bangkit birahi, tetapi tak pernah kubayangkan bahwa aku akan melangkah sejauh ini dalam bidang seksual apalagi di usiaku yang belum sampai sepuluh tahun itu. Aku agak ragu juga melepaskan mainan yang begitu nikmat di payudara Tante Murni, tetapi perintah Tante Murni membuatku merubah posisi badanku dan dengan ragu-ragu kudekatkan wajahku ke bukit cembung yang ada bulu keritingnya itu. Merasakan keraguanku, Tante Murni tanpa basa basi langsung menekan kepalaku sehingga bibir dan hidungku menempel di bulu-bulu keriting yang halus itu. Karena tadi aku disuruh menggigiti payudara, maka kali ini akupun juga mulai menggigiti bukit cembung itu. Namun kudengar Tante Murni berteriak lirih, "Jangan keras keras gigitnya Mas, sakit!". Ketidaktahuanku benar-benar konyol, aku kira bukit cembung itu sama seperti payudara, tetapi karena bidangnya kecil, tanganku tak mungkin untuk meremasnya, sebagai sasaran lain aku jadi meremas paha Tante Murni serta juga pantatnya. Ketika Tante Murni membisiki agar ciumanku lebih turun lagi ke depan, aku agak bingung juga.

Nah ketika aku maju ke depan barulah aku melihat celah sempit yang berbentuk bibir dan saat itu sudah basah. Warnanya sungguh menarik merah muda dan bibirnya seperti berlipat lipat. Seperti biasa aku menciumi bagian ini dengan penuh semangat. "Jilat saja Mas, nikmat lho!", bisikan Tante Murni membuatku merubah lagi permainanku. Entah kenapa di tengah asyiknya aku menjilati celah basah yang asin dan agak amis itu, Tante Murni mengerang dan menjambak rambutku sambil menjepitnya dengan kedua pahanya. Aku tak bisa bernafas dan aku segera berontak melepaskan diri.

Tante Murni melepaskan dasternya yang tadi masih bergulung di atas dadanya sehingga dia sekarang jadi telanjang bulat. Dengan suara serak disuruhnya aku berbaring telentang, dengan telanjang bulat Tante Murni memegang burungku yang masih tegang itu, karena waktu itu aku belum dikhitan, tanteku menceletkan kulup penisku yang terasa sangat geli bagiku kemudian dengan tiba-tiba Tante Murni mengangkangi burungku dia menurunkan pantatnya, dan dituntunnya burungku memasuki celah sempit yang tadi aku jilati itu. Dilakukannya semua ini dengan pelan-pelan sampai akhirnya aku merasakan kehangatan jepitan kemaluan tanteku yang ternyata telah sangat basah. Aku tak mengerti apa yang dilakukan tanteku ini, tetapi terasa geli, ngilu di sekitar kemaluanku, juga ada rasa perih. Tanteku hanya diam saja setelah menelan burungku, dia malah mendekatkan dadanya ke wajahku sehingga aku mulai lagi menyedot puting susunya itu. Tanteku kembali mendesis-desis, dan terasa dia memutar-mutar pantatnya membuat burungku seperti dikocok-kocok oleh tangan tanteku yang lembut itu, nikmat sekali.

Tanteku terus saja menggoyangkan pantatnya ke kanan-kiri, putar sehingga ada rasa yang lebih nikmat di sekitar kemaluanku. Rasa geli yang ditimbulkan membuat aku makin ganas menciumi bahkan juga menggigit daging montok yang bergantung di depanku itu. Ketika Tante Murni mengangkat pantatnya, aku merasa kalau batang burungku yang sekarang penuh lendir dari dalam celah Tante Murni itu menjadi gatal dan geli, ternyata rasanya jauh lebih menyenangkan daripada diremas dengan tangan Tante Murni, apalagi dengan tanganku sendiri.

Tidak lama aku merasakan ada lendir yang meleleh di pangkal burungku, yang berasal dari lubang Tante Murni itu. Ketika kutanyakan apakah Tante Murni pipis, dia tak menjawab, melainkan memejamkan matanya serta mendesis dengan keras sekali. Pantatnya ditekan keras-keras ke tubuhku sehingga terasa pangkal kemaluanku menyentuh bibir vaginanya yang hangat. Kurasakan tubuhnya menegang dan berdenyut-denyut pada bagian kemaluannya, membuat burung kecilku seperti diurut dan dipilin oleh tangan yang lembut. Oh.., sungguh kurasakan nikmat yang sungguh luar biasa. Bayangkan…, aku yang baru SD kelas 3 telah merasakan tubuh tanteku yang notabene beberapa tahun lebih tua, yang mungkin maniak seks (terakhir kutemukan koleksi gambar gambar porno di balik tumpukan pakaiannya. Jujur saja Mbak, akupun tak tahu apakah sebelum itu tanteku sudah pernah berhubungan seks, tetapi kukira dia sudah pernah melakukannya, mungkin dengan temannya ketika di K.

Mbak pengalaman ini sangat membekas di hatiku, setelah kejadian itu setiap ada kesempatan aku selalu melakukan hal itu bersama tanteku, bahkan pada suatu saat Mbak Suli diajak melakukan bersama kami bertiga (nanti lain waktu aku cerita lagi tentang hal ini).

Kalau dulu kami masih berpura-pura, maka sekarang kami sudah pintar saling merangsang, dan yang paling kunikmati adalah saat spermaku memancar keluar, itulah puncak dari segala kenikmatan, geli, dan nikmat bercampur menjadi satu. Kami sama sama menyukai permainan ini sehingga sering dalam satu hari kami melakukannya tiga empat kali, sering juga tanteku pindah ke kamarku malam-malam dan kami melakukan hubungan seks ini dengan pintu terkunci. Tante Murni juga senang mengulum burungku, bahkan seringkali juga aku muncrat di dalam mulutnya. Semua kegiatan ini kulakukan kira-kira sampai kurang lebih 2 tahun sampai akhirnya tanteku pulang ke K. dan selanjutnya menikah di sana.

Mbak Yuri, disaat aku sudah berkeluarga keinginan untuk mengulang persetubuhan avonturir dengan tanteku sering muncul, yang aku bayangkan hanya betapa sekarang aku akan lebih pintar membuat tanteku merasa nikmat, dan akupun pasti juga akan lebih menghayati dalam merasakan kelembutan tanteku itu. Semua keinginanku itu baru dapat terulang 15 tahun kemudian, ketika adikku yang paling kecil menikah di K.

Malam itu setelah acara resepsi pernikahan selesai kami kembali ke rumah kira-kira pukul 1 pagi, dan karena banyak saudara yang datang maka kami juga menyewa beberapa kamar hotel melati yang letaknya tidak jauh dari rumah (kira kira 200 meter), kebetulan waktu itu aku satu rombongan dengan Tante Murni bersama dua orang anaknya (10 thn dan 7 thn), suaminya tidak ikut, karena ada tugas kantornya yang tak bisa ditinggalkan. Tanteku tidur di ranjang bersama kedua anaknya, aku tidur di lantai dengan kasur extra. Mungkin karena terlalu lelah kedua anaknya langsung tertidur tak lama setelah lampu kamar dipadamkan.

Walaupun lelah aku tak bisa memejamkan mata, karena mengingat-ingat kejadian beberapa belas tahun lalu bersama tante yang sekarang sedang terbaring di atas tempat tidur. Ternyata hal ini juga dialami oleh tante, aku merasakan ia gelisah bolak balik.
"Nggak bisa tidur Mas?".
"Iya nich, sumuk".
Sambil melongok tante tersenyum kepada yang ada dibawahnya. Sambil turun dari ranjang dia bilang, "Eh boleh nggak aku tidur di sini?, sumuk di atas, di sinikan anyep".

Aku menggeser ke tepi memberi tempat untuk tante. Jantung ini serasa berpacu cepat ketika tubuh tante yang hangat menempel ke sisi tubuhku. Aku merasa 'adikku' sudah mulai bereaksi walaupun belum tegak benar (aku waktu itu hanya mengenakan kaos oblong dan sarung saja, tidak mengenakan CD). Aku semakin tidak tahan ketika tanteku memiringkan tubuhnya ke arahku sehingga sekarang dadanya menempel pada lenganku. Semakin nggak karuan nich rasanya. ternyata tante tidak mengenakan BH, hanya daster terusan saja, yach payudaranya cukuplah, kira-kira 34B tapi terasa sudah sangat kencang di lenganku. Aku semakin berani, kuraih pinggang tante dan aku rapatkan pada tubuhku. Tiba-tiba, tidak tahu siapa yang mulai kami telah saling berpagutan. Lidah tanteku dengan lincah menyelinap ke dalam mulutku yang segera kubelit dengan lidahku sendiri.

Mbak Yuri, selama itu aku hanya pernah berhubungan seks dengan isteriku sendiri, dan selama itu juga trauma hubungan seksku dengan Tante Murni membuat aku selalu beranggapan bahwa Tante Murni "lebih nikmat" dari isteriku. Bagiku inilah saatnya untuk membuktikan kebenaran memori masa lalu itu.

Tangan Tante Murni mulai meraba dadaku terus ke bawah sampai di selangkanganku dan menemukan 'adikku' yang sudah mengacung keras. Perlahan tangan Tante Murni mulai membelai-belai, mengocok-ngocok. Aku tak mau ketinggalan dengan ganas merogoh ke arah selangkangannya sambil mulut ini tak henti hentinya bergantian menghisap puting yang telah menegang. Clitoris Tante Murni kubelai dengan sedikit kasar membuatnya mengelinjang tidak keruan. Ketika aku bermaksud akan menggunakan lidah untuk membuat sensasi yang lain, tanteku mencegahnya, "Jangan Mas, tante nggak tahan gelinya", katanya. Aku mengurungkan niatku dan dengan pandangan matanya aku mengerti bahwa tante sudah tidak tahan ingin disetubuhi maka aku mengambil posisi untuk menindihnya, perlahan aku gesekan dulu 'adikku' ke seputar belahan dan permukaan liang tanteku itu, ia terlihat mengelinjang dan berusaha meraih penisku, dibimbingnya menuju lembah kehangatannya.

Begitu ujung adikku sudah terselip diantara kedua bibir vaginanya, dengan berbisik tante menyuruhku untuk menekan! Perlahan kuturunkan pantatku, oh.., ternyata kurang lebih sama dengan rasa istri aku tapi agak lebih hangat rasanya. Mulai aku naik turunkan dengan perlahan membuat sensasi yang semakin lama semakin kupercepat irama kocokanku, sayangnya tante Munrni sama sekali tidak memberi reaksi apa-apa, dia hanya diam saja, sambil tangannya terus mencakar-cakar punggungku. Rupanya tante sangat terpengaruh oleh suasana yang menegangkan ini, sehingga sulit untuk memberikan respon. Namun kira-kira pada menit ke 5 aku merasakan otot-otot vaginanya mulai berkontraksi menandakan sudah waktunya bagi tante. Aku mempercepat kocokan dan membenamkan sedalam dalamnya sampai kurasakan dasar kewanitaannya, Kudengar tante menjerit tertahan karena segera dia letakkan bantal ke wajahnya untuk meredam suara yang timbul. Bagian vitalku terasa ada yang mencengkram lembut tapi ketat sekali, otot-otot vagina tanteku serasa memijat-mijat.

Mbak Yuri…, terus terang rasanya lebih nikmat dari yang selama ini aku pernah dapat dari isteriku, barang isteriku tidak bisa mencengkeram, meskipun sebenarnya lebih sempit dan kering dibanding kepunyaan tante yang terasa lebih longgar dan agak licin itu.

Aku sendiri belum keluar saat itu, kulihat tanteku terkulai kelelahan, kubersihkan sisa-sisa air mani serta juga cairan dari dalam vaginanya dengan menggunakan handuk kecil yang ada di dekat situ. Setelah kurasakan kering, dengan perlahan kumasukkan lagi burungku yang masih tegang dan kugenjot lagi. Aku menggigit bibir tanteku ketika kurasakan gesekan penisku dengan dinding vagina tante yang kesat dan kering itu, rasanya luar biasa.

Tante tiba tiba berbisik, "Mas, jangan digoyang dulu ya, biar tante yang goyangin". Aku menurut saja, dan mulailah tanteku meletakkan kedua kakinya di pantatku, lalu mulai bergoyang, pertama memutar ke kiri dan ke kanan, kadang-kadang disodoknya ke atas. Aku hanya memejamkan mata merasakan kenikmatan yang tak pernah aku dapat ini, "Enak mana punya tante sama Asri, Mas?". Aku tak menjawab pertanyaan tante ini, karena jujur saja Mbak Yuri, punya tanteku lebih nikmat dari vagina Asri isteriku. Tak tahan dengan putarannya, apalagi tanteku terus membisikkan kata-kata yang membuatku makin terangsang, akupun ikut-ikutan menggerakkan burungku maju mundur. Sementara buah dada tanteku sudah rata kuciumi dan kugigiti, tadinya aku takut untuk membuat cupangan didadanya, tetapi justru Tante Murni yang menyuruhku.

Beberapa saat kemudian aku rasakan sesuatu seakan mendesak untuk dikeluarkan. Kutekan sedalam-dalamnya dan meledaklah semua kenikmatan di dasar kewanitaannya. Tanteku tersenyum dalam kegelapan melihat aku mencapai kepuasan itu. "Mas, ini baru komplit ya"!, bisiknya.

Cerita Dewasa – Setelah merasakan tuntasnya semprotan spermaku, Tante Murni mendorong tubuhku ke samping, dan dengan lembut dikulumnya burungku, aku menolak karena terasa geli sekali membuat sakit di batang burungku, tetapi tante tak mempedulikanku, terus saja dia menjilati sehingga burungku hingga bersih.

Sampai sekarang aku selalu merindukan persetubuhan dengan Tante Murni ini. Seringkali aku melamun dan menganalisis apa yang menyebabkan begitu nikmatnya rasa persetubuhan dengan dia. Jawabnya hanya satu, suasana yang penuh resiko, membuat rangsangan yang berbeda dan membuat aku menjadi penuh gairah.

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲